Share

Pria pemaksa

Author: Vellichor_Ann
last update Last Updated: 2024-01-22 19:25:16

"Ya ampun sayang, kamu cantik banget."

Aya membalas pelukan tante Mirna padanya. "Makasih. Tante juga cantik banget."

"Sini, duduk di samping tante." Melihat mamanya yang dekat dengan Aya membuat Metta semakin dibalur rasa cemburu.

"Kita langsung aja, ya. Aya masih inget sama Ken? Malam ini kita datang buat jodohin kalian berdua," kata papanya Ken dan Metta.

"Kamu mau, kan?" lanjutnya.

Aya melirik kedua orang tuanya serta tante Mirna dan suami secara bergantian. Kalau menolak di depan banyak orang seperti ini Aya juga merasa tidak enak. Mama dan papanya juga pasti akan malu. Jadi, Aya memutuskan untuk mengangguk.

"Kalau begitu kita langsung tentuin tanggal tunangannya."

"Eh? Tunangan?" Ayana menatap terkejut. Ini pertemuan pertama tapi sudah membahas pertunangan.

"Iya. Lebih cepat lebih bagus, kan?"

"Gimana kalau minggu depan?"

Kini semua mata menatap Kenneth. Tak terkecuali dengan Aya dan Metta yang melayangkan tatapan tajam. Sepertinya kali ini dua gadis itu memiliki pemikiran yang sama.

"Bagus itu. Nanti Papa sama mama yang siapin semuanya. Kalian berdua tinggal beli cincin aja."

Aya menggeleng. "Tapi..."

"Udah, nanti kita bahas lagi. Sekarang mending kita makan malam bersama. Mama udah masak banyak. Metta, kamu juga jarang main ke sini lagi. Tante kangen tau sama kamu."

"Eh, iya. Banyak tugas soalnya," ucap Metta tersenyum canggung.

Kini mereka semua sudah berdiri untuk menuju ke ruang makan. Namun tiba-tiba saja Ken memegang lengan Aya membuat gadis tersebut terkejut. Ia sempat mencoba melepaskannya, namun Ken menahannya.

"Boleh saya ajak Ayana bicara berdua?" tanya Kenneth meminta izin pada orang tua gadis tersebut.

"Enggak. Aku gak mau," kata Ayana menolak keras.

"Ay, jangan gitu. Boleh, kok. Tante sama om kasih izin. Kalian juga perlu ngobrol-ngobrol."

Ayana tak habis pikir ketika orang tuanya bahkan tak membantunya. Dia tidak ingin berduaan dengan orang ini. "Aya laper, mah."

"Nanti kita cari makan di luar," kata Kenneth mencari cara agar gadis ini mau pergi dengannya.

"Aku ikut!" celetuk Metta cepat.

Mirna menoleh ke arah anak gadisnya tersebut. "Kakak kamu itu mau pendekatan sama Aya. Kamu di sini aja."

Mendengar hal itu Metta mendelik ke arah Aya. Awas saja, di kampus nanti dia akan mengerjainya. 'Gue gak akan biarin lo deket sama kak Kenneth.'

****

"Kenapa dari tadi diem terus?" tanya Ken yang masih menatap lurus ke depan.

Saat ini mereka sedang berada di dalam mobil. Entah kemana Ken akan membawa Aya. Gadis itu juga sejak tadi hanya diam. Masalahnya dia lupa bawa ponsel, jadi bingung sendiri mau apa.

"Kamu masih marah sama kejadian dulu?"

"Menurut kamu? Siapa yang gak sakit hati dibilang goblok?"

Ken segera mencari tempat yang sepi untuk menepikan mobilnya. "Saya udah minta maaf waktu itu. Serius, saya gak bermaksud untuk ngumpat sama kamu. Jangan dibahas lagi, dong."

"Kalau gitu kamu batalin perjodohan ini dulu, baru aku maafin. Kalau aku yang ngomong, mereka gak akan peduli. Kamu juga gak suka sama aku, kan?"

"Kata siapa?" Perlahan Ken mendekatkan wajahnya. "Kalau saya bilang, saya juga suka sama kamu gimana, hm?"

Hah? Aya tidak salah dengar?

