Setelah anak itu sudah puas menumpahkan perasaannya di pelukan Valerie, dia meregangkan pelukannya dari tubuh kecil Rainer. Valerie mengusap wajah anak lelaki itu untuk menghilangkan jejak air mata yang sejak tadi membasahi pipinya. Rainer sampai menunduk, mungkin dia malu setelah selama ini menolak Valerie, tapi ternyata dia sendiri yang datang ke dalam pelukan wanita itu.
“Kau sudah merasa lebih baik?” tanya Valerie, dan Rainer mengangguk pelan. “Kalau begitu ... kita sudah bisa pulang? Ayahmu mungkin sudah menunggu di mobil.”
Pelan dia tuntun Rainer turun dari kursi besi tempat mereka duduk. Tak lupa Valerie genggam pergelangan anak lelaki itu untuk mengajaknya menuju parkiran mobil yang tidak terlalu jauh dari sana. Tapi ketika Rainer bisa melihat mobil ayahnya di depan sana, buru-buru dia menarik tangannya dari genggaman Valerie.
“Bisa kita bersikap seperti biasa saja? Mungkin ayahku tidak akan senang jika melihat
“Tidak ada yang bisa mengusirku keluar dari rumah ini!” Suara Valerie pelan namun cukup tegas didengar semua telinga yang ada di sana. Patricia sampai terkejut mendengar kalimat yang dikatakan oleh Valerie, yang dia sendiri pun bingung dari mana mendapat keberanian berkata demikian. Tapi sudah terlanjur, Valerie akan menunjukkan pada semua orang bahwa dirinya tidak lah segampang yang mereka pikirkan. “Jupiter, kau dengar kata wanita gila ini?” Patricia berbicara dengan nada yang sangat dibuat-buat, untuk mempengaruhi pikiran Jupiter. “Dia bahkan berani menantangmu? Astaga ... aku tak mengerti kenapa kau harus membawanya kembali ke sini. Piter, usir lah perempuan ini sebelum membuat nama keluarga kembali buruk! Kau tak mungkin lupa bagaimana menderitanya kita dulu, kan? Karena dia, keluara bahkan hampir bangkrut!” Patricia menambahkan. Tentu Jupiter masih mengingat bagaimana perusahaannya goyah karena kelakuan mantan istrinya. Hampir semua klien menarik kerja
Ketika Jupiter berniat kembali ke kantor, Patricia mendatanginya di tangga rumah. Wanita tua itu menunjuk kolam ikan yang ada di sisi kiri rumah dan mengatakan banyak hal.“Jupiter, kau tidak terpengaruh oleh perkataan perempuan itu, kan? Kalian memang belum bercerai, tapi kau bisa mengusirnya dari rumah ini. Kau tidak takut jika Rainer menjadi peduli padanya? Lihat, Megan semakin mendekatinya, dan bisa kau pikirkan sendiri apa yang akan terjadi pada putramu ke depan nanti.” Patricia berbicara dengan nada yang sangat khawatir.“Aku akan mengusirnya,” sahut Jupiter acuh dan kembali melangkahkan kaki ke bawah.Tapi Patricia bukan lah orang yang puas dengan jawaban ambigu seperti itu. Sebelum Jupiter betul-betul mengusir wanita itu, dia tidak akan pernah tenang. Sehingga itu dia terus berusaha mempengaruhi pikiran Jupiter.“Sampai kapan? Kau menunggu dia lebih dekat lagi pada Rainer? Lihat,” katanya, menunjuk kolam ikan di
Ketika di bawah tadi mereka bertemu tatap, Jupiter langsung menyuruh Valerie naik ke lantai tiga. Gadis itu terlalu kaget sehingga tidak berpikir sudah mengikuti Jupiter dari belakang. Dan di sini lah di sekarang, duduk di sebuah sofa bersama dengan Jupiter di depannya.Valerie tak bisa tenang di tempatnya duduknya. Ujung matanya bisa melihat Jupiter yang juga terus menatap dari ujung sana. Jika saja dia bisa, ingin rasanya melarikan diri sehingga tidak berada di posisi sulit ini.“Kau istri Jupiter Lemanuel?” kata Jupiter, mengulangi perkataan Valerie di bawah tadi. “Kau juga nyonya di rumah ini? Sangat menarik.”Awalnya dia hanya ingin memastikan apa yang terjadi di bawah sana. Jupiter kesal mendengar kebisingan yang memecahkan peralatan makan, sehingga dia tidak bisa menahan diri untuk turun. Dan ketika akan memasuki ruang makan, dia terkejut mendengar tiga orang yang sedang saling menyindir di bawah sana. Cukup menarik, sebab mantan i
