Share

Istri Cacatku, Kembalilah!
Istri Cacatku, Kembalilah!
Author: AgathaQuiin20

1. Surat Kontrak

Author: AgathaQuiin20
last update Last Updated: 2023-11-10 20:53:53

"Apa ini?"

Sophia Eleanor mengerutkan keningnya ketika dia menerima satu map yang baru saja diberikan oleh Shaka Adijaya. Pernikahannya baru saja selesai dua jam yang lalu, dan wanita itu baru saja menyelesaikan ritual mandinya. Tubuhnya yang begitu lengket membuat Sophia tidak nyaman. Belum lagi gaun yang dikenakan juga begitu berat, sehingga beberapa kali Sophia mengalami kesulitan untuk bergerak.

"Baca aja sendiri!!" cetus Shaka.

Sophia langsung diam, tangannya dengan pelan membuka map hijau itu dengan pelan. Lalu, membaca satu persatu kata yang tertulis. Dimana Shaka menuliskan banyak hal tentang pernikahan mereka yang tidak diinginkan satu sama lain.

Ya, Shaka dan juga Sophia sama-sama tidak menginginkan pernikahan ini terjadi. Hanya saja karena ayah Sophia yang tidak bisa menerima kejadian itu, membuat Shaka berjanji untuk menikahi Sophia ketika mereka dewasa nanti. Sophia juga tidak ingin mengingat siapapun, dia tidak mengenal Shaka bahkan tidak menikah dengan Shaka pun tidak akan membuat hidupnya menderita. Meskipun keadaan Sophia membuat beberapa pria jijik melihatnya, kakinya pincang bahkan berjalan pun Sophia sedikit menyeret kaki kirinya.

"Banyak sekali aturannya." komentar Sophia.

Shaka menatap Shopia sejenak, "Kenapa? Tidak bisa menerima?"

Jika dilihat ini hanya menguntungkan Shaka saja. Disana tertulis Sophia tidak boleh ikut campur dalam urusan pribadi Shaka. Pria itu juga sudah memiliki kekasih yang dia cintai, yang dimana Shaka dan juga kekasihnya akan segera menikah. Dan Sophia harus memberi izin sebagai istri pertama, Sophia juga tidak boleh tidur dalam satu ruangan dengan Shaka meskipun mereka adalah suami istri. Ingat pernikahan ini tidak ada yang menginginkannya, mereka menikah juga karena ayah Sophia yang menuntut dan membuat Shaka berjanji untuk menikahi wanita cacat.

Perlu diingat, Sophia cacat fisik juga karena Shaka. Waktu itu Shaka berusia delapan belas tahun, Shaka meminta salah satu sopir papanya untuk mengajari mengendarai mobil. Hampir setiap teman Shaka sudah bisa mengendarai mobil, dan pergi ke sekolah pun juga sudah ada yang membawa mobil. Sedangkan Shaka kemanapun dia masih menggunakan sopir. Itu sebabnya, setelah pulang sekolah Shaka memiliki sopir ayahnya untuk mengajari mengendarai mobil. Naasnya, mobil yang Shaka kendarai malah menabrak Sophia, yang waktu itu sedang mengantar bunga untuk pelanggannya. Shaka tampak panik, mau melarikan diri pun juga rugi karena kecelakaan itu tak jauh dari kios bunga milik keluarga Sophia.

Ayah Sophia yang mengetahui lebih dulu, apalagi ketika melihat putrinya yang tak sadarkan diri. Ada beberapa luka di tubuh Sophia, hingga di bawah ke rumah sakit pun dokter memberitahu jika kaki Sophia mengalami cacat fisik. Dan sekarang Shaka bilang tidak terima? Bukannya tidak terima dengan apa yang Shaka berikan, bahkan Sophia juga tidak begitu peduli, sehingga apa yang terjadi kedepannya Sophia tidak mau tahu apapun.

"Aku terima!!" Sophia mengembalikan map itu pada Shaka, untuk menyimpan dokumen itu dengan baik. Dia tidak akan lupa dengan apa yang Shaka tulis. Hanya saja, Sophia juga memiliki permintaan satu hal untuk Shaka, "Aku tidak peduli apapun tentang kamu, dan tolong jangan libatkan aku dalam masalah kamu. Ingat satu hal, jangan pernah saling jatuh cinta. Kamu lupa menulis itu di perjanjian kita."

