"Dia siapa?" tanya Sophia dengan nada rendah.
Shaka bangkit dari duduknya menghampiri Sophia yang baru saja datang. Pria itu memperhatikan penampilan Sophia yang tidak masuk sama sekali. Dress itu berwarna biru dengan motif bunga, panjangnya juga hanya sebatas lutut. Tapi masih dibalut dengan cardigan rajut berwarna merah muda. Lihatlah, dia sudah seperti jemuran berjalan di siang bolong.Sedangkan wanita yang duduk di kursi dengan wajah angkuhnya pun tersenyum. Wanita itu mengenakan dress mini berwarna maroon yang sangat kontras dengan kulitnya yang putih pucat. Tatanan rambut yang rapi, wangi dan juga bersih membuat Shaka suka. Tapi setelah melihat Sophia, mendadak Shaka berpikir jika wanita itu paling pantas menjadi pelayan di rumahnya."Dia Valery, kekasihku." jawab Shaka. Dengan sengaja pria itu langsung menarik tangan Valery untuk mendekati Sophia, "Tidak keberatan kan jika Valery menginap di rumah ini?"Sophia memalingkan wajahnya, dadanya mendadak begitu sesak melihat suaminya yang membawa wanita lain ke rumahnya. Pernikahannya baru saja terhitung dua hari, apa iya Shaka tidak bisa menahannya sebentar saja? Setidaknya sampai satu minggu, barulah mau tinggal satu rumah pun juga Sophia tidak peduli sama sekali. Dia hanya takut jika kedua orang tuanya, atau mungkin orang tua Shaka datang ke rumah mereka untuk melihat kondisi mereka. Mungkin ayah Shaka akan khawatir, sedangkan ibunya juga tidak peduli dengan semua ini. Dan lagi, ibu Shaka pasti sangat bangga dan senang ketika melihat putranya membawa calon menantu yang cantik dan normal."Sophia apa kamu keberatan jika aku menginap dirumah kalian? Aku tau kalian baru menikah, dan seharusnya aku tidak mengganggu kalian. Tapi … hmm, aku tidak tahan kalau harus melihat kalian berduaan di rumah ini." ucap Valery dengan nada yang dibuat sangat manja. Belum lagi, tangan wanita itu juga menyentuh kancing kemeja Shaka dengan menggoda."Seharusnya tidak, sayang. Dia sendiri yang bilang jika dia tidak keberatan jika aku membawa kekasih ku ke rumah." sahut Shaka melirik Sophia.Disini Sophia langsung tertawa kecil, "Ya. Aku memang tidak keberatan jika Shaka membawa kekasihnya ke rumah. Tapi … perlu kalian ingat, besok pagi ayah Shaka akan datang kemari. Jika ingin mengambil resiko silahkan saja menginap disini, aku tidak akan peduli dengan kalian."Menyeret kakinya dengan pelan, Sophia pun langsung pergi ke kamarnya di dekat tangga. Kamar ini seharusnya menjadi kamar tamu, tapi berhubung Shaka tidak ingin satu kamar dengan Sophia, wanita itu memutuskan untuk tidur di kamar tamu. Dia akan pergi ke kamar Shaka jika kedua orang tua mereka datang ke rumah ini, kecuali ibu Shaka. Dia pasti tidak suka jika Sophia berada di kamar Shaka. Dia adalah orang yang menentang pernikahan Shaka dan juga Sophia, hingga memikirkan banyak cara untuk membuat mereka berpisah.Sikap Sophia membuat Shaka geram, dia pun mengikuti wanita itu hingga masuk ke kamar. Bahkan Shaka nyaris saja melihat Sophia yang ingin melepas baju di hadapannya."Apa yang kamu lakukan! Bisa ketuk pintu dulu sebelum masuk? Kamu sudah melanggar privasiku, Shaka!!" teriak Sophia kencang, sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.Shaka tertawa, "Mau telanjang pun juga aku tidak akan tertarik denganmu. Aku hanya ingin kamu menjelaskan apa yang kamu katakan barusan. Ayahku tidak mungkin datang kesini kan?""Buka saja ponselmu, kamu akan tau apa yang aku maksud." jawab Sophia malas.Wanita itu juga meminta Shaka untuk segera pergi. Dia ingin mandi, dan Sophia tidak ingin melihat Shaka masih berada di kamarnya