Dengan cepat gadis itu membuang wajahnya ke arah lain. "Gak jelas. Aku laper, katanya mau beli makan."

Ken terkekeh lalu mengacak rambut Aya pelan. Gadis ini banyak berubah. Dulu dia terlihat jelek, hitam, dan dekil. Kalau main di komplek maunya cuma pakai kaus dalam saja. Sekarang justru Ken melihat sisi yang berbeda 180°. Dia benar-benar cantik. Ken tidak akan menolak perjodohan ini.

"Mulai besok saya yang akan antar jemput kamu ke kampus. Kalau mau pergi juga bilang aja, nanti aku antar."

"Gak usah, aku bisa sendiri," balas Aya cuek.

"Kamu calon tunangan saya, Ay."

"Baru calon."

"Aya!"

"Iya-iya."

****

Meskipun dengan terpaksa hari itu Ayana menyetujui jika dia akan diantar jemput oleh Kenneth. Pria itu mengancamnya jika Naura tidak mau dia akan melaporkan pada Ibu dan Ayahnya. Dengan cerdik ia tau jika kelemahan gadis itu adalah tidak bisa menolak keinginan kedua orang tuanya.

"Kak? Kenapa harus jemput dia dulu, sih?" tanya Metta saat mobil Ken berhenti tepat di depan rumah Ayana

"Sekalian. Jangan marahan gitu, dong. Aya bentar lagi jadi kakak ipar kamu."

"Tapi aku gak mau."

Ken menghela nafas lelah lalu membuka sabuk pengamannya. "Mau ikut ke luar gak?"

"Nunggu di mobil aja."

Di teras rumah, Aya dan mamanya sudah menunggu. Kalau tidak diawasi mamanya, sudah pasti Aya akan berangkat lebih dulu. Jadinya wanita itu harus menunggu sampai Ken menjemput anak gadisnya.

"Pagi, tan." Ken mencium tangan calon mertuanya.

"Pagi. Metta mana?"

"Ada di mobil."

"Lama," celetuk Aya seketika. "Mah, berangkat sekarang aja. Temen Aya udah ada di kelas."

"Yaudah, kalau gitu kalian hati-hati."

"Iya."

Di dalam mobil sana Metta memperhatikan Aya yang berjalan bersama kakaknya. Kenapa harus Aya? Metta takut jika Aya mencoba untuk balas dendam padanya lewat sang kakak. Gadis itu sengaja menerima perjodohan ini lalu meninggalkan Ken begitu saja.

Kenneth membuka pintu depan di samping supir. "Kamu pindah belakang, ya."

"Gak mau. Dia aja yang dibelakang."

"Dek..."

"Ribet banget. Aku di belakang juga gak apa-apa kali," ucap Aya yang langsung duduk di kursi belakang. Mendengar hal tersebut membuat Metta tertawa sinis.

"Bagus kalau lo sadar."

Ah, dua gadis ini membuat Ken frustrasi sendiri. Di bingung karena Metta adalah adiknya, sedangkan Aya adalah calon tunangannya.

****

"Ay, anak-anak ada yang liat kamu sama Metta ke luar dari mobil yang sama. Terus dianterin sama cogan juga. Itu bener?" tanya Putri yang menyuapkan bakso ke mulutnya.

"Hmm."

"Ada angin apa kalian jadi akrab kayak gitu?"

"Itu juga terpaksa. Aku dijodohin sama kakaknya."

"Apa?! Kamu di-"

"Sttt.... jangan berisik!" potong Aya cepat.

Putri terlihat memasang wajah kagetnya. Otomatis Aya dan Metta yang dikenal sebagai rival akan menjadi ipar. Dia jadi penasaran dengan kakaknya Metta.

"Ay! Gue minta supaya lo jauhin kak Ken!" ucap Metta tiba-tiba datang. Tumben sekali dia tidak bersama dua temannya.

"Kenapa? kamu cemburu kakak kamu lebih deket sama aku?" Sebenarnya Aya tidak berniat bertanya seperti itu. Tapi, dia merasa Metta memang merasakan cemburu.

"Gue gak pernah cemburu karena kak Ken emang cuma sayang sama gue."

"Oh, ya? Tapi kayaknya dia bakal lebih sayang sama aku."

"Gak akan!"

Aya berdiri dan mendekatkan dirinya ke arah Metta. "Gimana kalau kita buktiin? Dulu kamu pernah ngambil orang yang aku sayang, sekarang hal yang akan ngambil hal itu dari kamu."

"Jangan sampe lo nyakitin kakak gue!"

Gadis itu mengangkat kedua bahunya acuh dan pergi dari kantin. Putri yang melihat temannya pergi jadi ikut mengejar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Cerewet Tuan CEO    ribut

    Ayana terus menunduk dan memegang sabuk pengamannya sejak tadi. Dia berada di mobil bersama Kenneth dalam keadaan sama-sama diam. Tidak ada yang berbicara hanya suasana hening yang membuat Ayana semakin canggung. Pria di sampingnya ini benar-benar sedang marah sekarang. Terlihat wajahnya yang memerah dan tangan yang memegang setir dengan kuat.Gadis itu menoleh sekilas dan dia mendengus sebal karena sampai saat ini tidak tau kenapa Ken marah padanya. Kenneth menambah kecepatan mobilnya, seakan dia ingin segera sampai ke apartemen. "Ken," panggil Ayana namun tetap menatap lurus ke depan. "Saya minta kamu diam sampai kita di apartemen. Jangan bicara apapun."Kenneth mencoba mencari jalan tercepat. Yang dikhawatirkan Ayana adalah karena mobil yang dibawanya cukup cepat sedangkan malam seperti ini keadaan jalanan tidak terlalu terang.Setelah cukup lama akhirnya mereka sampai di depan apartemen. Kenneth keluar lebih dulu dan membukakan pintu untuk sang istri. Dia benar-benar sangat kece

  • Istri Cerewet Tuan CEO    Salah paham

    Metta menikmati makanannya sambil menatap langit malam di luar sana. Mereka semua sedang makan di luar, di tempat terbuka sambil menikmati keindahan pantai. Beberapa orang terlihat bernyanyi dan memainkan ukulele. Ada juga yang membuat video untuk dokumentasi. "Aduh, ini hp kenapa sih?!"Metta yang sedang mengunyah makanan langsung menoleh menatap salah satu temannya yang memukul-mukul ponsel. "Kenapa?""Gue mau telepon Nyokap tapi ga ada jaringan. Gue boleh pinjem ponsel Lo gak, Ta?""Boleh. Ambil aja tuh di dalam tas. Password-nya masih ingat kan?""Masih kalau belum diganti," ucapnya sambil mengambil ponsel Metta.Perempuan tersebut pergi ke belakang untuk menelpon Ibunya sedangkan Metta kembali melanjutkan makan. Setelah lelah memikirkan kuliah ternyata menyenangkan untuk pergi ke tempat seperti ini. Rasanya masalah langsung menghilang terbawa deburan ombak dan angin pantai.Meski terlihat begitu menikmati makanannya namun Metta sesekali memperhatikan Ayana yang duduk di samping

  • Istri Cerewet Tuan CEO    Rencana tersembunyi

    "Lo kenapa keliatan gak tenang gitu, sih?" tanya Tio melihat bos sekaligus temannya mondar-mandir."Gue lagi nunggu kabar dari Ayana. Dia gak bisa dihubungi. Ditelepon gak diangkat, pesan gak dibaca. Metta juga teleponnya gak aktif.""Yaelah, ditinggal belum sehari aja udah galau. Lagian udah pasti istri Lo lagi sibuk sama acaranya di sana. Udah jangan overthinking gini, yang ada Lo ribet sendiri."Pria itu duduk setelah cukup lama berdiri. Dia menatap ponselnya dan masih berharap balasan notifikasi dari Ayana segera muncul. Dia mengkhawatirkan gadis itu dan mungkin cemburu karena ada Rendi juga di sana. Tentu Ken tau jika Rendi masih menginginkan istrinya.Dia tidak masalah membebaskan Ayana berlibur ke pantai bersama teman kampusnya agar dia juga bisa menikmati waktu. Hanya saja jika gadis itu dekat dengan lelaki lain Ken merasa tidak terima. "Tenang aja, sih. Ada adek Lo juga, pasti dijagain. Wajar aja kalau mereka sibuk sekarang. Lo masih bisa hubungi nanti.""Tetep aja gue gak t

  • Istri Cerewet Tuan CEO    Jaga hati

    Hari ini Ayana akan melakukan pemberangkatan liburan bersama teman sekelasnya yang lain. Tempat tujuan mereka adalah pantai, dan mereka akan menginap di hotel untuk beberapa hari. Akan ada beberapa acara juga yang diadakan di sana nantinya."Bener gak mau saya antar?" tanya Ken kesekian kalinya pada Ayana. Gadis itu memutuskan pergi berdua dengan Metta naik mobil. "Aku sama Metta berdua aja. Lagian kamu mau kerja juga, kan? Nanti aku kabarin kalau sampai sana.""Tapi seenggaknya saya liat kalian aman sampai tujuan."Metta menghampiri sepasang suami yang tengah berdebat di depan mobil. "Kak, tenang aja gak usah khawatir. Lagian sekarang ada aku yang jagain Ayana."Ken masih belum tenang. Dia ingin mengantar mereka sampai ke pantai namun Ayana tidak mau. Jika dia memaksa gadis itu pasti akan marah, padahal mereka baru saja akur. Tapi sepertinya benar kata Metta, sekarang dua gadis itu sudah kembali berteman jadi dia bisa menitipkan Ayana pada sang adik dan begitu sebaliknya. "Tapi kal

  • Istri Cerewet Tuan CEO    Menjadi cemburu

    "Keluar!" ucap Ayana dengan penekanan.Gadis itu bersedekap dada sambil bersandar di dekat pintu. Ia memperhatikan Amel yang berjalan pergi dari sana dengan menunduk. Saat melewatinya Aya berbisik dengan pelan namun hanya mereka yang berdua yang tau. Ken tidak mendengar apapun."Ay, kamu kenapa gak bilang mau ke sini?" tanya Ken berjalan menghampiri istrinya sambil mengulurkan tangan, menyambut."Gak boleh aku datang ke sini?""Boleh, dong. Kamu bebas kapanpun datang ke sini sesuka hati selama saya ada di kantor. Tapi penasaran aja kenapa kamu datang ke sini."Ayana mengambil sesuatu di kantongnya dan menunjukan. "Ponsel kamu ketinggalan di kamar. Takut penting jadi aku bawain ke sini.""Ah, iya saya lupa bawa ponsel. Makasih, ya, maaf jadi repotin kamu." Ken menarik Ayana ke pelukannya dan mengecup keningnya lembut. Sementara gadis itu tersenyum dan menepuk bahu suaminya pelan.Setelah menikah Ayana mulai terbiasa dengan Ken yang suka memeluknya. Kalau boleh jujur sepertinya gadis in

  • Istri Cerewet Tuan CEO    Sekretaris genit

    "Ay, kamu sama Metta udah baikan?" tanya Ken saat mereka sampai di apartemen.Ayana tak menjawab namun dia hanya tersenyum dan berlalu pergi menuju dapur. Rasanya senang karena sekarang mereka sudah kembali berteman lagi. Mungkin sebenarnya ini yang diinginkannya oleh Aya sejak dulu. Bukan bertengkar dengan Metta untuk sebuah kemenangan, namun dia merindukan masa pertemanan mereka.Melihat Ayana yang tak menjawab pertanyaannya, Ken kembali bertanya. "Kenapa kalian bisa baikan secepat itu? Maksudnya, saya suka liat kalian akur. Tapi tiba-tiba?""Aku sama Metta udah sama-sama capek. Lagian gak ada yang mau diributin lagi."Mendengar itu Ken ikut tersenyum. Syukurlah jika memang sekarang adik dan istrinya sudah akur. Tidak ada kendala lagi dan justru itu semakin bagus. Hubungannya dengan Ayana akan menjadi baik, karena Metta sudah menerima gadis ini sebagai kakak iparnya. "Yaudah, sekarang kamu duduk. Biar saya masak buat kamu, ya." Ken menarik kursi agar Ayana duduk di sana. Gadis itu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status