Share

06 - Mulai Posesif

Penulis: Putri_Pratama
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-04 17:11:03

Feli masih tidak percaya, bahwa hanya dalam hitungan detik, kini dirinya sudah memiliki status yang berbeda, yakni istri sah dari seorang Nathen Shawn Wilson.

Hari di mana seharusnya Vivian yang menikah, dirinya terpaksa menjadi pengantin pengganti untuk paman angkatnya sendiri itu tak terelakan lagi.

Acara pernikahan sudah terampungkan. Kini gadis yang sudah menjelma menjadi seorang wanita itu tengah berdiri tepat di samping Nathen yang sibuk berbincang bersama rekan bisnisnya yang datang, menghandiri undangan.

Sudah merasa cukup lelah sekali sebenarnya, ingin mengeluh, tapi tidak bisa. Sebab harus terus bersandiwara di hadapan khalayak agar terlihat seperti pasangan pengantin baru yang bahagia. Dan hal itu, nyatanya sama sekali tidak mudah dan cukup menguras banyak tenaga.

Diwajibkan menebar senyum hangat pada setiap tamu yang datang menghampiri untuk berbincang, atau sekadar memberi selamat, Feli mati-matian menahan rasa lelah bercampur sesak.

Embusan napas kasar mencelos dari mulut wanita muda cantik itu, kala rekan bisnis Nathen akhirnya pergi dari hadapan, meninggalkan dirinya dan sang suami.

Nathen yang mendengar hal itu bergegas menoleh, menatap Feli yang tengah mencebikan bibir dengan tatapan gemas, ia tersenyum simpul. "Lelah ya?"

Feli yang menundukan pandangan, seketika menengadah. Wanita cantik itu terkekeh sinis. "Tidak. Aku sama sekali tidak merasa lelah sedikitpun, Paman," sarkasnya, diakhiri dengan tatapan mata yang agak memicing, serta air muka yang berubah masam.

Terkekeh gemas, Nathen menepuk pelan puncak kepala Feli, beberapa kali. "Bersabarlah. Sebentar lagi kita bisa beristirahat."

Feli mendengkus, lantas meluruskan pandangan, memutuskan kontak mata dengan Nathen. Bibir kecilnya hampir kembali mencebik, jika saja netra lelahnya tidak berhasil menangkap tiga pria tampan yang kala itu tengah berjalan ke arah di mana dirinya dan Nathen sedang berdiri.

Buru-buru mengganti air muka yang masih tampak masam, Feli memaksakan bingkai birainya untuk merenggang, mengulas senyum ramah, sebagai tanda penyambutan.

"Bro!" Salah satu dari tiga pria tampan itu menyeru dengan antusias sembari tersenyum senang dan menepuk bahu sebelah kanan Nathen, begitu ia dan dua rekannya menghentikan langkah.

Feli dan Nathen sama-sama meluruskan pandangan, menatap tiga pria tampan yang kini berdiri tepat di hadapan.

"Selamat untuk pernikahan kalian, Nathen, Feli." Hayden - sahabat dekat sekaligus rekan bisnis Nathen membuka pembicaraan terlebih dahulu.

Nathen dan Feli saling bertukar pandang sekilas, lantas melempar senyum pada Hayden. "Terima kasih," ucap Nathen.

"Paman memberi kado pernikahan yang bagus kan, untukku?" celetuk Feli.

Hayden terkekeh sambil menundukan pandangannya sekilas. Melirik Nathen, ia lalu memokuskan atensi ke arah Feli dan tersenyum manis. "Tentu saja, Cantik."

Nathen menatap Feli, lalu menggeleng samar. Di bibirnya terpeta senyum simpul pertanda gemas, sedang tatapannya menyiratkan banyak arti.

Senyuman yang kali ini tampak begitu tulus, menyembul di bibir Feli. "Terima kasih, Paman. Aku akan mengeceknya nanti. Jika sampai kado dari Paman tidak cukup bagus bagiku, aku akan meminta lagi," tegasnya, menyelipkan sedikit kesan jenaka.

Hayden terkekeh. "Tentu." Mengangguk, ia mengambil satu langkah kecil untuk mendekat ke arah Feli, lantas mengulurkan satu tangan, sampai telapaknya mendarat lembut di puncak kepala wanita muda itu, memberinya usapan sayang. "Kau boleh meminta apapun dariku."

"Tolong jaga tanganmu!" titah Nathen sembari gegas menepis tangan Hayden. "Jangan menyentuh istri orang sembarangan," imbuhnya.

Hayden menoleh ke arah Nathen, ia melempar senyum miring sembari menatap sahabat tampannya itu dengan tatapan sinis. "Mulai menunjukan sikap posesif, ha?" ledeknya.

"Kalian perlu ku bookingkan ring tinju, agar bisa berkelahi dengan puas dan lebih leluasa?" Andrew - sahabat Nathen dan juga Hayden menimpali dengan nada sarkastik.

Nathen, Hayden, Feli serta satu pria lainnya kompak mengalihkan atensi mereka, menoleh ke arah Andrew yang seketika melempar senyum lugu sembari menebarkan pandangan.

"Aku akan menyumbangkan waktuku, agar kalian bisa lebih puas berkelahi, nanti," celetuk Feli lagi sambil menatap Hayden dan Nathen secara bergantian dengan tatapan lugu.

Saat empat pasang mata milik empat pria yang ada di hadapan mengalihkan pandangan, memokuskan atensi ke arahnya, Feli terkekeh kikuk dan mengerjapkan pelupuk matanya beberapa kali.