setelah wanita itu selesai mandi.Shaka sendiri juga langsung mengambil ponselnya dan menatap banyaknya pesan masuk dari Sophia. Dimana wanita itu memberitahu Shaka, jika ayah Shaka akan datang besok pagi untuk ikut sarapan dengan mereka bersama dengan ibunya. Lalu bagaimana jika ayah Shaka tahu kalau di rumah ini ada kekasih Shaka?Pria itu langsung pergi dari kamar Sophia dan menemui Valery yang duduk santai sambil menikmati minumannya. Ini bukan saatnya untuk bersantai, Shaka bahkan sampai menarik gelas yang wanita itu pegang."Sayang aku haus, aku ingin minum." rengek Valery manja.Shaka meminta Valery untuk tenang sejenak, ini bukan saatnya untuk minum. Shaka tahu jika Valery sedang haus, masalahnya wanita itu sudah menghabiskan dua botol tequila."Aku tau. Tapi tolong berhenti minum, ada hal penting yang harus kita bahas."Mendengar kata penting, Valery pun langsung merubah posisi duduknya menggoda Shaka, "Katakan, ada hal penting apa sampai kamu terlihat panik."Shaka menarik nafasnya panjang, dia pun menatap botol minuman di depannya yang tinggal setengah. Shaka meminta Valery untuk menghabiskan minumnya segera, lalu mengantarkan wanita itu pulang ke rumahnya. Untuk saat ini Valery tidak bisa menginap di rumah Shaka, mendadak dia mendapat kabar dari Sophia jika besok pagi ayahnya akan datang ke rumah ini bersama dengan ibunya untuk sarapan bersama. Tentu saja Shaka tidak ingin mengambil resiko, pernikahan mereka baru saja dua hari masa iya dia langsung membuat masalah?Valery langsung menatap Shaka tidak suka, "Bilang saja kamu ingin menghabiskan waktu berdua dengan istri cacatmu itu!! Aku tau kalian baru menikah, aku juga tahu kalau kalian membutuhkan waktu bersama untuk saling mengenal. Jangan mencari alasan apapun lagi aku tau itu!!"Shaka menggeleng, tidak!! Bahkan Shaka berani bertaruh jika Sophia tidak terlibat dalam hal ini. Mereka tidak membutuhkan hal itu, tidak ada perkenalkan satu sama lain seperti yang Valery katakan. Bahkan Shaka maupun Sophia juga tidak menginginkan pernikahan ini, lalu untuk apa juga Shaka dan Sophia harus mengenal satu sama lain? Yang ada mereka tidak membutuhkan hal itu."Sayang, tolong mengertilah. Aku dan Sophia tidak membutuhkan hal itu, kamu tau pernikahan ini tidak diinginkan. Tolong, jangan berpikir yang tidak-tidak tentang aku dan juga Sophia."Tetap saja Valery tidak bisa membuang pikiran buruk tentang mereka. Pasalnya, mereka ini sudah menikah, tidak mungkin dalam satu rumah mereka hanya saling tatap. Meskipun tidak tidur dalam satu kamar, kalau posisi Shaka mabuk dan tidak sadarkan diri hal yang tidak diinginkan pun juga bisa terjadi."Baiklah. Aku mengalah, setelah ini aku akan pulang. Puas kamu!!""Maafkan aku."Valery mengangguk, untuk kali ini dia mengalah. Tapi setelah ini jangan harap Valery mau mengalah, Shaka itu miliknya mau menikah dengan siapapun juga Shaka akan tetap kembali pada Valery. Dia tidak masalah jika harus menjadi yang kedua, asalkan Valery bisa bersama dengan Shaka selamanya.Tidak mau membuang banyak waktu, akhirnya Shaka pun memutuskan mengajak Valery untuk segera pulang. Masih ada hari untuk mereka menghabiskan malam bersama. Bahkan Shaka juga berjanji pada Valery, setelah keadaannya membaik wanita itu bisa tinggal dengannya di rumah ini.