Share

2. Pindah Rumah Baru

Sophia mengistirahatkan tubuhnya di ayunan kios bunganya. Ternyata ayahnya sudah datang, dan beberapa bunga pesanan pelanggan pun juga sudah diambil. Sophia pikir ayahnya tidak akan datang ke kios lagi, taunya masih saja dagang sambil mencatatkan bunga dan pupuk apa saja yang sudah habis.

Mengatur nafasnya, Sophia pun meneguk minumnya hingga tandas. Setelah mendengar ucapan Petra tentang hadiah rumah, ayah mertuanya itu meminta Shaka untuk membantu Sophia pindah ke rumah baru. Meskipun tidak begitu besar, tapi rumah ini cukup indah dengan adanya beberapa lahan kosong. Sophia bisa menjadikan lahan itu sebagai taman kecil di rumahnya nanti. Pasti akan terlihat begitu indah, dengan adanya banyak bunga dan juga sayur yang bisa mereka makan setiap hari.

"Kayaknya capek banget pengantin baru." kekeh Sion, ayah Sophia.

Sophia tertawa kecil, "Ayah apa sih. Tadi itu Phia barusan pindah rumah, jadi bantuin Shaka angkat barang ke rumah baru."

Sion terkejut bukan main, "Jadi nggak lagi tinggal dengan orang tua Shaka, Phia?"

Yang jelas tidak. Petra memberikan hadiah satu rumah atas pernikahan Shaka dan juga Sophia. Rumah itu dibeli beberapa bulan sebelum mereka menikah. Rumah itu juga sangat indah, meskipun tidak sebesar rumah kedua orang tua Shaka. Belum lagi rumah ini sudah lengkap dengan isinya, jadi Shaka dan juga Sophia hanya perlu membawa barang mereka untuk pindah ke rumah baru. Dan mulai hari ini Sophia tak lagi tinggal di mansion mewah milik keluarga Shaka.

"Kata ayah mertua, satu rumah itu tidak boleh ada dua ratu." terang Sophia.

Sion merasa lega mendengar hal itu, "Itu benar. Apalagi ibu mertuamu menentang pernikahan kalian."

Sophia mengangguk, kalau masalah itu Sophia tahu. Dia tahu betul jika ibu mertuanya tidak menyukainya. Apalagi kondisi Sophia yang cacat begini siapa juga yang mau menjadi mertuanya? Mungkin karena janji Sion dan juga Petra, atas apa yang Shaka lakukan, hal ini juga tidak akan terjadi. Dia pasti sudah memiliki kekasih yang dia cintai, hanya saja tidak ada satu orang pun yang mau menikah dengan Sophia. Parasnya memang cantik, tapi kebanyakan orang pasti menginginkan istri yang normal bukan? Tidak masalah, mau menerima Sophia sebagai menantu atau tidak, Sophia sama sekali tidak peduli. Dia akan jauh lebih sibuk dengan banyak bunga ketimbang harus mengurusi keluarga suaminya.

"Hmm, mungkin dia kesal dengan perjanjian yang Ayah buat dengan ayah mertua." jawab Sophia sedih, "Aku tidak suka mengikat dia Ayah, padahal tidak menikah dengan dia pun aku juga tidak masalah."

"Tapi Ayah yang masalah, Nak. Dengan kondisi kamu yang begini siapa yang mau?"

Bukannya Tuhan menciptakan umatnya berpasang-pasangan? Lalu kenapa ayahnya harus takut? Meskipun tidak sekarang, Sophia yakin jika suatu ketika dia akan menemukan sosok yang paling dicari. Dia hanya ingin dicintai dengan tulus apa adanya, bukan karena kasihan atau mungkin hal lain.

Sophia tidak ingin membahas hal ini, lagian semuanya sudah terjadi. Sophia menjadi istri Shaka seperti yang ayahnya inginkan, lalu untuk apalagi mereka berdebat dengan hal yang sudah terjadi? Toh, tidak akan merubah segalanya. Sophia dan juga Shaka tidak mungkin kembali ke masa lalu. Mungkin jika waktu itu Sophia hati-hati membawa bunga, dan tidak terlalu bahagia hal ini tidak akan terjadi. Shaka tidak mungkin menabrak Sophia, begitu juga dengan Sophia yang tidak akan cacat sampai dia dewasa. Dia hanya menyesali akan hal itu, tapi tidak pernah menyesali pernikahannya dengan Shaka. Mau dianggap atau tidak, Sophia tidak akan peduli.

