Teguh terpaksa memilih jalan pesugihan untuk mengubah hidup keluarganya. Namun ternyata apa yang direncanakan tak sesuai dengan kenyataan, karena dukun yang ia percayai malah salah menyerahkan tumbal.
Lihat lebih banyakSebagai orang tua, kita memang diberikan pilihan untuk melahirkan anak yang kita kandung, atau menggugurkannya. Namun bagi orang yang sudah lama tidak memiliki keturunan sepertiku, tentu saja memiliki anak adalah sebuah anugerah yang luar biasa.
Setelah 10 tahun pernikahan kami, hal yang paling membahagiakan adalah saat Sairah istriku, dinyatakan hamil oleh dokter. Ternyata program kehamilan yang selama hampir dua tahun kami jalani membuahkan hasil juga. Alhamdulillah selama kehamilan istriku juga tidak mengalami ngidam yang aneh-aneh. Semuanya berjalan lancar hingga hari kelahiran buah hati kami. Seperti sebuah mimpi ternyata istriku melahirkan anak kembar laki-laki yang kemudian aku beri nama Bagas dan Bagus. Aku merasa kehidupan ku nyaris sempurna dengan kehadiran dua malaikat kecil kami. Hari-hari kami yang biasanya sepi pun menjadi ramai. Karena memiliki anak kembar aku meminta Ira untuk resign dari tempat kerja untuk mengurus buah hati kami. Toh aku merasa kondisi ekonomi keluarga kami juga sudah lumayan mapan jadi tidak masalah jika Ira tidak bekerja lagi. Kehidupan keluarga kami berjalan normal seperti keluarga lainnya. Anak-anak kami tumbuh normal sama seperti anak-anak lainnya. Hingga suatu hari Bagus mengalami sakit yang aneh setelah berwisata di sebuah kebun bintang. Awalnya Bagus hanya demam biasa. Besoknya aku dan Ira membawanya ke rumah sakit. Namun bukannya sembuh, panas Bagus tak kunjung turun. Dia malah suka kejang tengah. Ia juga sering menjerit-jerit tidak jelas seperti orang ketakutan saat tengah malam. Bagus seperti melihat sesuatu yang tidak bisa kami lihat seraya menunjuk-nunjuk ke atas plafon rumah. Ia selalu bilang ada hantu sambil menunjuk ke atas. Kejadian ini berlangsung cukup lama. Aku dan ira sudah berusaha mengobati Bagus ke orang pintar karena ada yang bilang jika anakku di ganggu makhluk tak kasat mata. Namun tetap saja kondisi Bagus tak kunjung membaik meskipun sudah beberapa dukun kami datangi. Setiap malam kami harus begadang karena Bagus selalu ketakutan dan susah tidur. Karena kurang tidur Bagus menderita penyakit aneh. Badanya kurus kering, muka pucat dan kantong mata yang menghitam seperti orang yang kelelahan. Padahal usianya baru sepuluh tahun namun ia sudah terlihat seperti anak yang berusia 13 tahun karena kondisi tubuhnya. Seluruh tubuhnya kini juga dipenuhi bisul yang bernanah. Meskipun tak kunjung membaik, kami tetap berikhtiar demi kesembuhan Bagus. Berapa pun biayanya, sampai kami rela menjual semua harta benda yang kami miliki termasuk rumah yang kami huni. Bukan hanya itu saja, aku juga sampai berhutang kanan kiri demi biaya pengobatan putra kami. Kadang aku ingin menyerah dengan keadaan ini, namun entah kenapa Nurani ku tak tega saat membiarkan putraku sakit tanpa berbuat apa-apa. Sampai-sampai aku memilih tidak makan demi membeli obat untuk Bagus. Apalagi mengingat bagaimana perjuangan kami berdua untuk bisa mendapatkan buah hati kami yang begitu sulit. Tentu saja kami harus terus berusaha untuk menjaga amanah yang diberikan Tuhan ini dengan sepenuh hati meskipun kami harus kehilangan harta benda. Sudah puluhan dokter dan rumah sakit kami datangi, namun