***Pergi ke dapur, Sophia pun membuatkan beberapa menu untuk sarapan. Ayah mertuanya datang terlalu pagi, untung saja Sophia mendengar ketukan pintu yang cukup kencang dari arah depan. Yang dimana mertuanya datang dengan berbeda ekspresi. Petra begitu antusias dengan pagi ini, sedangkan Mia wanita tua itu masih menunjukkan wajah tidak sukanya pada Sophia. Bahkan ketika Petra meminta Mia untuk membantu Sophia memasak di dapur, wanita itu lebih memilih membangunkan Shaka di kamar bawah. Sehingga dengan kewalahan Sophia pun mampu menyelesaikan masakannya dengan cepat. Untung saja semalam ketika Sophia ingin pergi tidur, pria itu mengajak Shopia untuk belanja mengingat di rumah ini tidak ada bahan makanan sedikitpun, jangankan sayur, beras saja mereka tidak punya."Si cacat juga pandai memasak ya? Mau bikin Shaka betah di rumah karena masakanmu? Saya rasa itu tidak mempan." cibir Mia menatap beberapa menu makanan di hadapannya. Dari aromanya memang tercium enak, tapi tidak tahu dengan rasanya sehingga membuat Mia kembali berkata, "Jangan sampai saya makan semua masakan kamu terus sakit perut ya!!" ucapnya kembali.Sophia menatap Mia sejenak lalu tersenyum, "Saya pastikan Mami tidak mungkin sakit perut setelah mencicipi masakan saya."Alis Mia terangkat sebelah, dia pun mendekati Sophia dengan wajah tidak sukanya, "Cih Mami!! Saya tidak mengizinkan kamu memanggil saya Mami jika tidak ada suami saya. Harusnya kamu memanggil saya dengan sebutan Nyonya, karena saya tidak menganggap kamu sebagai menantu saya. Saya tidak mau memiliki menantu cacat seperti kamu!!"Mendengar hinaan itu Sophia hanya mampu menahan diri. Dia tahu jika dirinya cacat, lagian yang membuat Sophia cacat juga Shaka. Dia juga tidak mengikat Shaka dalam hal ini, Sophia sudah meminta ayahnya untuk tidak melanjutkan perjanjian konyol ini. Sophia tidak masalah jika dia harus cacat seumur hidup dan tidak menikah, asalkan dia tidak mendengarkan hinaan dari orang lain. Tapi mau bagaimana lagi, ayah Shaka dan juga ayah Sophia ngeyel dan meneruskan perjanjian konyol mereka. Pernikahan ini seperti membuka pintu neraka untuk Sophia sendiri."Ingat ya, hanya di depan suami saya saja kamu bisa memanggil saya Mami!!" Mia memperingati sambil menunjuk Sophia. Dia tidak ingin wanita itu keceplosan ketika berbicara di depan Petra.Tidak perlu diingatkan, Sophia akan selalu ingat. Dia tidak akan salah berucap, dari awal Mia sudah tidak menyukai dirinya. Mertua mana yang mau memiliki menantu cacat? Belum lagi Shaka tidak memiliki kekurangan apapun, dia tampan dan juga kaya, tentu saja pria itu bisa mendapatkan wanita yang lebih dari Sophia. Apalagi Valery, Sophia saja yang sesama wanita suka melihatnya. Selain cantik Valery juga memiliki tubuh yang indah, belum lagi kaki wanita itu yang kadang membuat Sophia iri. Jika saja waktu itu tidak terjadi mungkin …"Sophia apa kamu akan menyimpan semua makanan itu di dapur saja?" teriak Petra kencang, hingga membuat Sophia terjingkat kaget. Dia lupa kedatangan mertuanya ke rumah ini untuk makan bersama.To be continuedUsai makan, Sophia pikir, mertuanya itu akan segera pulang. Tapi yang ada, mertuanya malah duduk santai di depan televisi. Petra yang sibuk membaca koran pagi ini, dan juga Mia yang sibuk dengan ponselnya. Sophia melirik Shaka yang berdiri tak jauh dari dirinya, meminta bantuan pria itu untuk membebaskan diri dari kedua mertuanya. Sophia harus pergi ke kios bunga membantu ayahnya menanam beberapa bunga yang baru saja datang. Dia tidak mungkin menghabiskan waktu seharian di rumah dengan kedua mertuanya. Apalagi Shaka bilang, jika siang ini dia ada jadwal makan siang bersama dengan kekasihnya."Apa yang kalian lakukan? Nggak mau duduk bareng kita?" kata Petra. Sophia melirik canggung, bukan masalah tidak mau duduk. Tapi yang ada wanita itu ingin segera pergi dari tempat ini dengan cepat. "Hmm, Papi saya harus pergi ke kios bunga." kata Sophia akhirnya. Memberanikan diri mengatakan hal itu, karena Sophia tahu jika Shaka tidak akan mengatakan hal apapun pada ayahnya.Petra mengerutkan ke