Mengambil beberapa tangkai bunga mawar, Sophia kembali merangkai bunga itu dengan indah. Ya, setelah pergi ke rumah baru dan membawa banyak sekali barang, yang ada Sophia malah mendapatkan pesanan dari pelanggan lamanya. Dia baru tahu jika orang yang menjadi tetangganya adalah pelanggan setianya. Dia akan memesan satu rangkaian bunga mawar putih dan juga beberapa bunga lainnya untuk dia bawa ke makam ibunya. Orang itu bilang, jika ibunya paling suka dengan mawar putih, itu sebabnya setiap dua minggu sekali dia akan memesan bunga rangkai di kios Sophia.

Hanya membutuhkan lima menit saja, akhirnya Sophia pun bisa menyelesaikan satu rangkain bunga yang indah. Wanita itu tersenyum penuh bahagia, sesekali mengabadikan bunga rangkai yang dia buat setelah harinya. Untuk dipromosikan di akun sosial miliknya, siapa tahu saja setelah ini akan ada banyak sekali orang yang membeli bunga rangkai atau tanaman hias miliknya.

"Selesai." pekik Sophia senang.

Sion yang mendengar hal itu, langsung meminta Sophia untuk membawa pupuk ke belakang kios. Disana ada beberapa tanaman yang harus ditanam dengan benar, dan lagi, Sion juga memberitahu Sophia tentang bunga yang terkena hama, jika dibiarkan terus yang ada bunga lainnya juga akan rusak dan mati.

"Oke Yah."

Melihat pupuk dalam sak biru, Sophia pun langsung membawa pupuk itu ke belakang kios. Disana ada beberapa karyawan Sophia yang sudah siap membantu Sophia dalam hal menanam. Tapi yang ada, ketika Sophia kembali ke depan ingin mengambil pupuk. Mata Sophia tak sengaja melihat ada mobil hitam yang selalu terparkir indah di samping kios Sophia. Tidak terlalu jauh, tapi Sophia yakin jika pemilik mobil itu tengah memperhatikan Sophia. Ini bukan hanya sekali, tapi hampir setiap hari sebelum Sophia menikah dan sampai menikah pun masih ada. Sophia ingin sekali menghampiri mobil itu dan melihat siapa yang datang, tapi yang terjadi beberapa kali Sophia mencoba untuk menghampiri, mobil itu langsung melaju dengan cukup kencang. Hingga membuat Sophia sulit untuk mencari tahu.

"Sophia tempat pupuk!!" teriak Sion yang merasa Sophia paling lama mengambil pupuk dan juga tempatnya.

"Iya Yah, iya." jawab Sophia sambil berteriak kencang.

***

"Jadi perempuan tadi yang jadi istrimu?" tanya Alcand.

Shaka mengangguk, dia sempat mengajak Alcand untuk melihat istrinya yang cacat itu. Meskipun sebenarnya Shaka tidak ingin ada satu orang pun yang tahu jika dirinya sudah menikah. Tapi dengan Alcand, rasanya Shaka tidak bisa berbohong. Dia selalu menceritakan apa yang terjadi pada sepupunya ini, dan meminta Alcand untuk tutup mulut atas hal ini. Hanya Alcand saja yang tahu tentang pernikahan Shaka dan juga Sophia. Shaka juga meminta Alcand untuk tidak memberitahu kedua orang tuanya akan hal ini. Pernikahannya dengan Sophia secara diam-diam dan tidak ada banyak orang yang tahu, setidaknya dengan hal ini Shaka bisa menutupi diri dari malu jika memiliki istri yang cacat. Dia hanya tidak suka banyak orang akan mengolok atau mungkin menghina Shaka yang tidak bisa mencari istri yang normal dan cantik.

"Iya, dia istriku." jawab Shaka pelan.

