“Kamu gila ya!!” teriak Shaka tertahan.Setelah makan malam bersama. Petra dan juga Mia pulang dari rumah Sok gua dan Shaka tepat jam sepuluh malam. Itu sebabnya Shaka berani berteriak di depan Sophia dengan jawaban yang tidak masuk akal wanita itu. Dia bilang siap untuk hamil Shaka? Sialan menyentuhnya saja Shaka tidak kepikiran. Apalagi sampai membuat Sophia hamil, ini benar-benar gimana menurut Shaka. Sophia menggeleng, “Tidak. Kenapa?” “Masih tanya kenapa? Kamu tau nggak akibatnya dari jawabanmu itu apa?” “Aku tau.”“Lalu kenapa menjawab seperti itu, Sophia. Ingat ya perjanjian kita di awal, kita harus berpisah dalam waktu satu tahun, karena aku ingin menikahi wanita yang aku cintai.” “Iya aku tau, tanpa diulang.” jawab Sophia santai. Melihat reaksi Sophia, Shaka mendadak emosi sendiri. Wanita itu terlihat santai sambil memainkan ponselnya yang terus menyala, entah apa yang wanita itu lakukan tapi mampu membuat Shaka benar-benar marah.“Sophia aku sedang berbicara serius.”
Sophia terkejut bukan main ketika melihat Alcand yang tiba-tiba saja datang ke toko bunganya. Ini masih terlalu pagi untuk mereka bertemu, sedangkan Alcand sendiri yang bilang akan datang ke toko sekitar jam sepuluh siang. Tapi ini masih jam delapan pagi dan Alcand sudah ada di tokonya? Mau apa?“Hei … bukannya kesini jam sepuluh ya?” kata Sophia mengingatkan. Alcand mengangguk, dia membenarkan apa yang Sophia katakan. Dia seharusnya datang jam sepuluh siang, tapi karena tidak bisa menahan diri akhirnya Alcand pun datang pagi. Untuk melihat sudah sampai mana persiapan Sophia tentang cafenya. Sion berdehem untuk menyadarkan posisinya, “Kalian saling kenal?” “Astaga Ayah, Phia sampai lupa mau ngomong sama Ayah kalau Mas Alcand ini ngajakin Phia kerjasama. “ jelas Sophia yang benar-benar lupa tentang kerjasama yang sudah mereka bahas satu minggu yang lalu. “Kerjasama apa? Buka toko bunga lagi?” Alcand menggeleng, dia pun mengambil alih apa yang seharusnya Sophia jelaskan. Awalnya Al
Turun dari mobil Shaka langsung menabrak sebuah meja kecil dan menjatuhkan cat kaleng kecil, hingga ada yang tumpah juga. Shaka merasa canggung melihat Petra dan juga Alcand yang secara spontan menatap dirinya. “Ada apa?” tanya Shaka bingung. “Kamu disini juga Shaka?” tanya balik Petra dengan heran. Ya, Petra datang setengah jam yang lalu karena melihat mobil Alcand yang terparkir indah di pinggiran jalan. Petra yang tadinya ingin ke rumah temannya pun berhenti sejenak untuk melihat sedang apa Alcand di tempat ini. Ditambah lagi, Petra juga sempat melihat sekelebatan wanita yang mengenakan dress berwarna putih dengan motif bunga. Kalau tidak salah, baju itu seperti milik Sophia. Tidak mau berpikir buruk, tapi entah kenapa Petra merasa Sophia sedang bersama dengan Alcand. “Iyaa, ini bisnis baru aku sama Alcand, Pi.” jawab Shaka asal. Seketika itu juga Alcand menatap Shaka dengan bingung. Bisnis apa? Bahkan cafe ini seratus persen murni milik Alcand, Shaka tidak ada sangkut pautnya
Sesampainya di toko, Sophia segera turun. Dia tahu betul jika Shaka adalah orang sibuk, itu sebabnya Sophia tidak ingin membuang banyak waktu pria itu hanya untuk mengantar Sophia ke toko. “Terimakasih.” kata Sophia sopan.Shaka hanya diam saja, awalnya dia tidak ingin mampir ke toko bunga milik Sophia. Tapi melihat ayah mertuanya yang seolah menunggu siapa pemilik mobil ini membuat Shaka mendengus. Apalagi Sophia yang langsung turun dari mobil dan Shaka pun mengikutinya dengan cepat.Sophia menoleh kaget, dia pun menatap Shaka dengan tatapan yang sulit diartikan. “Kenapa ikut turun?” tanya Sophia berbisik.“Ada ayahmu, ingat rencana kita!!” Sophia mengangguk, dia pun langsung menggandeng tangan Shaka dengan lembut. Apalagi Shaka yang seolah tengah menuntun Sophia yang berjalannya saja tidak bisa lurus. “Ayah.” sapa Shaka ketika sampai di depan Sion. Untuk melancarkan rencananya dengan baik, pria itu juga sempat menyalami Sion. Setidaknya kesannya harus bagus, jika nanti Sophia da