Melihat kedua orang tuanya dan juga dua karyawannya duduk di depan pintu kios. Sophia pun buru-buru turun dari motor dan menghampiri mereka. Perempuan itu sesekali mencari keberadaan kunci kios yang selalu saja dia taruh di dalam tas yang sering dia bawa. Ayahnya menelpon, jika dia tidak membawa kunci kios begitu juga dengan ibunya yang tidak ingat sama sekali dengan kunci kiosnya. Apalagi selama ini Sion dan juga Sophia yang memegang kedua kunci usaha mereka. "Sorry ya Yah, aku telat lagi." kata Sophia tidak enak hati, sambil membuka pintu kiosnya.Sion menghela nafasnya panjang, "Harusnya Ayah yang nggak enak, ganggu acara kamu sama mertua kamu. Ayah yang minta maaf." "Nggak papa, Yah, mereka cuma sarapan aja kok di rumah habis itu pulang." Tetap saja Sion tidak enak hati, kalau saja Sion tahu mungkin dia akan pulang ke rumah dan tidak meminta Sophia untuk pulang. Putrinya membutuhkan waktu untuk mengenal keluarga suaminya, tapi sayang nya Sion malah mengganggu waktu itu.Sophia
Sophia tidak tahu apa maksud hari spesial yang Shaka ucapkan semalam. Pria itu terlihat begitu marah ketika sampai di rumah dan melihat kedua orang tua mereka tengah duduk santai sambil mengobrol banyak hal. Jika diingatkan Sophia bilang pada Petra jika hari itu Shaka sedang lembur, ada banyak sekali pekerjaan yang harus Shaka kerjakan sehingga dia tidak bisa ikut makan malam atau bertemu dengan keluarga Sophia. Bahkan Sophia juga tidak tahu jika Petra nekat menelpon Shaka dan meminta pria itu untuk pulang ke rumah bertemu dengan keluarga Sophia. Bahkan tidak ada Shaka pun juga semuanya akan membaik, apalagi Sophia juga tahu jika setelah menikah Shaka tersiksa dengan kehidupannya yang tidak bisa bertemu dengan kekasihnya. “Jangan mempersulitku lagi!!” ucap Shaka tegas. Sophia menoleh menatap Shaka dengan wajah bingung. Mempersulit apa? Bahkan Sophia tidak melakukan apapun pada kehidupan Shaka. Dia tidak meminta atau mengganggu Shaka selama ini, lalu Sophia mempersulit dari mana? “A
Turun dari ojek online Sophia pun mendengus. Rumahnya sudah seperti rumah tidak berpenghuni yang gelap gulita dan banyak sekali daun kering masuk ke halaman rumah. Karena terlalu sibuk hari ini Sophia jadi lupa untuk membawa beberapa tanaman yang bisa ditanam di depan rumah dan juga samping rumah. Sophia pikir lahan kosong ini bisa digunakan menanam sayur dan juga beberapa bunga yang bisa dijual di jika bunganya. Setidaknya ada pohon mawar dan juga kaktus pun tidak masalah bagi Sophia, yang penting ada tanaman hijau yang membuat indah rumah ini. Tapi karena pesanan terlalu banyak membuat Sophia lupa. Wanita itu masuk lebih dukungan ke dalam rumah, di deretan rumah ini hanya rumah Sophia yang terlihat gelap sendiri. Hingga lampu putih dan kuning pun menyala dengan terang, buru-buru Sophia membersihkan halaman rumahnya yang kotor dan juga dalam rumah. Sesekali menatap sekeliling komplek perumahan ini yang terbilang sepi tapi banyak sekali rumah dengan pintu terbuka. Mungkin mereka bisa