ISTRI BOHONGAN CEO.“Kau tidak perlu menjemputku.” Valerie berdiri, berjalan melewati Jupiter di ambang pintu. “Jangan beranggapan berlebihan,” ucapnya lagi untuk menegaskan bahwa mereka tidak memiliki hubungan apa pun. Gadis itu terus menaiki tangga menuju di mana kamar Jupiter berada, sejenak dia berdiri di ambang pintu sebelum benar-benar masuk ke dala sana. Matanya tertutup meyakinkan diri bahwa mulai sekarang dia adalah Megan Rosaline, perempuan yang dikenal dengan kekejaman dan peselingkuh. Dia menghela napas panjang sebelum benar-benar masuk ke kamar itu.Di depannya terdapat sebuah ruangan yang cukup luas dengan satu set sofa berwarna gelap di ujung sana. Juga beberapa meja yang di atasnya terdapat berbagai penghargaan atas nama Jupiter Lemanuel. Di sisi kiri sebuah lemari yang dipenuhi berbagai jenis buku, pun sebuah meja membaca yang terlihat sangat nyaman. Kaki Valerie terasa berat untu
“Apa yang kau lakukan di sana?”Jantung Valerie terasa akan lepas dari tempatnya, mendengar suara Jupiter yang begitu keras membentak dari atas ranjang. Gadis itu tidak bisa menghindari gerakan tubuh yang sangat cepat untuk melihat Jupiter. Dia gugup, bibirnya sampai gemetar sebab bingung akan menjawab apa. Matanya yang bulat sempurna adalah bukti bahwa dia sedang bingung mencari jawaban.“A-apa? tanya Valerie. “A-aku? Aku tidak melakukan apa pun. Aku ... hanya ingin tidur.”“Tidur?” Jupiter mengulangi perkataan gadis itu. “Kau pikir sofa itu tempat tidur?”Setelah lelah berpikir di ruang ganti, Valerie memutuskan tidak akan melakukan seperti yang dikatakan oleh Piter; tidur tanpa mengenakan pakaian. Dia tidak akan pernah melakukan itu dan lebih memilih untuk tetap mengenakan gaun yang sedang menempel di tubuhnya. Lalu kemudian dia berpikir tidak akan tidur di atas satu ranjang bersama dengan Jupiter,
“Kalian semua takut diberhentikan bekerja?” tanya Valerie, mempertegas perkataan para pelayan yang menunduk di depannya. Mereka mengangguk secara bersamaan, tapi bisa Valerie lihat wajah salah satu pelayan yang justru cemberut dan sinis menghadap ke bawah. Pelayan itu adalah salah satu dari dua orang yang tempo hari ikut menghukum dirinya, oleh suruhan Patricia. Mana mungkin Valerie lupakan wajah-wajah orang yang menyiksanya dengan gigitan serangga?Tapi sejujurnya, dia tidak ingin memikirkan itu lagi. Valerie pikir pelayan itu hanya disuruh oleh Patricia, nyonya besar yang mereka kenal di rumah itu. Namun melihat wajah sinis yang dia tunjukkan saat ini membuat Valerie terpancing ingin mengetahui apa yang membuat pelayan itu sangat berani. Bukan kah semua orang tahu bahwa Megan adalah wanita kejam? Seharusnya dia takut pada Valerie.“Kau,” kata Valerie, menunjuk si pelayan yang langsung mengangkat wajahnya.“Ya, Nyonya.” Dia t
Kedua orang itu masih saling menatap satu sama lain. Wajah mereka sangat serius dan berbicara melalui sorot mata yang ingin saling menjatuhkan. Valerie dan Jupiter sampai lupa jika Rainer ada di dekat mereka.“Ibu, Ayah, kenapa kalian terus saling melihat?”Kalimat yang datang dari putra mereka pun menyadarkan keduanya, yang lantas mengalihkan pandangan pada Rainer. Valerie sampai tergugup untuk membuat Rainer tidak mengetahui apa yang ada di pikiran ayah dan ibunya.“Apa? Itu ... kami hanya saling melihat.”“Rainer, kau akan ke sekolah barumu, kan?” kata Jupiter pula dari ambang pintu. “Ayo turun lah. Ayah akan mengantar kalian ke sekolah.” Dia berkata dan berbalik meninggalkan pintu kamar Rainer.Bukankah dia tahu Valerie lah yang mengambil tugas untuk mengurus sekolah putranya? Kenapa juga dia ingin mengantar Rainer? Valerie sedikit kesal. Tapi mengingat kata ‘kalian’ yang Piter ucapkan
“Rainer, apakah ayahmu mengatakan sesuatu?” tanya Valerie, ketika menemani anak itu bermain di depan kelasnya.“Ya, tadi malam ayah datang ke kamarku dan mengatakan dia sangat senang aku memiliki ibu. Ayah sudah tidak marah dan mengatakan kami tak butuh ibu,” sahut Rainer polos.Ini kah sebabnya Rainer terlihat sangat nyaman di depan ayahnya? Syukur lah ... meski sebenarnya Valerie sendiri kurang senang melihat lelaki itu, setidaknya ada kemajuan di dalam otak Jupiter. Lelaki kasar yang hanya peduli akan perasaannya, kini mulai memikirkan perkembangan putranya yang akan terganggu oleh masalah yang datang dari keluarga sendiri. Valerie senang, Rainer menjadi anak yang ceria dan fokus belajar di dalam kelas. Dia bahkan bersikap baik pada teman sebangkunya, tidak ada perkelahian yang terjadi sejak pelajaran pertama dimulai.“Kau senang pada ayah?” tanya Valerie lagi, dan mendapat anggukan dari Rainer.“Terima k