“Sebenarnya apa yang kamu inginkan, Shaka. Kamu bukan tipe orang yang bisa tidur di sembarang tempat.” ucap Sophia.Memang, Shaka bukan tipe orang yang bisa tidur di sembarang tempat. Ranjang kecil ini pun tidak akan bisa membuat Shaka tidur dengan nyenyak. Kamar ini begitu sempit, sehingga untuk bernafas pun kurang menurut Shaka. Lalu kenapa juga jika dia ingin menginap di rumah Sophia, apa itu salah? “Kenapa? Aku kan suamimu. Seharusnya kamu nggak keberatan kan kalau aku menginap di rumah kedua orang tuamu.” tanya Shaka pemasaran.Sophia memijat pelipisnya, “Apa yang kamu inginkan?”“Tidak ada.” “Shaka aku serius.” “Mamang tidak ada, Sophia.” jawab Shaka cepat. Entah kenapa jawaban itu sama sekali tidak menarik untuk Sophia. Pasti ada niat tersendiri kenapa Shaka melakukan hal ini pada Sophia. Seharusnya Shaka ingat dengan rencana mereka, jika dia harus membuat Valery hamil. Bukan berarti Shaka harus membuang banyak waktu untuk Sophia kan? Menginap di rumah Sophia bukanlah ide y
“Hari ini kamu tidak perlu ke toko.” Ucapan itu terus saja terngiang di pikiran Sophia. Sejujurnya Sophia sendiri juga bingung kenapa tiba-tiba saja Shaka mengatakan hal itu, sedangkan Shaka tahu jika pagi ini dia ada janji dengan Alcand untuk membahas bunga dan juga hal lainnya. Tapi yang ada Shaka malah melarangnya, dan mendapatkan persetujuan dari Sion. Ayahnya menyetujui apa yang Shaka katakan, dan meminta Sophia untuk tetap di rumah saja. Lagian kios ini sudah ada ayahnya kenapa juga Sophia masih bingung masalah kios bunga? Dan disinilah Sophia akhirnya, duduk di depan rumahnya sambil menanam banyak bunga yang dia bawa dari toko yang belum sempat Sophia tanam. Karena beberapa hari lalu terlalu sibuk, semua tanaman ini belum sempat Sophia pindahin. Satu persatu bunga yang sudah dia taman pun berjejer dengan tapi, Sophia tersenyum kecil. Pekarangan rumahnya akan indah dan banyak bunga kesukaan dirinya. Sophia paling suka dengan bunga lili, dia bahkan sampai menanam bunga lili pal
Acara selesai Sophia adalah orang paling sibuk di rumah ini, dia harus membereskan semua piring motor sendiri tanpa ada satu orang pun yang membantu. Begitu juga dengan Shaka yang dilarang keras Mia untuk membantu Sophia di dapur. Dia harus berjalan dengan kaki yang diseret membawa banyak piring dan juga sisa makanan yang ada.“Mami bilang begitu nggak keterlaluan?” tanya Shaka yang mulai serius menatap ibunya.“Apanya yang keterlaluan? Memangnya Mami bilang apa?” “Sophia pembantu dan cacat.” Mia menatap Shaka tidak suka. “Kenapa jadi belain dia? Bukannya apa yang Mami bilang itu benar? Dia kan memang cacat, dan menurut Mami dia memang nggak pantas untuk jadi istri kamu. Mami malu punya menantu yang begitu, nggak bisa banggain sama sekali.” Shaka tahu, tapi kan setidaknya tidak melontarkan kata itu di depan banyak orang. Bagaimana perasaan Sophia saat ini? Meskipun apa yang dibilang Mia itu benar, jika Sophia cacat tapi bukan berarti Sophia harus dianggap sebagai pembantu kan? Pern
Sophia merasakan tubuhnya menggigil, membuat wanita itu mengurungkan niatnya untuk pergi ke toko bunga. Dia juga meminta Sion untuk menyiapkan pesanan bunga mawar seratus biji untuk diambil sore nanti. Akhir-akhir ini banyak sekali kegiatan yang menguras tenaga Sophia, wajar saja jika dia ambruk apalagi setelah menikah yang jelas Sophia jarang sekali memiliki waktu seratus persen untuk istirahat. Waktunya benar-benar harus dibagi, bangun pagi hari untuk menyiapkan sarapan dirinya, Shaka dan juga makan siangnya. Pulang ke rumah sore hari sudah disuguhi halaman rumah yang berantakan dan tak beraturan. Belum lagi Sophia harus masak untuk makan malam jika dia malas untuk berhenti membeli makan. Itu pun juga dia harus mandi malam yang selama ini jarang sekali dia lakukan. Paling sore Sophia mandi jam lima sore, semua kebutuhan dirinya, rumah hingga makan pun sudah disiapkan oleh ibunya. Tapi sekarang apa-apa Sophia harus kerja sendiri. “Aduh … pusing banget.” lirih Sophia, sesekali memega