Seperti biasa, setelah memasak untuk dirinya sendiri. Sophia langsung pergi ke toko bunga, dia bisa melihat Lala yang sudah duduk di depan toko dengan wajah cemberutnya. Sophia pun tersenyum lalu menghampirinya.“Tumben banget La, datang sebelum aku datang.” kekeh Sophia “Dih, Mbak Phia lupa ya.” Alis Sophia mengerut, “Lupa apa La?” “Hari ini—” Lala menghentikan ucapannya ketika melihat sebuah mobil mewah berhenti tak jauh dari toko bunga Sophia. Dia mengerutkan keningnya, mobil itu sering Lala lihat sejak dulu sampai saat ini ketika Sophia membuka toko bunga, jam makan siang, dan juga sore hari. Tapi Lala tidak tahu siapa pemilik mobil itu, ketika Lala atau Sophia yang mendekati mobil itu yang ada mobilnya malah pergi dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Entah apa hubungannya hanya saja Lala takut jika orang di dalam mobil itu adalah orang jahat. Apalagi lagi maraknya penculikan dan penjualan organ tubuh manusia dengan nilai yang fantasi.“Selamat pagi.” sapa orang itu dengan se
Sejujurnya Sophia masih tidak mengerti dengan apa yang diucapkan Shaka. Apa yang membuat pria itu tidak suka ketika Sophia bersama dengan Shaka. Bukannya terlalu percaya diri atau berbunga-bunga tapi sungguh, Sophia tidak tahu maksud dari ucapan Shaka. Dia ingin bertanya lebih jauh lagi, tapi melihat raut wajah Shaka saja langsung membuat Sophia malas. Hingga pagi ini Sophia lambung pergi ke toko bunga untuk mengambil beberapa tanaman yang ingin dia bawa pulang ke rumah. Hari ini Sophia berniat untuk pulang cepat, dan meminta Sion untuk menutup toko bunganya. Sophia ingin berkebun di rumah, dia juga sudah membeli beberapa benih sayuran untuk ditanam. Sophia juga membawa beberapa kompos dan juga tanah agar cepat subur. “Sebanyak ini yakin Mbak mau dibawa pulang?” tanya Lala pemasaran.Sophia mengangguk, “Iya lah, pengen tanam di rumah. Di depan rumah gersang gak ada apa-apa.” cerita Sophia Lala hanya mampu mengangguk, dari dulu Sophia suka sekali dengan bunga dan dia tidak bisa melih
Valery berdecak kesal, ketika mendengar seringan ponsel Shaka yang tidak berhenti sejak setengah jam yang lalu. Wanita itu mendorong tubuh Shaka yang berada di atasnya hingga menggulingkan di sampingnya. Permainannya baru saja dimulai, tapi yang ada ponsel itu terus menerus berbunyi sejak tadi dan membuat Valery terganggu.“Angkat dulu gih, siapa tahu penting dari istrimu!!” ucap Valery dengan nada cemburu.Shaka menghela nafasnya panjang, mencoba menetralkan apa yang baru saja dia lakukan. Jangan sampai orang yang berbicara dengannya munafik curiga dengan deru nafas Shaka yang naik turun ini. Meraih ponselnya Shaka pun menahan layar ponselnya sejenak, benar saja yang menelpon dirinya sejak tadi adalah Sophia. Ada apa? Pikir Shaka.Pria itu menatap Valery, seolah tatapan itu meminta izin pada Valery jika dia ingin menerima panggilan masuk dari Sophia. Tapi yang ada Valery malah membuang muka, seolah dia tidak peduli dengan apa yang akan Shaka lakukan. Sedikit menjauh untuk menghargai
“Kamu gila ya!!” teriak Shaka tertahan.Setelah makan malam bersama. Petra dan juga Mia pulang dari rumah Sok gua dan Shaka tepat jam sepuluh malam. Itu sebabnya Shaka berani berteriak di depan Sophia dengan jawaban yang tidak masuk akal wanita itu. Dia bilang siap untuk hamil Shaka? Sialan menyentuhnya saja Shaka tidak kepikiran. Apalagi sampai membuat Sophia hamil, ini benar-benar gimana menurut Shaka. Sophia menggeleng, “Tidak. Kenapa?” “Masih tanya kenapa? Kamu tau nggak akibatnya dari jawabanmu itu apa?” “Aku tau.”“Lalu kenapa menjawab seperti itu, Sophia. Ingat ya perjanjian kita di awal, kita harus berpisah dalam waktu satu tahun, karena aku ingin menikahi wanita yang aku cintai.” “Iya aku tau, tanpa diulang.” jawab Sophia santai. Melihat reaksi Sophia, Shaka mendadak emosi sendiri. Wanita itu terlihat santai sambil memainkan ponselnya yang terus menyala, entah apa yang wanita itu lakukan tapi mampu membuat Shaka benar-benar marah.“Sophia aku sedang berbicara serius.”