Share

107. Pregnant

Penulis: Hara Kiew
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-20 22:23:48

Dua tahun sudah rumah tangga Ardian dan Alda berjalan. Satu bulan lalu Alda sudah diwisuda dan kini sedang sibuk mengurusi butik yang merupakan hadiah pernikahannya dengan Ardian dari orang tuanya.

Selain butik, ada sebuah kafe yang juga sedang dikembangkan oleh pasutri itu saat ini. Kafe itu merupakan hadiah pernikahan mereka dari orang tua Ardian. Erlin saat itu bilang, dia dan sang suami tidak mau kalah saing dari besan mereka. Mereka juga mau menghadiahkan sesuatu untuk putra dan menantu kesayangan mereka. Dan kafe itu adalah hadiahnya.

Soal Vielca Cafe, kafe itu sudah diserahkan Alda sepenuhnya kepada ketiga sahabatnya karena ia sudah tidak sanggup lagi mengurus semuanya. Untuk bagi hasil, ia tidak akan meminta lagi uang dari kafe itu.

Alda sendiri sudah bisa berjalan lagi sejak dua bulan lalu usai menjalani terapi secara rutin selama empat bulan.

Pagi ini, Alda duduk di tepi kolam rumahnya dengan senyuman yang belum pudar. Ia sibuk memandangi arsitektur rumah ini dengan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Istri Barbar Direktur Sad Boy    112. Barbeque

    Malam itu, halaman belakang rumah keluarga Adiwijaya dipenuhi cahaya lampu gantung yang berjejer rapi. Aroma daging yang dipanggang menambah hangat suasana. Erfan berdiri di depan panggangan dengan celemek bertuliskan Chef Erfan, sementara Erlin sibuk mondar-mandir membagikan piring ke semua orang. Semua pelayan di rumah itu diliburkan sementara. Malam ini bukan hanya sekedar kumpul-kumpul untuk keluarga inti saja, melainkan Erlin juga mengundang keluarga besannya dan juga sahabat anak-anaknya. “Satenya udah mau matang nih!” seru Erfan sambil mengipasi arang dengan penuh semangat. Ardian dan Alda baru tiba. Mereka berjalan beriringan. Ardian yang terlihat sangat protektif tak pernah lepas menggenggam tangan Alda. Begitu melihat mereka, Erlin langsung bersorak. "Pasangan paling romantis abad ini memasuki ruangan!" Semuanya kompak tertawa. Tak jauh beda dengan ketiga sahabat Alda, Meira dan juga Netta yang sudah duduk manis di atas tikar yang mereka hamparkan. Tak lama Ella d

  • Istri Barbar Direktur Sad Boy    111. Kejutan

    Pagi itu, Ardian mengantar Alda ke rumah sakit untuk pemeriksaan kehamilan rutin. Sesampainya di sana, mereka langsung menemui dokter yang sejak awal menangani kehamilan Alda. Di ruang USG, Alda mulai berbaring. Ardian duduk di sisi ranjang dan menggenggam tangannya erat. Dokter mulai mempersiapkan alat, menempelkan gel di perut Alda, lalu layar monitor memperlihatkan gambar hitam putih. “Ini dia calon bayi kalian,” ujar dokter dengan name tag Riana itu sambil menunjuk layar. “Lihat, jantungnya berdetak normal.” Alda spontan menoleh ke arah Ardian. Laki-laki itu menatap layar monitor dengan mata berbinar. Senyum tipis menghiasi wajahnya. “Anak kita kecil banget ya, Kak?” ujar Alda. Ardian hanya mengangguk sembari tersenyum haru. “Gimana perasaannya hari ini?” tanya sang dokter. “Apakah ibu Alda mengalami mual, muntah, atau pusing?” Alda menggeleng. “Saya nggak ngalamin itu semua, Dok. Justru suami saya yang tiap pagi mual dan muntah-muntah. Itu kenapa, ya?” Dokter Rian

  • Istri Barbar Direktur Sad Boy    110. Sisi lain Ardian

    Keromantisan Ardian dan Alda langsung jadi perbincangan hangat di kantor. Bisik-bisik para karyawan wanita langsung terdengar ramai siang itu. “Eh, katanya cewek yang tadi masuk ruangan bos itu istrinya, ya?” bisik seorang karyawan bernama Dina. Alda memang jarang sekali ke kantor. Ardian juga belum pernah mengenalkannya secara resmi kepada para karyawannya. Katanya, 'Nanti ada yang rebut kamu.' “Iya, sekretaris Erna bilang begitu.” “Tapi, bos keliatan bucin banget nggak sih sama istrinya?” “Katanya ya, pas bos berbulan-bulan nggak masuk kantor, itu ternyata karena istrinya lagi sakit. Beliau baru mau kembali ke kantor pas istrinya udah sehat." “Wah, romantis banget!” “Eh, tau nggak? Pas tadi aku bawain laporan tahunan ke ruangan bos, aku liat bos lagi suapin istrinya. Aaaa, romantis banget.” “Aku tadi juga bawain dokumen buat ditandatangani malah liat si bos lagi ngetik di laptop sambil pangku istrinya. Apa nggak gerah sendiri aku liatnya?” Suara bisik-bisik karya

  • Istri Barbar Direktur Sad Boy    109. Makan bersama

    Alda menatap gedung kantor Ardian dengan senyuman yang belum pudar dari wajahnya. Ditatapnya rantang makanan yang ia bawa di tangannya. Hari ini ia berniat memberikan surprise untuk sang suami. Wanita itu melangkah pelan memasuki gedung Starry Land. Perutnya yang terlihat membuncit di usia kehamilannya yang baru usia tiga bulan tak membuat semangatnya surut. Sesampainya di ruang kerja Ardian, ia langsung mengetuk pintu. "Masuk!" titah Ardian dari dalam. Alda membuka pintu pelan dan melangkah masuk. Di meja kerjanya, Ardian masih terlihat fokus menatap layar laptop sehingga tidak menyadari kehadirannya. "Ada apa?" tanya laki-laki itu tanpa mengangkat wajahnya. Alda menghela. Ia lantas mendekat dan menggeser laptop Ardian. "Udah jam makan siang. Kerjaannya nanti aja dilanjut," ujarnya lembut. Ardian yang sudah mendongak hendak marah karena ada yang dengan tidak sopan mengganggunya kerja langsung mengubah mimik wajah begitu menyadari kehadiran Alda. "Aku kira siapa tadi yan

  • Istri Barbar Direktur Sad Boy    108. Kabar bahagia

    Sore hari, di sinilah Ardian dan Alda usai menyambangi kediaman Adiwijaya. Di rumah Arland dan juga Diana. Mengenai tes DNA Alda, hasilnya sudah keluar berbulan-bulan yang lalu. Dan seperti dugaan, tes DNA menunjukkan jika Alda benar-benar anak kandung Diana dan juga Arland. Di ruang tengah rumah itu, Ardian dan Alda duduk bersisian. Sesekali Alda merapatkan tubuhnya pada sang suami seolah mencari kenyamanan. Ardian menunduk, memastikan Alda duduk dengan nyaman. Netta yang sejak tadi sibuk di dapur tiba-tiba muncul membawa nampan berisi jus jeruk. “Nah, gue bikinin kalian minuman segar. Silakan diminum.” Ia meletakkan minuman yang dibawanya ke atas meja dan duduk di sisi mamanya. Hening sejenak. Alda dan Ardian saling tatap. "Barusan kalian ke sini." Netta akhirnya membuka percakapan. "Kalo gue lihat-lihat dari muka kalian, kayaknya ada sesuatu nih," tebaknya. Ardian menghela. Digenggamnya tangan Alda. "Kami datang ke sini mau kasih kabar bahagia," ujarnya. Netta mengern

  • Istri Barbar Direktur Sad Boy    107. Pregnant

    Dua tahun sudah rumah tangga Ardian dan Alda berjalan. Satu bulan lalu Alda sudah diwisuda dan kini sedang sibuk mengurusi butik yang merupakan hadiah pernikahannya dengan Ardian dari orang tuanya. Selain butik, ada sebuah kafe yang juga sedang dikembangkan oleh pasutri itu saat ini. Kafe itu merupakan hadiah pernikahan mereka dari orang tua Ardian. Erlin saat itu bilang, dia dan sang suami tidak mau kalah saing dari besan mereka. Mereka juga mau menghadiahkan sesuatu untuk putra dan menantu kesayangan mereka. Dan kafe itu adalah hadiahnya. Soal Vielca Cafe, kafe itu sudah diserahkan Alda sepenuhnya kepada ketiga sahabatnya karena ia sudah tidak sanggup lagi mengurus semuanya. Untuk bagi hasil, ia tidak akan meminta lagi uang dari kafe itu. Alda sendiri sudah bisa berjalan lagi sejak dua bulan lalu usai menjalani terapi secara rutin selama empat bulan. Pagi ini, Alda duduk di tepi kolam rumahnya dengan senyuman yang belum pudar. Ia sibuk memandangi arsitektur rumah ini dengan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status