Shaka langsung diam, memangnya siapa juga yang mau jatuh cinta dengan wanita cacat seperti Sophia? Jika bukan karena ayah wanita itu, yang ada di kamarnya saat ini bukanlah Sophia wanita cacat yang beberapa jam lalu menjadi istrinya. Tapi wanita yang sangat Shaka cintai sampai saat ini.

Untuk malam ini Shaka membiarkan Sophia tidur satu ruangan dengannya. Melempar bantal dan juga selimut, Shaka meminta Sophia untuk tidur di sofa. Keesokan harinya mereka akan pindah dari rumah ini, Shaka tidak suka tinggal dengan ayahnya yang sangat cerewet. Apapun yang Shaka lakukan akan selalu salah dimata ayahnya, yang benar hanyalah wanita cacat yang saat ini tengah memejamkan matanya tidur di sofa.

Shaka akui ayahnya juga terlibat dalam hal ini. Tanpa merundingkan semuanya ayah Shaka menyetujui perjanjian konyol yang ayah Sophia berikan. Bahkan selama masa hukuman Shaka tidak bisa keluar kota atau mungkin keluar negeri. Ayahnya takut jika Shaka akan mundur dari tanggung jawabnya. Kata ayah, menjadi seorang laki-laki harus memiliki tanggung jawab yang tinggi. Tapi kan masalahnya bukan tanggung jawab seperti ini, hidup Shaka benar-benar hancur banyak karena Sophia. Untung saja pernikahan ini tidak ada satu orang pun yang tahu kecuali keluarga besar Shaka dan juga Sophia. Dan sekarang pria itu benar-benar menyandang status suami di usianya yang baru saja dua puluh delapan tahun. Sedangkan Shaka berniat jika dia ingin menikah jika usianya sudah kepala tiga, tapi karena wanita itu semuanya hancur dalam hitungan menit.

Membaringkan badannya, Shaka pun memutuskan untuk tidur. Jika terus menerus memikirkan wanita cacat itu tidak akan ada habisnya. Dan Shaka akan kesal dengan sendirinya. Setidaknya dengan tidur, Shaka bisa sejenak melupakan apa yang terjadi dengan hidupnya.

***

Bangun terlalu lagi, Sophia pun melihat Shaka yang masih terlelap dalam tidurnya. Wanita itu segera membersihkan diri sebelum dia turun ke bawah, untuk menyambut keluarga barunya. Sophia juga harus pergi ke toko bunga yang dinaungi sejak kecil hingga sekarang. Jangan hanya karena sudah menikah, Sophia melupakan siapa dirinya selama ini. Dia juga tidak boleh terlambat untuk membuka toko bunganya, yang ada semua pelanggannya akan kabur setelah tahu jika Sophia tutup.

Membutuhkan waktu dua puluh menit, akhirnya Sophia pun bisa menyelesaikan mandinya dengan cepat. Dia mengenakan dress biru muda yang sangat cocok dengan kulitnya yang bersih. Menuruni anak tangga dengan pelan, sesekali Sophia pun merapikan penampilannya. Dia hanya menggunakan baju seadanya, karena Sophia tidak membawa banyak baju untuk tinggal dengan suaminya.

Sesampainya di bawah, Sophia melihat banyak sekali orang yang mulai menyapa dirinya. Begitu juga dengan ayah mertuanya yang langsung tersenyum lebar ketika melihat Sophia.

"Selamat pagi." sapa Sophia sopan.

"Selamat pagi juga, Phia. Apa tidurmu nyenyak?" kekeh Petra.

Sophia ikut terkekeh mendengar hal itu, dia pun memberitahu Petra jika tidurnya cukup nyenyak malam ini, sampai-sampai Sophia tidak ingin meninggalkan tempat tidurnya karena kecapekan. Hanya saja Sophia memiliki tanggung jawab dengan kios miliknya, apalagi nanti ada beberapa pelanggan yang datang ke kios bunganya.

"Jelas lah nyenyak, kasurnya empuk beda dengan kasur miliknya yang terbuat dari kapas. Selain bikin tidak nyaman, kasur kapas juga bikin sakit pinggang." cibir Mia. Ibu mertuanya.

