Share

3. Tentang Valery

"Dia siapa?" tanya Sophia dengan nada rendah.

Shaka bangkit dari duduknya menghampiri Sophia yang baru saja datang. Pria itu memperhatikan penampilan Sophia yang tidak masuk sama sekali. Dress itu berwarna biru dengan motif bunga, panjangnya juga hanya sebatas lutut. Tapi masih dibalut dengan cardigan rajut berwarna merah muda. Lihatlah, dia sudah seperti jemuran berjalan di siang bolong.

Sedangkan wanita yang duduk di kursi dengan wajah angkuhnya pun tersenyum. Wanita itu mengenakan dress mini berwarna maroon yang sangat kontras dengan kulitnya yang putih pucat. Tatanan rambut yang rapi, wangi dan juga bersih membuat Shaka suka. Tapi setelah melihat Sophia, mendadak Shaka berpikir jika wanita itu paling pantas menjadi pelayan di rumahnya.

"Dia Valery, kekasihku." jawab Shaka. Dengan sengaja pria itu langsung menarik tangan Valery untuk mendekati Sophia, "Tidak keberatan kan jika Valery menginap di rumah ini?"

Sophia memalingkan wajahnya, dadanya mendadak begitu sesak melihat suaminya yang membawa wanita lain ke rumahnya. Pernikahannya baru saja terhitung dua hari, apa iya Shaka tidak bisa menahannya sebentar saja? Setidaknya sampai satu minggu, barulah mau tinggal satu rumah pun juga Sophia tidak peduli sama sekali. Dia hanya takut jika kedua orang tuanya, atau mungkin orang tua Shaka datang ke rumah mereka untuk melihat kondisi mereka. Mungkin ayah Shaka akan khawatir, sedangkan ibunya juga tidak peduli dengan semua ini. Dan lagi, ibu Shaka pasti sangat bangga dan senang ketika melihat putranya membawa calon menantu yang cantik dan normal.

"Sophia apa kamu keberatan jika aku menginap dirumah kalian? Aku tau kalian baru menikah, dan seharusnya aku tidak mengganggu kalian. Tapi … hmm, aku tidak tahan kalau harus melihat kalian berduaan di rumah ini." ucap Valery dengan nada yang dibuat sangat manja. Belum lagi, tangan wanita itu juga menyentuh kancing kemeja Shaka dengan menggoda.

"Seharusnya tidak, sayang. Dia sendiri yang bilang jika dia tidak keberatan jika aku membawa kekasih ku ke rumah." sahut Shaka melirik Sophia.

Disini Sophia langsung tertawa kecil, "Ya. Aku memang tidak keberatan jika Shaka membawa kekasihnya ke rumah. Tapi … perlu kalian ingat, besok pagi ayah Shaka akan datang kemari. Jika ingin mengambil resiko silahkan saja menginap disini, aku tidak akan peduli dengan kalian."

Menyeret kakinya dengan pelan, Sophia pun langsung pergi ke kamarnya di dekat tangga. Kamar ini seharusnya menjadi kamar tamu, tapi berhubung Shaka tidak ingin satu kamar dengan Sophia, wanita itu memutuskan untuk tidur di kamar tamu. Dia akan pergi ke kamar Shaka jika kedua orang tua mereka datang ke rumah ini, kecuali ibu Shaka. Dia pasti tidak suka jika Sophia berada di kamar Shaka. Dia adalah orang yang menentang pernikahan Shaka dan juga Sophia, hingga memikirkan banyak cara untuk membuat mereka berpisah.

Sikap Sophia membuat Shaka geram, dia pun mengikuti wanita itu hingga masuk ke kamar. Bahkan Shaka nyaris saja melihat Sophia yang ingin melepas baju di hadapannya.

"Apa yang kamu lakukan! Bisa ketuk pintu dulu sebelum masuk? Kamu sudah melanggar privasiku, Shaka!!" teriak Sophia kencang, sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.

Shaka tertawa, "Mau telanjang pun juga aku tidak akan tertarik denganmu. Aku hanya ingin kamu menjelaskan apa yang kamu katakan barusan. Ayahku tidak mungkin datang kesini kan?"

"Buka saja ponselmu, kamu akan tau apa yang aku maksud." jawab Sophia malas.

Wanita itu juga meminta Shaka untuk segera pergi. Dia ingin mandi, dan Sophia tidak ingin melihat Shaka masih berada di kamarnya setelah wanita itu selesai mandi.

Shaka sendiri juga langsung mengambil ponselnya dan menatap banyaknya pesan masuk dari Sophia. Dimana wanita itu memberitahu Shaka, jika ayah Shaka akan datang besok pagi untuk ikut sarapan dengan mereka bersama dengan ibunya. Lalu bagaimana jika ayah Shaka tahu kalau di rumah ini ada kekasih Shaka?

Pria itu langsung pergi dari kamar Sophia dan menemui Valery yang duduk santai sambil menikmati minumannya. Ini bukan saatnya untuk bersantai, Shaka bahkan sampai menarik gelas yang wanita itu pegang.

"Sayang aku haus, aku ingin minum." rengek Valery manja.

Shaka meminta Valery untuk tenang sejenak, ini bukan saatnya untuk minum. Shaka tahu jika Valery sedang haus, masalahnya wanita itu sudah menghabiskan dua botol tequila.

"Aku tau. Tapi tolong berhenti minum, ada hal penting yang harus kita bahas."

Mendengar kata penting, Valery pun langsung merubah posisi duduknya menggoda Shaka, "Katakan, ada hal penting apa sampai kamu terlihat panik."

Shaka menarik nafasnya panjang, dia pun menatap botol minuman di depannya yang tinggal setengah. Shaka meminta Valery untuk menghabiskan minumnya segera, lalu mengantarkan wanita itu pulang ke rumahnya. Untuk saat ini Valery tidak bisa menginap di rumah Shaka, mendadak dia mendapat kabar dari Sophia jika besok pagi ayahnya akan datang ke rumah ini bersama dengan ibunya untuk sarapan bersama. Tentu saja Shaka tidak ingin mengambil resiko, pernikahan mereka baru saja dua hari masa iya dia langsung membuat masalah?

Valery langsung menatap Shaka tidak suka, "Bilang saja kamu ingin menghabiskan waktu berdua dengan istri cacatmu itu!! Aku tau kalian baru menikah, aku juga tahu kalau kalian membutuhkan waktu bersama untuk saling mengenal. Jangan mencari alasan apapun lagi aku tau itu!!"

Shaka menggeleng, tidak!! Bahkan Shaka berani bertaruh jika Sophia tidak terlibat dalam hal ini. Mereka tidak membutuhkan hal itu, tidak ada perkenalkan satu sama lain seperti yang Valery katakan. Bahkan Shaka maupun Sophia juga tidak menginginkan pernikahan ini, lalu untuk apa juga Shaka dan Sophia harus mengenal satu sama lain? Yang ada mereka tidak membutuhkan hal itu.

"Sayang, tolong mengertilah. Aku dan Sophia tidak membutuhkan hal itu, kamu tau pernikahan ini tidak diinginkan. Tolong, jangan berpikir yang tidak-tidak tentang aku dan juga Sophia."

Tetap saja Valery tidak bisa membuang pikiran buruk tentang mereka. Pasalnya, mereka ini sudah menikah, tidak mungkin dalam satu rumah mereka hanya saling tatap. Meskipun tidak tidur dalam satu kamar, kalau posisi Shaka mabuk dan tidak sadarkan diri hal yang tidak diinginkan pun juga bisa terjadi.

"Baiklah. Aku mengalah, setelah ini aku akan pulang. Puas kamu!!"

"Maafkan aku."

Valery mengangguk, untuk kali ini dia mengalah. Tapi setelah ini jangan harap Valery mau mengalah, Shaka itu miliknya mau menikah dengan siapapun juga Shaka akan tetap kembali pada Valery. Dia tidak masalah jika harus menjadi yang kedua, asalkan Valery bisa bersama dengan Shaka selamanya.

Tidak mau membuang banyak waktu, akhirnya Shaka pun memutuskan mengajak Valery untuk segera pulang. Masih ada hari untuk mereka menghabiskan malam bersama. Bahkan Shaka juga berjanji pada Valery, setelah keadaannya membaik wanita itu bisa tinggal dengannya di rumah ini.

***

Pergi ke dapur, Sophia pun membuatkan beberapa menu untuk sarapan. Ayah mertuanya datang terlalu pagi, untung saja Sophia mendengar ketukan pintu yang cukup kencang dari arah depan. Yang dimana mertuanya datang dengan berbeda ekspresi. Petra begitu antusias dengan pagi ini, sedangkan Mia wanita tua itu masih menunjukkan wajah tidak sukanya pada Sophia. Bahkan ketika Petra meminta Mia untuk membantu Sophia memasak di dapur, wanita itu lebih memilih membangunkan Shaka di kamar bawah. Sehingga dengan kewalahan Sophia pun mampu menyelesaikan masakannya dengan cepat. Untung saja semalam ketika Sophia ingin pergi tidur, pria itu mengajak Shopia untuk belanja mengingat di rumah ini tidak ada bahan makanan sedikitpun, jangankan sayur, beras saja mereka tidak punya.

"Si cacat juga pandai memasak ya? Mau bikin Shaka betah di rumah karena masakanmu? Saya rasa itu tidak mempan." cibir Mia menatap beberapa menu makanan di hadapannya. Dari aromanya memang tercium enak, tapi tidak tahu dengan rasanya sehingga membuat Mia kembali berkata, "Jangan sampai saya makan semua masakan kamu terus sakit perut ya!!" ucapnya kembali.

Sophia menatap Mia sejenak lalu tersenyum, "Saya pastikan Mami tidak mungkin sakit perut setelah mencicipi masakan saya."

Alis Mia terangkat sebelah, dia pun mendekati Sophia dengan wajah tidak sukanya, "Cih Mami!! Saya tidak mengizinkan kamu memanggil saya Mami jika tidak ada suami saya. Harusnya kamu memanggil saya dengan sebutan Nyonya, karena saya tidak menganggap kamu sebagai menantu saya. Saya tidak mau memiliki menantu cacat seperti kamu!!"

Mendengar hinaan itu Sophia hanya mampu menahan diri. Dia tahu jika dirinya cacat, lagian yang membuat Sophia cacat juga Shaka. Dia juga tidak mengikat Shaka dalam hal ini, Sophia sudah meminta ayahnya untuk tidak melanjutkan perjanjian konyol ini. Sophia tidak masalah jika dia harus cacat seumur hidup dan tidak menikah, asalkan dia tidak mendengarkan hinaan dari orang lain. Tapi mau bagaimana lagi, ayah Shaka dan juga ayah Sophia ngeyel dan meneruskan perjanjian konyol mereka. Pernikahan ini seperti membuka pintu neraka untuk Sophia sendiri.

"Ingat ya, hanya di depan suami saya saja kamu bisa memanggil saya Mami!!" Mia memperingati sambil menunjuk Sophia. Dia tidak ingin wanita itu keceplosan ketika berbicara di depan Petra.

Tidak perlu diingatkan, Sophia akan selalu ingat. Dia tidak akan salah berucap, dari awal Mia sudah tidak menyukai dirinya. Mertua mana yang mau memiliki menantu cacat? Belum lagi Shaka tidak memiliki kekurangan apapun, dia tampan dan juga kaya, tentu saja pria itu bisa mendapatkan wanita yang lebih dari Sophia. Apalagi Valery, Sophia saja yang sesama wanita suka melihatnya. Selain cantik Valery juga memiliki tubuh yang indah, belum lagi kaki wanita itu yang kadang membuat Sophia iri. Jika saja waktu itu tidak terjadi mungkin …

"Sophia apa kamu akan menyimpan semua makanan itu di dapur saja?" teriak Petra kencang, hingga membuat Sophia terjingkat kaget. Dia lupa kedatangan mertuanya ke rumah ini untuk makan bersama.

To be continued

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status