semuanya sama, tak ada diagnosis yang spesifik untuk penyakit Bagus. Bahkan kondisinya semakin memburuk. Jika memang tak ada harapan untuk sembuh maka mudahkanlah kematiannya, jangan biarkan ia terlalu lama tersiksa oleh penyakitnya. Itulah sepenggal doaku, yang selalu ku panjatkan berharap semuanya berakhir indah. Pagi itu dua orang Pria bertubuh tegap mendatangi kediaman kami. Awalnya aku kira mereka dermawan yang ingin memberikan bantuan untuk biaya pengobatan putra kami karena aku sempat membuka open donasi di media sosial, untuk biaya pengobatan Bagus. Namun dugaanku salah, mereka adalah Debt kolektor dari salah satu aplikasi pinjaman online. Aku memang menunggak cukup lama hingga mereka pun mengirimkan Debt kolektor untuk menagih hutang kami. Karena tak mendapatkan hasil dan aku juga tak punya barang yang bisa dijadikan sebagai jaminan, maka mereka pun menjadikan aku sebagai sasaran kemarahannya. Hari itu aku babak belur dipukuli oleh mereka. Aku hanya pasrah dan tak bisa melawan. Rasa sakit membuat aku benar-benar down, rasanya aku sudah tidak kuat lagi menahan semua penderitaan ini. Apalagi saat melihat istri dan anak-anakku yang hanya bisa makan nasi dengan garam saja. Seketika air mataku langsung mengalir melihat mereka. Karena sudah buntu akupun memutuskan untuk ikut Pesugihan. Aku pikir hanya itulah harapanku untuk merubah segalanya. Salah seorang yang bisa membantu ku dalam hal ini adalah Kukuh. Dia adalah sahabatku di kampung. Bisa dikatakan dia adalah satu-satunya orang yang begitu dekat dengan klenik atau hal-hal gaib, jadi aku yakin dia pasti akan membantuku untuk mewujudkan keinginan ku. Tekadku sudah bukat untuk mengikuti pesugihan menjual anak untuk melunasi semua hutang-hutang keluarga ku. Aku tidak mau istri dan anakku menderita karena kekurangan. Bukankah lebih baik mengorbankan Bagus menjadi tumbal pesugihan daripada ia menderita berkepanjangan. Mungkin Bagus juga berpikir sama denganku yaitu lebih baik mati daripada hidup sakit-sakitan. Toh percuma saja dia hidup dengan kondisi sakit-sakitan, dimana dokter saja sudah angkat tangan dan harapannya untuk sembuh hanya 10 persen. Jadi lebih baik mati bukan, dari pada terus menerus tersiksa oleh penyakit aneh yang membuat keluarganya ikut menderita. Pagi-pagi buta setelah selesai sholat subuh aku putuskan untuk pergi menemui Kukuh. "Kamu yakin mau ikut Pesugihan Jual anak?" tanya Kukuh ragu-ragu "Tentu saja, Lagipula sudah tidak harapan lagi untuk Bagus. Tolong aku Kuh, aku sudah buntu. Nanti kalau berhasil kamu pasti aku bagi. Aku juga sudah siap menanggung segala resikonya," ucapku mantap Mendengar jawaban ku, Kukuh langsung mengajakku ke sebuah pemakaman. Ia bilang ingin mengajak ku melakukan ritual memperkuat diri sebelum kami menemui dukun pesugihan. Akupun hanya menurut saja saat toh aku sudah percayakan semua padanya. Malam itu Kukuh mengajakku ke sebuah pemakaman. Ia menyuruhku duduk di sebuah makam yang terlihat masih baru. Tidak lupa Kukuh meletakkan sesaji lengkap dengan gelas kosong yang diletakkan di depan batu Nisan. Suara burung kokok beluk terdengar bersahutan membuat bulu kudukku berdiri. Saat Kukuh mulai membaca mantera, tiba-tiba angin kencang berhembus membuat tubuh kami berdua terhempas ke samping makam. *Wusshh!! *Buughh!! Tubuhku membeku saat tanganku tidak sengaja menyentuh sebuah tengkorak manusia. Aku berteriak histeris saat itu hingga