Sophia hanya menundukkan kepalanya pelan, di rumahnya tidak ada tempat tidur yang terbuat dari kapas. Meskipun miskin, Sophia masih bisa tidur di kasur spong. Meskipun tidak mahal atau tidak mewah, nyatanya juga bisa membuat Sophia bersahabat dengan tempat tidurnya. Sophia memang suka tidur, dia bisa tidur satu hari dan bangun esok pagi. Tapi perubahan itu mungkin berangsur-angsur akan menghilang, setelah Sophia menikah dia pasti sibuk mengurus dirinya dan juga suaminya. Itu pun jika Shaka mau diurus, jika tidak sudah dipastikan hidup Sophia akan bahagia lahir batin.

Petra meminta Sophia untuk duduk dan ikut sarapan dengan mereka. Meskipun Mia menunjukkan wajah tidak sukanya, tapi sebagai menghargai Petra, Sophia pun duduk di depan Mia.

"Kita tunggu Shaka dulu, ada sesuatu yang ingin saya sampaikan pagi ini." ucap Petra yang mulai serius.

"Tentang apalagi! Ini pernikahan juga sudah terjadi kan sesuai dengan apa yang kamu inginkan. Terus sekarang mau apalagi coba!" cetus Mia.

Petra tidak menjawab, matanya terus menatap ke arah tangga dan berharap Shaka turun dengan cepat. Sekitar lima belas menit, akhirnya Shaka pun turun dengan kondisi yang sudah rapi dan wangi. Tentu, hal itu membuat Sophia mencium dirinya sendiri yang tidak menimbulkan aroma wangi. Dia lupa untuk membawa benda keramat itu di dalam tasnya.

Shaka duduk di samping ibunya dan mengecup pipi ibunya. Lalu menatap Sophia yang sudah duduk manis di hadapan ibunya. Wanita itu tak henti-hentinya menatap Sophia yang terlihat aneh, padahal semalam dia tidak melihat wanita itu tersenyum sedikitpun di hadapannya. Tapi kali ini …

"Kamu nggak mau mencium kening istri kamu, Shaka?" kata Petra sedikit menyindir. Dia hanya mengingatkan jika Shaka sudah memiliki istri, tidak mungkin kan jika dia harus terus menerus mencium ibunya, sedangkan istrinya di abaikan?

Shaka berdecak kesal, "Nggak deh Pi. Takut Sophia nggak kebiasaan dicium dan risih. Mending cium Mami aja yang udah jadi kebiasaan dari dulu."

Sophia juga tidak berharap dicium oleh Shaka. Bahkan Sophia merasa bersyukur dengan hal ini, setidaknya Shaka tidak menyentuhnya sedikitpun. Apakah yang terjadi kedepannya, Sophia akan mempertahankan hal ini sampai dia mati nanti.

"Begitu ya?" Shaka mengangguk, dia pun langsung meneguk air putih yang ada di sampingnya dengan cepat. Dia harus segera pergi ke kantor, karena ada klien dari luar negeri yang ingin bertemu dengannya. Shaka tidak ingin mengecewakan klien hanya karena datang terlambat, "Tunggu sebentar, Papi punya hadiah untuk kamu Shaka dan juga Sophia." ujar Petra kembali.

"Apa?"

Petra mengeluarkan satu kunci satu saku celananya, lalu mendorongnya pada Shaka, "Rumah ini sudah Papi beli jauh-jauh harus sebelum kalian menikah. Ini hadiah dari Papi untuk pernikahan kalian, dan semoga kalian bisa akur dan saling mengenal satu sama lain."

Mata Shaka mendelik sempurna, dia pikir bapaknya ini akan memberikan saham pada perusahaan dengan jumlah yang besar tapi yang ada Shaka malah dikejutkan dengan kunci rumah sebagai hadiah. Itu tandanya Petra sedang mengusir Shaka kan dari rumahnya sendiri?"

"Ini Papi lagi ngusir aku?"

"Enggak. Siapa yang bilang?" jawab Petra sambil menggelengkan kepalanya.

"Terus kunci ini?"