Alcand mengerutkan keningnya, "Dia cantik. Kenapa harus ditutupi?"

"Aku tidak ingin menikah dengan wanita cacat. Ini bukan mauku, tapi mau ayahku."

"Apa ini termasuk janji konyol yang ayahmu buat?"

Shaka mengangguk, tentu saja iya, memangnya siapa lagi jika bukan karena ayahnya? Tapi tidak masalah, awalnya Shaka berpikir jika dia tidak bisa leluasa melakukan hal apapun di rumah itu. Tapi yang ada, Petra memberikan satu rumah untuk Shaka dan juga Sophia sebagai hadiah pernikahan mereka. Tentu, hal itu tidak dilewatkan oleh Shaka. Dia bakal mengajak kekasihnya datang ke rumahnya hanya untuk menghabiskan waktu berdua. Atau mungkin kekasih Shaka juga menginap disana, Shaka pikir Sophia tidak akan keberatan. Apalagi Sophia juga sudah setuju dengan perjanjian yang Shaka buat.

"Perjanjian apa?" ucap Alcand yang penasaran.

"Perjanjian pernikahan kita. Pernikahan ini tidak diinginkan, jadi aku meminta Sophia untuk tidak mengatur hidupku, aku juga mengatakan jika aku memiliki kekasih yang aku cintai. Dan Sophia tidak keberatan akan hal itu, asalkan tidak mengusik dia, itu sih tidak masalah." jelas Shaka.

Alcand benar-benar tidak menyangka jika hal itu benar dilakukan oleh Shaka. Alcand pikir semuanya hanya pura-pura, kontrak itu pun juga hanya bercandaan untuk Shaka yang pusing atas pernikahannya. Taunya, Shaka malah sungguhan membuatkan kontrak menikah dengan Sophia. Demi Tuhan Alcand hanya bercanda mengenai hal ini. Dia tidak ada niatan untuk menghancurkan kehidupan orang lain.

"Aku hanya bercanda waktu itu." ucap Alcand mengaku.

"Aku tidak peduli. Sophia juga tidak masalah akan hal itu."

Alcand hanya mampu menggelengkan kepalanya pelan, Shaka adalah pria yang keras kepala. Dia akan melakukan apa yang menurut dia benar dan terbaik untuk dirinya. Yang jelas, Shaka adalah orang gila versi waras menurut Alcand.

"Terserah, aku sudah mengatakan kalau ini cuma bercanda." ucap Alcand kembali.

Shaka hanya mengangguk, bercanda atau tidak ide Alcand waktu itu memang sedang dibutuhkan oleh Shaka. Jika saja tidak ada ide itu, sampai saat ini Shaka tidak tahu harus melakukan apa.

Berdiri dari tempat duduknya, Alcand langsung menarik tangan Shaka yang hampir saja pergi, "Mau kemana?"

"Ada urusan, kenapa?"

"Tidak. Aku pikir kamu mau kembali bertemu dengan istrimu."

Shaka mendengus, "Untuk apa juga aku bertemu dengan dia? Di rumah juga bertemu, rasanya cukup bosan!!"

Alcand hanya mampu menggelengkan kepalanya, "Awas nanti jatuh cinta."

"Cih!! Jatuh cinta dengan dia? Meskipun dia hanya satu-satunya wanita yang ada di dunia ini, aku memilih untuk tidak jatuh cinta!! Kalau kamu mau, ambil saja aku tidak peduli dan itu akan mempercepat perceraianku dengannya."

Setelah mengatakan itu, Shaka pun memutuskan untuk benar-benar pergi. Dia ingin menemui kekasihnya dan memberitahu kabar bahagia ini. Dia tak lagi tinggal satu rumah dengan ayahnya, yang dimana Shaka dan kekasihnya bisa bertemu kapan saja jika mereka ingin. Bahkan kekasih Shaka juga bisa menginap di rumah baru mereka jika ingin. Toh, Sophia juga tidak mungkin mempermasalahkan hal ini 'kan? Mereka saling mencintai, masa iya Sophia tega memisahkan Shaka dan juga kekasihnya

To be continued

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status