membuat Kukuh langsung membungkam mulut ku. "Jangan berisik!" ujarnya lirih Aku langsung mengangguk dan menyeka keringat dingin yang mulai membasahi wajahku. Aku kembali duduk di samping Kukuh dan melanjutkan ritual dengan wajah pucat pasi. Kali ini ku dengar suara seseorang sedang menuangkan air ke dalam gelas. Aku menoleh ke kanan dan Kiri namun tak ada siapapun. Saat pandanganku kembali kedepan, ku lihat gelas Kosong didepnku sudah terisi penuh dengan darah. *Glekk!! Aku hanya bisa menelan ludah menahan kengerian yang mulai menggerayangi tubuhku. Tidak lama Kukuh berhenti membaca mantera dan mengambil gelas yang ia letakan di samping batu nisan. Teguh memintaku untuk meminum darah itu. "Habiskan dan jangan ada sisa, karena kalau masih ada sisa berarti kamu gagal!" *Deg!Teguh menerawang menatap langit-langit kamarnya. Beberapa kali ia beristigfar untuk menghilangkan rasa takutnya. Malam itu Teguh tak bisa tidur hingga pagi hari. Setelah adzan subuh Teguh mulai merasa ngantuk. Ia pun kemudian membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Dengkuran halus mulai terdengar dari bibirnya. Tidak lama terdengar suara gaduh membuat Teguh terbangun. Ia buru-buru bangun dan keluar dari kamar kosannya. Ia melihat banyak orang berkerumun di depan pagar kosan. "Ada apa ini???" Ia segera keluar untuk menghampiri kerumunan tersebut. Teguh pun menanyakan apa yang terjadi kepada seorang warga. "Sebenarnya apa yang terjadi?" tanyanya pada seorang warga "Istri Pak RT, dia diguna-guna orang," Teguh begitu terkejut mendengarnya. "Lalu kenapa orang-orang itu berkumpul di sini?" tanya Teguh "Mereka ingin menangkap si pengirim guna-guna itu yang katanya tinggal di sini," jawab seorang warga "Oh begitu, lalu bagaimana dengan keadaan ibu RT?" "Kondisinya
Teguh menghentikan sepeda motornya di depan sebuah warung kopi. Alih-alih mengisi perutnya yang mulai kelaparan, Teguh juga ingin mencari informasi tentang kos-kosan. Setelah berbincang dengan pemilik warung ia pun mendapatkan alamat sebuah kosan. Tanpa pikir panjang Teguh mendatangi kosan tersebut. Beruntung ada sebuah kamar kosong dan ia bisa langsung menempatinya malam itu juga. Gelap malam membuat Teguh merebahkan tubuhnya diatas matras kecil. Kali ini ia harus tidur disebuah kamar kecil, sumpek dan juga panas. Maklum saja kosan yang dihuninya hanya seharga lima ratus ribu perbulan . jadi wajar saja jika fasilitas yang ia dapatkan hanya sebuah matras. Bahkan kipas angin pun tidak ada. Teguh sengaja membuka jendela kamarnya agar udara bisa masuk. setidaknya angin bisa masuk dan ia tidak merasa kegerahan sepanjang malam. rasa lelah membuat rasa kantuknya segera datang. Tak lama Teguh pun terlelap. Hening malam membuat suasana kosan menjadi lebih tenang. Tidak seperti kos
Teguh masih termangu menatap kepergian lelaki itu. Tatapan penuh tanda tanya mengapa lelaki itu berkata seperti itu padanya. Hampir mirip dengan ucapan Kukuh. Teguh kemudian beranjak dari duduknya. Ia kemudian berjalan meninggalkan surau itu. Langkahnya terasa berat saat ia melewati sebuah pohon besar yang ada di halaman surau. Ia menoleh kearah pohon itu, semilir angin seolah membuai wajahnya membuatnya terkesiap. "Ada yang bilang jangan suka bengong kalau di tempat wingit le," ucap Seorang wanita paruh baya menegurnya "Oh ...." jawab Teguh seketika gagap Wanita itu tersenyum kemudian pergi. "Apa surau itu juga tempat wingit?" tanya Teguh kemudian menyusul wanita itu "Bagi orang-orang awam memang begitu, tapi kalau untuk orang-orang seperti mu ya tidak juga. Toh mereka juga tidak menganggu kecuali kamu menganggunya lebih dulu," jawab wanita itu Ia kemudian masuk ke sebuah warung kopi dan Kukuhpun mengikutinya. "Kamu darimana?" tanya wanita itu "Dari kampung sebelah," jawa
