Home / Horor / Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak / Bab 1 - Gadis Di Pinggir Sungai

Share

Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak
Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak
Author: Vie Junaeni

Bab 1 - Gadis Di Pinggir Sungai

Author: Vie Junaeni
last update Last Updated: 2024-05-14 09:34:58

Di sebuah hutan kota dekat sungai, gadis cantik dengan tinggi 165 cm melangkah terseok mengarah ke pinggiran sungai. Gadis bernama Laila tampak kebingungan. Ia mencari sang nenek yang tak bisa ia jumpai. Terakhir yang ia ingat adalah, ia bersama neneknya.

Terdengar gemerisik daun kering yang seolah terinjak berulang kali. Laila menoleh ke arah suara tersebut. Bulu kuduknya meremang, tubuhnya gemetar saat ia jumpai sosok menakutkan di balik bungkusan putih yang fenomenal itu. Hantu yang biasa disebut, pocong.

“Aaaaaa...!!! Pergi! Pergi! jangan deket-deket sama aku! pergi...!" Laila membentak sosok pocong yang menghampirinya kala itu.

Tatapan Laila semakin terbelalak dengan rasa takut yang semakin menyeruak. Bukan hanya sosok hantu pocong yang ia dapati kala itu. Ada sosok hantu perempuan lain yang memakai terusan panjang, putih, dan lusuh. Ia menyisir rambut awut-awutannya yang gimbal dan mengembang, serta panjang sampai bokongnya. Hantu wanita itu tertawa cekikikan di samping pocong tadi.

"Hantu baru tuh, biasa lah masih panik," ucap sosok kuntilanak itu di samping si pocong.

"Hahaha, iya ya Say… dulu juga aku gitu. Aku panik pas tau aku dibungkus dan lompat - lompat macam begini, hihihihi.” Pocong itu tertawa melengking.

"Eh, Cong! Itu ketawa ala aku tau! Kamu gak boleh meniru aku! Nih, image aku itu ketawa cekikikan kayak gitu," ucap si kuntilanak dengan gemasnya menarik ikatan kepala si pocong.

Mendengar perdebatan kedua hantu itu, Laila malah jengkel. Ia memberanikan diri untuk membentak kedua hantu di depannya.

"Heh, bisa pada diem gak sih! Alam kalian tuh beda sama saya! Jadi jauh-jauh sana!" Laila mencoba mengusir para hantu tersebut.

"Hihihihi, siapa yang bilang alam kita beda, Say? Alam kita udah sama ih! Nah, situ lupa ya? Makanya ngaca tuh sana!" ucap si Kunti.

"Apa maksudnya, ya? Alam kita sama?”

Laila lalu membatin sejenak, ‘Hah, masa iya alam aku sama sih dengan mereka.’ Ia mengacak-acak rambutnya dengan kesal.

Laila akhirnya memberanikan diri melihat dirinya di permukaan air sungai yang dekat dengannya. Gadis itu tersentak kala melihat sosok perempuan berambut panjang sepunggung mengenakan gaun hitam dan membawa seikat bunga di tangan kirinya. Bunga yang sama yang ia baru sadari juga berada di tangannya. Wajah perempuan yang dia lihat itu terluka parah di bagian kirinya dan masih mengeluarkan darah. Semakin ia perhatikan, wajah perempuan itu rupanya mirip dengannya.

"Hah? Apa iya itu aku? Gak mungkin, gak mungkin banget kalau aku penuh luka kayak gitu. Lalu, kenapa aku gak ngerasa sakit sedikit pun kalau aku emang lagi terluka? Gak mungkin, ini gak mungkin!" seru Laila berkali-kali menyangkal.

"Eh, Cyiiin! Asal tau aja ya jelas aja gak sakit, kan kamu udah jadi hantu. So welcome to the club, Cyin…," ucap si hantu kuntilanak itu.

"Aku hantu?" Laila menunjuk dirinya sendiri.

"Tepatnya kamu itu hantu kuntilanak seperti aku. Ya, cuma gaun kita aja sih tampak beda, hihihihihi … tapi cantiknya sama, kok,” kata si Kunti dengan tawa cekikikannya yang khas.

"Tapi, Say… cantik dia lah ke mana-mana," sahut si pocong menunjuk ke arah Laila.

Hantu kuntilanak tadi melotot dan menarik ikatan pocong kawannya itu.

Sekali lagi Laila mengamati dirinya di permukaan air. Buliran yang basah jatuh di pipinya. Namun perlahan ia menyadari kalau buliran tersebut berwarna merah.

"TIDAAAAAAKKKK...!!!"

Teriakan Laila mengiringi dan membawanya kembali ke beberapa waktu yang lalu saat dirinya masih hidup. Dia masih ingat dengan namanya sendiri. Laila kuncoro, gadis remaja berusia 17 tahun yang baru saja lulus dari sekolah menengah atas di salah satu sekolah favorit dan termahal di kota Lurik Ayu. Sekolah milik kerabat ayahnya yang baru berjalan lima tahun.

SMA Lurik Ayu Satu itu selalu mencetak juara olimpiade sains maupun matematika mewakili kotanya. Hampir semua murid di sekolah itu mau tak mau suka tak suka harus pintar dan cepat tanggap dalam mengikuti pelajaran.

Laila yang merupakan gadis pintar nan cantik juga merupakan anak dari pengusaha batik terkaya di kotanya yang bernama Agus Kuncoro. Tuan Agus Kuncoro sendiri merupakan seorang duda keren, berparas rupawan, kaya raya dan masih muda. Karena di usianya yang menginjak 35 tahun ini, Papi Laila sudah mempunyai seratus industri batik rumahan yang bergerak di bidang pembuatan kain batik. Tuan Agus Kuncoro juga termasuk dalam lima besar orang terkaya di kota Lurik Ayu. Beliau memegang Penghargaan Pengusaha Muda yang sukses selama tiga kali berturut-turut setiap tahun.

Akan tetapi, sebelum kesuksesan itu datang, Tuan Kuncoro itu cuma berandal yang selalu menyusahkan Opa dan Omanya Laila. Saat Papinya Laila kelas tiga SMA, dia sudah membuat maminya Laila hamil di luar nikah. Sungguh aib yang memalukan bagi seluruh keluarga besar. Parahnya lagi Tuan Agus Kuncoro harus kehilangan ayahnya karena serangan jantung.

Berlanjut ke Mami Laila yang bernama Kayla Larasati. Dari hasil perbuatannya dengan Tuan Agus Kuncoro lahirlah Laila. Laila lahir setelah enam bulan pernikahan, artinya Papi Laila sudah menabung embrionya Laila selama tiga bulan lebih sebelum menikah. Tuan Kuncoro harus bertanggung jawab dan bekerja keras demi menghidupi anak dan istrinya. Pria tampan itu sukses mengembangkan industri perumahan batik milik Opa yang tadinya hanya berjumlah dua puluh, kini sudah menjadi seratus Industri perumahan beserta anak industri lainnya di pelosok kota.

Mami Kayla Larasati, sayangnya kini sudah meninggal karena mengalami kecelakaan saat Laila berusia sepuluh tahun. Lebih nahasnya lagi, hari di mana sang mami meninggal itu bertepatan dengan hari ulang tahun Laila yang ke sepuluh.

Sang mami sangat bersusah payah mencari kado sesuai keinginan Laila. Bahkan demi membawa boneka panda besar dengan tinggi satu setengah meter asli dari China untuk Laila pada hari ulang tahunnya itu, ia rela terhimpit boneka panda besar itu dalam mobilnya. Sayangnya mobil milik Nyonya Kaila mengalami pecah ban sehingga menyebabkan dia dan sang sopir terluka.

Saat terjadi kecelakaan ibunya tak bisa menghindari takdir. Saat perjalannya dari bandara sang ibu mengalami kecelakaan di ruas tol karena mobil yang dikendarainya mengalami pecah ban. Lalu mobil yang di kendarai mami dan seorang supir itu berguling jatuh ke jurang. Ibu dan sang sopir tewas seketika meninggalkan keluarga tersayang mereka saat itu juga.

Tangis kesedihan pun langsung menyeruak ditengah meriahnya pesta ulang tahun Laila saat itu kala oma Murni menerima panggilan telepon yang menjelaskan mengenai kecelakaan yang menimpa mamanya.

Laila langsung memeluk sang nenek sambil menangis sejadi-jadinya. Saat upacara pemakaman laila sering tak sadarkan diri karena tak kuat menahan kesedihannya ketika pemakaman sang ibu berlangsung.

******

Bersambung…

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak   Bab 43 - Pertemuan Laila dan Ayahnya

    Bab 43 kuntilanak Bulir bening dari kelopak mata Laila terus mengalir. Ia memeluk tubuh Oma, kesedihan masih saja menghinggapinya."Sudah ah jangan nangis, sekarang ini kamu harus menikmati hidup kedua kamu bersama Dika, dan juga perbaiki hubungan kamu dengan Papi kamu," ucap Oma Murni."Iya, Oma. Laila mau cari Papi dulu." Laila bergegas masuk ke rumah besar. Ia paham betul di mana harus mencari laki-laki pemilik rumah besar itu.Tuan agus Kuncoro selalu duduk di taman mawar yang di buat mendiang istrinya, Mami -nya Laila. Taman yang penuh bunga mawar itu terletak di samping kolam renang yang luas berbentuk huruf M.Tuan Agus sedang memeluk bingkai foto bergambar ia, istrinya dan Laila. Lantunan lagu lihat kebunku yang selalu ia nyanyikan bersama istrinya untuk Laila selalu dilantunkan saat sedang merenung di sana.Mata lelaki itu terperanjat saat melihat sepasang kaki perempuan yang sudah berdiri di hadapannya. Pandangan mata Tuan Agus makin naik sampai ke wajah Laila yang terseny

  • Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak   Bab 42 - Laila Pulang

    Bab 42 Kuntilanak Di dalam bus menuju Kota Lurik Ayu, Laila tampak gelisah. Peluh bercucuran membasahi tubuhnya seraya mencengkeram paha kiri Dika."Awww... kamu kenapa sih, Lai? Jangan sekarang juga kali kalau kangen sama ular naga punyaku," bisik Dika.Laila menoyor kepala suaminya itu dengan kesal dan gemas."Bukan itu tau, ih pikiran kamu tuh ya gak jauh dari hal itu sekarang," bisik Laila menatap tajam ke arah Dika."Terus kamu kenapa emangnya?" tanya Dika lagi."Itu, suara radionya aku gak kuat," bisik Laila.Dika baru sadar kalau supir bus ini memasang musik solawat yang membuat Laila merasakan hawa panas dan ketakutan. Biar bagaimana pun Laila masih termasuk kaum lelembut. "Duh, gimana caranya ini? Masa aku minta sama Pak Sopir buat matiin radionya," ucap Dika."Aku gak tahan, aku gak kuat, panas banget ini," ucap Laila yang mulai berteriak. Sontak saja para pengunjung menatap ke arah Dika dan Laila."Ono opo, toh?" tanya Nenek Asih."Laila, Nek, dia kepanasan denger solaw

  • Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak   Bab 41 - Laila yang Rakus

    Bab 41 Kuntilanak Setelah sampai di terminal, Dika memesan tiket bus yang menuju Kota Lurik. Akan tetapi, mereka harus transit dulu di kota sebelumnya. Dika, Laila dan Nenek Asih, akhirnya mendapat tiket bus menuju kota Lurik di jam keberangkatan malam hari. "Makan dulu ya, Nek, aku lapar," ucap Dika."Iya, aku juga," sahut Laila. "Lho udah bisa ngerasain lapar, toh? Ayo yo wis ayo kita cari makan sebelum bisnya datang," ucap Nenek Asih.Mereka bertiga pun akhirnya memutuskan untuk singgah di kedai soto ayam di dalam terminal tersebut."Astagfirullah... kok ketemu beginian, sih," pekik Dika saat melihat sosok pocong sedang duduk dalam kedai tersebut.Pemuda itu bersembunyi di balik Laila."Hai, wah kalian semua bisa melihatku, ya? Hebat hebat!" ucap pocong perempuan itu seraya meringis menunjukkan deretan gusinya yang penuh darah."Permisi Mbak, aku mau duduk. Tolong geser dikit, ya," pinta Laila yang memberanikan diri menggeser pocong perempuan itu."Oke, Say! Hihihihihi ketawa a

  • Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak   Bab 40 - Kemampuan Tak Terduga Nenek Asih

    Bab 40Setelah Laila meletakkan tubuh Diah ke atas sofa, wanita itu segera melangkah menuju lemari tivi milik Nenek Asih."Kamu mau apa, Lai?" tanya Dika."Mau cari minyak kayu putih buat sadarkan dia," sahut Laila."Duh, terus kalau dia sadar dan cerita yang enggak-enggak sama warga, gimana?" Dika terlihat cemas dan panik."Iya terus kalau dia gak sadar nanti juga, gimana? Emangnya mau kita bunuh?" tanya Laila."Astaga, Laila! Apa yang kamu ucapkan itu berdosa Laila," sahut Dika."Apaan sih, kamu sendiri berdosa tau memperistri aku seperti ini," sahut Laila tak kalah."Aku kan cinta sama kamu, kadang cinta itu bisa membuat orang melakukan dosa, ya gak?" "Tau lah, udah ketemu nih minyak kayu putihnya, pokoknya kita buat dia sadar," ucap Laila.Tak lama kemudian setelah Laila mengoleskan minyak itu ke bawah hidung gadis yang terbaring itu, tiba-tiba Diah membuka matanya.Ia menatap wajah Laila lalu berteriak ketakutan. "Pergi! Pergi! Tolong jangan dekati saya, pergi!" pekik Diah.Ter

  • Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak   Bab 39 - Pasang Paku

    Bab 39Laila duduk berlutut tepat di hadapan bagian intim milik Dika."Kok, posisinya ada yang aneh ya? Aduh, rasanya saya mau nurunin celana aja," ucap Dika menggoda Laila."Haish salah hadap kan aku! Udah lah aku balik badan aja nih!" balas Laila yang langsung mengubah posisi duduknya."Hehehe... ya kali Lai, kamu mau gitu karaoke punyaku,” celetuk Dika."Au amat lah! Buruan pasang pakunya!" sahut Laila mulai kesal.Dika lantas tertawa. Setelah tenang, menarik napas dalam, pria itu lalu membuka kain merah yang membungkus paku tersebut."Buruan!" pinta Laila dengan nada berseru."Tunggu, sabar dulu! Aku lupa ambil palu bentar ya. Tunggu di sini, aku tanya dulu Nenek taruh palu itu di mana," ucap Dika."Yah, Dika... Aku udah nahan-nahan takut sakit nih," ucap Laila memelas."Iya tunggu bentar." Dika mengetuk pintu Nenek Asih dan terpaksa membangunkannya. Namun, saat Dika membuka pintu Nenek secara spontan ia melihat sosok pocong sedang menindih tubuh si Nenek Asih."Astaga, Nenek!" p

  • Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak   Bab 38 - Membusuk?

    Bab 38"Emang kalau gak sukses kenapa Mbah?" celetuk Dika."Kalau nggak sukses ya ngapain aku capek-capek buat minum sama keluarin panganan ini toh le hehehe," ucap nenek bungkuk itu seraya tertawa menunjukkan deretan giginya yang beberapa gigi itu terbuat dari emas.“Nyoh!” Mbah Sarno menyerahkan kotak itu pada Dika. Pemuda itu langsung menerimanya dengan perasaan senang seraya mendekap kotak tersebut dengan erat."Yes, sebentar lagi, Laila akan menjadi manusia seutuhnya," gumam Dika."Cara pakainya gimana, Mbah?" tanya Nenek Asih."Ya ditancap seperti biasa ke atas ubun-ubun kepala sambil baca mantra yang sudah aku tulis pada kertas di dalam kotak tersebut,” titahnya.Dika mencari kertas berisi mantera dalam kotak tersebut."Oh iya ini ketemu." "Tapi ingat, ada konsekuensinya lho," ucap Mbah Sarno memotong kebahagiaan Dika saat itu."Maksud Mbah?" tanya Dika."Begini, kuntilanak itu kan asline wujudnya itu hantu, berarti sudah mati, toh. Nah, kalau kamu tetap ingin dia seperti man

  • Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak   Bab 37 - Paku Mahal

    Bab 37Pria tua berusia delapan puluh tahun itu bernama Mbah Sarno. Nenek Asih lantas menyambut tangan lelaki tua itu dan mengecup punggung tangannya. “Dika, Salim!” bisik Nenek Asih.Dika lantas mengikuti gerakan salim sang nenek. "Ono opo toh, Yu, tumben kamu ke sini?" tanya Mbah Sarno."Begini Mbah, langsung saja, ya. Lah ini cucuku namanya Dika, dan dia mempunyai istri yang sudah berwujud kuntilanak, jadi saya bermaksud untuk–" "Minta paku kuntilanak?" tanya Mbah Sarno langsung menebak tujuan Dika dan Nenek Asih ke sana."Ia, Mbah,” sahutnya sambil mengangguk, “jika Mbah berkenan, saya gak tega soalnya mereka saling mencintai dan baru saja menikah soalnya. Saya mohon dengan sangat Mbah, tolong bantu saya dan cucu saya?" pinta Nenek Asih.Mbah Sarno diam sejenak seraya berpikir, lalu ia mengangguk-anggukan kepalanya. Tak lama kemudian ia masuk ke dalam rumahnya.Dika mengikuti dengan reflek.“Hush!” Pukulan pelan dari sang nenek mendarat di punggung Dika."Gimana, Nek?" tanya D

  • Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak   Bab 36 - Misi Pencarian Paku Kuntilanak

    Bab 36Keesokan harinya, Nenek Asih yang tengah sibuk di dapur malah menggoda sang cucu."Gimana pertarungan semalam?" tanyanya saat Dika yang menghampirinya di dapur."Ah, Nenek bisa aja. Ya seru lah, tapi aku nyesel," sahut Dika seraya duduk di kursi samping meja makan."Kenapa menyesal?" Nenek Asih mengernyitkan dahinya."Ya, aku nyesel lah, kenapa gak dari dulu aja aku nikah, hehehe." "Huuuu... cah gemblung!" Nenek Asih memukul pelan kepala Dika dengan sodet di tangannya.Tiba-tiba, suara ketukan pintu terdengar dari depan rumah Nenek Asih."Itu pasti si Diah, dia setiap hari memang selalu ke sini menemani Nenek," ucap Nenek Asih lalu melangkah menuju ruang tamu dan membuka pintu."Assalamualaikum, Nenek sudah sarapan hari ini?" tanya Diah si anak Pak RT itu."Sudah." Wanita itu tersenyum manis."Ya ampun, Nenek... aku kan bawa makanan nih. Tadi aku buat soto ayam kampung," ucap Diah seraya menunjukkan rantang dari bahan alumunium di tangannya."Wah baunya enak, kebetulan aku la

  • Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak   Bab 35 - Punggung Bolong?

    Bab 35Dika mengangkat tubuh Laila dan menaruh kedua kaki gadis itu bertumpu di pinggangnya. "Cie... pada pacaran cie…." Sosok anak kecil berkepala botak yang hanya memakai celana dalam itu menegur Laila dan Dika.Keduanya langsung kikuk dan sontak saja membuat Laila turun dari gendongan Dika."Tuyul sialan!" umpat Dika.“Udah biarin aja,” bisik Laila.Saat Laila dan Dika masuk ke dalam rumah Nenek Asih, wanita paruh baya itu sudah merentangkan kedua tangannya menyambut Laila. Gadis itu menghamburkan tubuhnya sambil menangis di pelukan Nenek Asih."Jadi bagaimana, besok kita jadi kan ke rumah dukun itu?" tanya Dika raut wajahnya sangat terlihat antusias."Apa mau sekarang kita ke tempat Mbah Semar?" tanya Nenek Asih."Udah malam banget, Nek. Besok aja," sahut Laila."Oke kalau gitu. Ya udah, yuk kita bobo!" ajak Dika menarik lengan Laila."Aku tidur sama Nenek Asih aja," sahut Laila."Lho kita kan udah suami istri tau. Boleh kan Nek kalau aku tidur bareng sama Laila?" Dika menoleh

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status