"Itu hanya kunci rumah, hadiah dari Papi untuk kamu. Kan nggak mungkin kamu mau tinggal dengan Papi, sedangkan kamu sudah menikah. Di rumah ini tidak boleh ada dua ratu, bukannya Papi nggak suka tapi Papi cuma mau menjaga perasaan Sophia saja." jelas Petra panjang lebar.

Bilang saja jika Petra telah mengusir Shaka dari rumah ini. Tidak perlu bilang jika dia memberikan kunci rumah untuk Sophia dan juga dirinya. Tapi … jika Shaka pergi dari rumah ini, bukankah hal ini baik menurut Shaka? Dia bisa keluar dari rumah ini dengan Sophia dan bisa melakukan apa yang dia suka bukan?

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Cacatku, Kembalilah!    80. ending

    Apa yang diharapkan terwujud. Asriel dan juga Sophia sudah resmi menjadi suami istri beberapa jam yang lalu. Asriel dengan lantang mampu mengucapkan janji suci yang membuat Sophia gemetar. Padahal Sophia sudah merasa takut jika pernikahannya dengan Asriel akan gagal. Tapi ternyata … “Susah banget sih ini gaun lepasnya.” ucap Sophia. Wanita itu mencoba untuk menurunkan resleting gaun yang berada di punggungnya.Melihat hal itu Asriel pun mencoba membantu Sophia untuk melepaskan gaun yang wanita itu kenakan. Gaun pilihan ibunya yang katanya memberatkan tubuh Sophia. Asriel pikir hanya satu kali saja Sophia gantung baju, ternyata Irana sudah menyiapkan empat gaun untuk Sophia kenakan sampai malam hari untuk resepsi. “Kamu ngapain?” tanya Sophia heran.“Bantu kamu.” Asriel terlalu fokus menatap punggung Sophia yang terpampang jelas sekali di mata Asriel. Tangannya reflek menyentuh punggung itu dan mengusapnya.Sedangkan Sophia, dia sudah mencoba menopang baju bagian depan agar tidak j

  • Istri Cacatku, Kembalilah!    79. Fitting Room

    Setelah melihat undangan yang sudah jadi, Sophia dan juga Irana memilih untuk pergi ke butik. Irana ingin memilih gaun yang cocok untuk Sophia menikah dengan putranya. Pernikahan ini sudah Irana idamkan sejak dulu, hanya saja putranya tidak ingin menikah jika bukan dengan Sophia. Entah apa maksudnya, Irana juga tidak mempermasalahkan status Sophia yang janda. Karena dengan uang, Asriel bisa mengubah semua identitas Sophia sesuai dengan apa yang dia inginkan. Masuk ke dalam butik, Irana meminta beberapa orang untuk menunjukkan beberapa gaun mewah untuk dipilih Sophia.“Kamu mau pilih yang mana, Phia?” tanya Irana.Sophia bingung dihadapi dengan beberapa gaun mewah di depannya. Sudah dipastikan gaun itu akan terasa berat dan tidak nyaman untuk Sophia kenakan. Mau menolak secara kasar pun juga Sophia sungkan, dipikir nanti Sophia tidak punya sopan santun oleh Irana. “Aku bingung, Tante.” jawab Sophia akhirnya Irana tertawa kecil. Dia pun memilih satu gaun putih bersih nomor dua dari s

  • Istri Cacatku, Kembalilah!    78.

    “Aaaa sialan!!” umpat Valery. Sepanjang hari ini beritanya hanya satu. Tentang pernikahan Sophia dan juga Asriel yang menjadi berita paling terdepan. Unggahan Asriel membuat beberapa wartawan mulai meliput dan mencari tahu wanita mana yang berhasil dan beruntung menikah dengan pria itu. Dan yang jelas wartawan dengan cepat menemukan wanita yang beruntung itu. Siapa lagi jika bukan Sophia dan yang langsung membuat Valery tidak suka. “Jangan mengumpat, Saverio tahu apa yang kamu katakan, Valery.” ucap Ranu.Ya, keluar dari rumah sakit dan Shaka menceraikan Valery. Wanita itu yang takut hidup miskin dan serba kurang akhirnya memilih menikah dengan Ranu. Sesuai dengan janji yang Shaka katakan waktu itu, dia memberikan sejumlah uang untuk Valery, dengan harapan wanita itu bisa mengelolanya dengan baik. Dan masalah perusahaan Ranu, selama tiga bulan ini sedikit demi sedikit bisa kembali bangkit dan tidak kekurangan biaya apapun. Ranu pikir Shaka akan berbohong dan membiarkan dia hidup gel

  • Istri Cacatku, Kembalilah!    77. Saya terima lamarannya ...

    Sudah tiga bulan lamanya, setelah pindah rumah Sophia tak lagi pernah melihat sosok Alcand kembali. Pria itu seolah hilang ditelan bumi, tidak lagi pernah mengirim pesan atau mungkin meneleponnya seperti dulu. Bukannya Sophia berharap, tapi setidaknya pria itu mendatangi Sophia sekali saja untuk meminta maaf pada Sophia. Setidaknya mengakui jika dia salah telah membuat Sophia kembali merasakan sakit, padahal Alcand pernah berjanji pada Sophia untuk membuat wanita itu bahagia.Ah ya, tentang Ayu. Karena hubungannya dengan Alcand sudah merenggang, awalnya Sophia ingin memberhentikan Ayu untuk bekerja dengannya di toko bunga. Uang yang Sophia berikan tidak sebanyak yang Alcand berikan pada Ayu setiap bulannya. Tapi yang terjadi, Ayu lebih dulu meminta resign dari kerjanya dan ingin pulang ke kampung. Ibunya sedang sakit dan tidak ada yang merawat ayah dan juga adiknya di kampung, itu sebabnya Ayu memilih untuk pulang kampung dan membuka usaha kecil-kecilan. Setidaknya jika terjadi sesuat

  • Istri Cacatku, Kembalilah!    76. Terbongkarnya Valery

    Shaka melemparkan tatapan tajam pada wanita yang baru saja bangun dari tidur panjangnya. Mungkin sekitar tiga hari Valery tidak sadarkan diri setelah pasca melahirkan. Wanita itu masih sibuk menatap bayinya yang ada di sampingnya. Lebih tepatnya masih ada di dalam boxs bayi dan tidur. Selama Valery tidak sadarkan diri, Shaka terus saja memaksa Ranu untuk mengatakan hal sejujurnya pada Shaka tentang Ranu dan juga Valery. Anggap saja Shaka bodoh selama ini, sehingga dia ingin mencekik Valery saat ini juga.Diperhatikan dari kejauhan, Valery pun mengerutkan keningnya heran. “Sayang kamu tidak ingin melihat bayi kita? Atau mungkin memberi nama untuk bayi kita mungkin?” Bayi kita? Setelah Valery melahirkan dan mengetahui kebenarannya, sekalipun Shaka tidak ingin melihat bayi itu. Meskipun suster dan juga para dokter meminta Shaka untuk melihat, atau mungkin menggendong bayi mereka. sekalipun, Shaka tidak menyentuh bayi itu. Rasanya dia benar-benar bodoh selama ini, dibutakan oleh cinta V

  • Istri Cacatku, Kembalilah!    75. Kedua kalinya

    Terpantau terlalu jauh, akhirnya Sophia pun menerima ajakan Alucard yang katanya ingin menunjukkan sesuatu pada Sophia. Entah apa yang ingin Alucard tunjukan sehingga mampu membuat Sophia tidak tenang. Sejak pagi hingga sore hari, Sophia terus menerus marah tidak jelas karena penasaran dengan ucapan Alcand. Jika pria itu kembali melamar Sophia, ingat kata Ayu dan juga Ibu, Terima saja mungkin bahagia Sophia ada di tangan Alcand. Tentu saja Sophia juga sudah memikirkan matang-matang jawaban apa yang harus diberikan pada Alcand. Melihat Alcand yang datang, Sophia pun tersenyum sangat cerah. Apalagi Alcand yang baru saja turun dari mobilnya sambil membawa bunga mawar salem kesukaan Sophia. "Terimakasih." ucap Sophia saat menerima rangkaian bunga dari Alcand."Ayo kita pergi sekarang." ajak Alcand. Sophia mengangguk, setelah menaruh bunga yang diberikan di ruang tamu Sophia memilih untuk pergi cepat. Dengan status barunya yang seorang janda, banyak sekali tetangga yang mencibir apalagi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status