Pagi itu Teguh memilih untuk pergi meninggalkan kampung halamannya. Tekadnya sudah bulat untuk merantau. Ia ingin melupakan semua kenangan buruk tentang keluarganya dengan merantau. Ia sengaja ingin mengabdikan hidupnya untuk membantu masyarakat untuk menebus dosa-dosanya. Ia pun bergegas menuju ke terminal Bus. Kali ini tujuannya adalah Jakarta. Ia ingin mengadu nasib di kota metropolitan tersebut. Perjalanan menuju Jakarta lumayan jauh membuatnya tertidur sepanjang perjalanan. Tepat saat adzan magrib berkumandang ia pun tiba di stasiun bus Pulau Gadung. Teguh memilih untuk melakukan sholat magrib. Sebuah surau kecil terlihat penuh dengan orang-orang yang hendak melakukan sholat. Teguh sempat menunggu sampai orang-orang selesai melakukan sholat berjamaah. Senyumannya mengembang saat melihat masih banyak orang-orang yang bersemangat melaksanakan sholat berjamaah. "Allahu Akbar," Teguh melipat kedua tangannya dan mulai khusuk membaca takbiratul ihram. "Aamiin," Tiba-tiba ter
"Bangun Le, kamu harus melawan rasa sakit itu, kamu tidak boleh mati. Kamu harus berjuang jika kau ingin menebus semua dosaku sama di masa lalu," Seketika aku terbangun setelah mendengar ucapan pria itu. Sesosok makhluk menjijikkan berusaha menjilati tubuhku. Namun ia seketika terbakar saat menyentuh selendang itu. Pak Dhe Slamet tampak terkejut saat melihat kejadian itu. Ia juga tak percaya saat melihat ku terbangun. "Bagaimana kamu bisa lolos darinya??" ucapnya tak percaya "Lepaskan aku Pak Dhe," ucapku "Kau terlalu banyak ikut campur Teguh, andai saja kau tidak ikut campur aku pasti akan menurunkan semua kekuatan ku kepadamu. Sayang sekali, padahal kita memiliki banyak kesamaan dan aku yakin hanya kamu yang bisa menuruni semua kekuatan ku," jawab Pak Dhe Kali ini ia kembali mengikatku di sebuah kursi. Ia tahu aku akan lari jika dia tak mengikatku. Setelah mengikatku di kursi Pak Dhe kemudian menggorok seekor ayam cemani dan menadahi darahnya pada sebuah gelas bambu. I
Ku dengar suara Pak Dhe membaca mantera. Mantera itu sama persis dengan mantera yang dibaca oleh Mbah Kamari. Mantera itu juga yang dibaca istriku saat ia kesurupan. "Jadi benar Pak Dhe pelakunya!" Angin kencang berhembus membuat ku terjungkal dari tempat persembunyian ku. Tubuhku terguling-guling terbawa angin. Aku berusaha bangun untuk melihat apa yang terjadi selanjutnya, namun sial ku rasakan kepalaku terasa pusing saat sebuah benda tumpul menghantam kepala ku. Tiba-tiba semua berubah gelap. Tak lama terdengar suara teriakan membuat ku reflek membuka mata. Saat aku hendak bangun, aku merasa kepalaku sangat pusing hingga nyaris jatuh. Dengan langkah sempoyongan aku berusaha keluar dari pondok ini. Berbahaya jika aku tetap di sini. Aku harus pergi secepatnya sebelum Pak Dhe kembali. Aku harus hidup, aku harus menyelamatkan semua warga. Betapa terkejutnya aku saat melihat Pak Dhe Slamet tiba-tiba berdiri di depan ku. "Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya kemudian
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen