Jantungku yang malang. Aku sudah berbaring di tempat tidurku entah berapa lama, tetapi dia masih berdebar dengan kencang. Aku juga belum bisa melupakan rasa bibir lembut itu di bibirku. Otakku sepertinya sudah rusak, karena seluruh inderaku tidak bisa berfungsi dengan baik. Rambut halus di tanganku saja terasa berdiri setiap kali aku mengingat sentuhannya. Malam hampir berganti pagi dan aku masih belum bisa memejamkan mata tanpa terbayang ciuman intensnya. Benarkah itu hal normal yang dilakukan oleh suami istri? Lalu bagaimana mereka semua bisa berumur panjang ketika mereka tidak bisa tidur usai melakukannya? Bagaimana lagi dengan jantung mereka bisa tidak sakit harus berdebar secepat ini setiap hari? Lelah melawan diri sendiri, aku memutuskan untuk mencari informasi mengenai apa yang terjadi padaku. Aku mengambil tabletku yang ada di tas ransel, lalu menyalakannya. Sama sekali tidak ada informasi tentang dampak buruk dari berciuman yang ada hubungannya dengan jantung. Justru bercium
~Delima~ Aku tidak tahu berapa lama lagi waktu yang aku miliki untuk membalas kebaikan Ben. Dia tidak hanya membantu aku dengan utangku, tetapi dia juga membantu orang tuaku merenovasi rumah mereka. Mama tidak berhenti bercerita mengenai hal-hal baru yang ada di rumahnya setiap kali aku atau dia menelepon. Bakti bahkan tidak pernah melakukan sesuatu untuk mereka. Memberinya sebuah acara kejutan pada hari ulang tahunnya hanyalah sebuah hadiah kecil. Jadi, aku ingin memberi dia sesuatu yang besar. Aku tahu bahwa yang aku lakukan ini sangat berisiko. Yang aku berikan kepadanya bisa saja menghancurkan diriku sendiri. Tetapi hanya ini yang bisa aku berikan. Dia tidak butuh barang atau uang, karena dia sudah memiliki segalanya. Suatu hari nanti dia akan menemukan wanita yang mencintai dia dan juga dia cintai. Aku mau dia tahu harus melakukan apa agar wanita itu mau terus berada di sisinya. Selama menikah dengan Bakti, aku mempelajari satu hal yang penting. Kata cinta saja tidak cukup, mel
Jerome melakukan yang terbaik yang dia bisa untuk mencegah siapa pun masuk ke bilikku dan merusak bukti yang ada. Aku dan Dhini berdiri di luar bilikku di sisinya untuk membantu dia menghalangi rekan-rekan kami yang ingin melihat uang tersebut. Begitu petugas keamanan datang, kami bertiga bergeser dan membiarkan mereka melakukan tugas mereka. Para karyawan berteriak agar aku ditangkap yang segera mendapatkan amarah dari Helen. Dia meminta mereka untuk kembali ke bilik masing-masing dan mulai bekerja. “Kalau kalian tidak segera kembali ke bilik kalian, kecuali Delima, kalian akan dipecat detik ini juga!” ancam Helen. “Hal ini termasuk untuk kalian juga, Dhini, Jerome. Kembali ke bilik kalian dan mulai bekerja.” Aku mendorong kedua rekanku untuk menuruti perintah manajer kami. Aku hanya bisa memeluk tubuhku sendiri melihat uang sebanyak itu diletakkan di dalam laciku. Petugas mengoleskan sesuatu di sekitar laci itu dan mengumpulkan semua sidik jari yang bisa mereka temukan. Uang itu m
“Aku sudah melakukan kesalahan,” ucap Rora pelan, saat kami berada di dalam ruang pas butik. “Aku tidak bermaksud mengajak dia datang ke sini bersama kita.” “Sudah. Tidak perlu dibahas. Sudah terjadi, tidak bisa kita ulang lagi.” Aku melihat gaun-gaun indah yang ada di sekitar kami. “Yang mana gaunmu?” Seorang wanita muda datang melayani kami. Rora menunjukkan bukti pembayaran kepadanya, lalu pelayan itu memberikan gaun yang dipesan oleh sahabatku. Gaun berwarna hijau pirus itu melekat membentuk lekukan tubuhnya dengan panjang rok menyentuh mata kakinya. Aku mengedipkan mata sambil membentuk huruf O dengan telunjuk dan jempolku. Pakaian itu sempurna untuk dia kenakan pada hari yang istimewa. Aku tidak mengerti mengapa dia masih perlu mendengarkan pendapatku. Model gaun itu sangat cocok untuknya, begitu juga dengan warnanya. “Apa Elan tahu mengenai pernikahanmu?” tanya Rora yang terlihat sudah tidak tahan lagi untuk bertanya. Aku hanya menggeleng pelan. Dia menjentikkan jarinya. “Pa
~Benedict~ Aku tidak khawatir mengenai temuan uang di laci meja kerja Delima. Aku justru berterima kasih kepada siapa pun pelakunya yang sudah meninggalkan jejak. Vardy dan timnya bisa semakin dekat menemukan pencuri yang sebenarnya. Mereka sudah memeriksa setiap sidik jari yang ada pada brankas Puput. Selanjutnya, mencari sidik jari yang sama pada laci tersebut. Orang yang memilih untuk berkhianat kepadaku dan tergiur pada tawaran keluargaku akan merasakan akibat dari ketidaksetiaan mereka. Apalagi mereka tidak menyerang aku, tetapi istriku sendiri. Tidak ada yang boleh menyentuh Delima selama dia ada dalam perlindunganku. Ayah dan Kenneth sudah sangat keterlaluan. Mereka berani mengutak-atik kantorku. Kalau bukan karena perusahaan mereka adalah milikku juga, aku pasti akan membuat mereka bangkrut. Aku memang tidak punya bukti yang menunjukkan bahwa mereka adalah otak dari peristiwa ini. Tetapi aku bisa mendapatkannya segera bila aku menginginkannya. Pintu ruanganku diketuk, lalu
Keluarga kita? Sejak kapan dia mengingat aku sebagai anggota keluarganya lagi? Aku menyandang nama Kumara, tetapi dia maupun Eloisa tidak pernah menganggap aku sebagai kakak mereka. Lalu apa ini mendadak menyebut keluarganya sebagai keluargaku juga? “Atas alasan apa kamu menyuruh aku menceraikan dia?” tanyaku memancing. “Aku tahu bahwa suaminya mati karena bunuh diri. Bila berita itu sampai ke telinga orang lain, maka keluarga kita akan jadi bulan-bulanan orang dan media. Jadi, ceraikan dia secepat mungkin,” katanya memberi perintah. Tidak. Bukan itu alasan dia mendesak aku untuk menceraikan Delima. “Ken, tidak ada yang tahu bahwa aku adalah putra dari Roman Kumara. Lalu apa yang kamu takutkan? Hanya Kenneth dan Eloisa yang terus kalian sampaikan ke media sebagai anak kandung Ayah. Semua orang sudah lupa siapa aku. Kecuali kalian sendiri yang mendeklarasikan aku sebagai anaknya, maka wajar orang-orang jadi mengingat aku kembali,” kataku dengan santai. Wajahnya kembali berang. “Kamu
~Delima~ Sebagian besar karyawan di divisi keuangan masih melihat tidak suka kepadaku, tetapi mereka bersikap lebih bijak daripada hari sebelumnya. Mereka tidak lagi mengata-ngatai aku atau menyebut aku sebagai pencuri. Sepertinya ancaman Helen berhasil. Mereka semua pasti tidak mau dipecat. Kejutan sudah menunggu aku di bilikku. Aku bergegas ke ruang rapat untuk mengambil bunga yang aku tinggalkan di sana. Tetapi aku tidak menemukannya di atas meja, juga tidak ada di atas bufet. Ke mana bunga itu dipindahkan? Aku menuju dapur dan tidak menemukannya di mana pun. Lalu mataku menangkap sesuatu berwarna merah di tempat sampah. Aku menarik napas terkejut melihat bunga-bunga itu beserta vasnya dibuang begitu saja. Jahat sekali. Apa salah bunga yang memperindah dan mengharumkan ruangan ini? Apa belum cukup mereka memaki dan memarahi aku kemarin? Aku mengambil vas bunga tersebut dan terpaksa membiarkan bunga itu dibuang. Setelah mencuci bersih vas tersebut, aku kembali ke bilikku. “Ada ap
Karno menemani aku sepanjang hari sejak aku keluar dari apartemen. Akhir pekan ini kami tidak pulang ke rumah, karena aku akan mengikuti acara dan kami berencana ke rumah Kakek pada hari Minggu. Aku pergi ke butik lebih dahulu untuk membeli pakaian baru. Ben tidak mengizinkan aku memakai gaun yang sama yang aku kenakan pada acara ulang tahun Kakek. Padahal warnanya sama-sama hitam. Sayang sekali jika aku punya terlalu banyak gaun berwarna hitam. Setelah menemukan gaun yang cocok, aku mengajak Karno dan wanita yang mengawal aku dari jauh untuk makan siang bersama. Barulah kami ke salon dan aku bisa duduk dengan tenang menunggu mereka menyelesaikan tugas mereka. Aku menghadiri pemberkatan pernikahan adik Rora di sebuah gereja, lalu mengikuti rombongan menuju gedung di mana resepsinya diadakan. Aku sengaja keluar dari mobil sebelum Karno masuk ke tempat parkir agar tidak ada yang melihat mobil yang aku tumpangi. Teman-teman yang melihat nanti bisa heboh dan aku tidak akan bisa menjelask