"Apa maksud dari perkataanmu itu, Manis?" Noah - yang sedari tadi hanya diam, memperhatikan apa yang terjadi di hadapan, akhirnya angkat suara.

Merasakan atmosfer yang mengelilingi mendadak jadi agak serius, Feli menelan ludah dengan sedikit kepayahan. "Ya ... siapa tahu, Paman Hayden dan Paman Nathen ingin berkelahi dengan durasi yang agak lama, jadi aku akan menyerahkan waktuku malam ini pada mereka."

"Maksudmu ... kau akan membiarkan Hayden menggantikan posisimu sebagai pengantin baru, malam ini?" tanya Andrew.

Feli mengangguk dengan begitu lugunya. "Ya. Apa tidak boleh?"

"Tentu saja tidak boleh!" tegas Nathen, membuat Feli agak terkesiap, juga seketika memokuskan seluruh atensi ke arahnya.

Nathen berdehem. Melirik Hayden dan dua sahabatnya yang lain, serta Feli yang sedang menatap dirinya, ia mendengkus. "Aku lebih tertarik untuk berkelahi dengan istriku di atas tempat tidur semalaman nanti, daripada harus berkelahi dengan Hayden," imbuhnya.

Hayden, Noah dan Andrew yang jelas amat sangat mengerti maksud dari perkataan Nathen, saling bertukar pandang sambil tersenyum, bersandiwara seakan sedang tersipu.

Mencolek satu sama lain dengan gelagat gemulai yang tentu saja sengaja dibuat-buat dalam rangka menggoda sang sahabat, tiga serangkai itu lakukan tanpa ragu.

"Aku juga ingin ikut berkelahi di atas tempat tidur," cicit Noah.

Sementara empat pria tampan di hadapan sibuk bergurau, Feli yang sama sekali tidak menangkap jelas maksud dari perkataan Nathen, hanya bisa melongo sambil menatap mereka, keheranan. "Paman sungguh akan mengajakku berkelahi nanti malam?" celetuknya, bertanya dengan begitu lugu.

Air muka wanita cantik itu tampak begitu polos, disertai dengan tatapan yang terlihat menggemaskan, ayalnya seekor anak anjing.

Serempak, Nathen dan ketiga sahabatnya menoleh ke arah Feli.

"Tentu saja!" timpal Andrew begitu bersemangat. Ia lantas sedikit memiringkan tubuh, mendekatkan diri ke arah Feli. "Tapi cara berkelahi khusus untuk pengantin baru," bisiknya.

"Memangnya, setiap pengantin baru, harus berkelahi ya?" Felicia menatap empat pria tampan di hadapannya secara bergantian.

"Hemmmm. Setiap pengantin baru, memang harus berke-" "tutup mulutmu!" Nathen tidak mengijinkan Andrew merampungkan perkataan, ia menampar pelan mulut sahabatnya itu, seketika membuatnya bungkam.

Memokuskan pandangan ke arah Feli, Nathen tersenyum manis. "Jangan khiraukan perkataan mereka, karena otakmu tidak akan bisa mencernanya."

Feli memicingkan mata, menatap Nathen dengan tatapan sebal. Wanita cantik itu mendengkus, lantas mencebikan bibirnya, kesal. "Paman menyebalkan!"

Alih-alih merespon rengekan Feli dengan serius, Nathen malah tersenyum manis. "Selagi aku berbincang dengan tiga cecunguk ini, kau bisa pergi menemui sahabatmu, yang sepertinya sedari tadi sudah menunggu."

Air muka Feli yang semula tampak agak masam, seketika terlihat penuh semangat. Tersenyum senang, setelah mendengar perkataan Nathen, Feli mengedarkan pandangan. "Sahabatku? Di mana?"

"Itu, di meja dekat area masuk."

Senyum yang memeta di bibir Feli semakin merekah indah, saat netra teduhnya berhasil menangkap sosok dua gadis cantik yang tengah menatap ke arahnya. "Kalau begitu, aku pergi dulu, Paman!"

Begitu bersemangat, tanpa menoleh lagi ke arah Nathen dan ketiga sahabat tampan suaminya itu, Feli beringsut meninggalkan mereka.

Berjalan agak tergesa, wanita cantik itu menyingkab gaun panjang yang sedikit mengganggu kakinya.

Nathen yang memperhatikan setiap gerik yang dilakukan sang istri, hanya menggeleng tak habis pikir sambil tersenyum. "Hati-hati. Jangan sampai kau jatuh!"

Tidak dikhiraukan sama sekali, perkataan berisi peringatan yang Nathen lontarkan bak hanyalah sebuah angin lalu bagi Feli.

Nathen berdecih pelan. "Gadis nakal ini."

Andrew terkekeh gemas setelah memperhatikan tingkah kekanakan yang Feli tunjukan. Menundukan pandangan sebentar, ia lantas menengadah, menatap Nathen dengan tatapan sendu yang cukup sulit diartikan. "Kau sudah memberitahu Feli?"

Nathen, Noah dan Hayden, serempak mengalihkan pandangan mereka yang semula tertuju ke arah di mana sosok Feli berlalu. Ketiganya menoleh ke arah Andrew.

Permukaan kening Nathen mengkerut samar, bersamaan dengan matanya yang memicing, sampai membuat kedua alisnya yang bersebrangan, jadi hampir bertaut. "Memberitahunya soal apa?"

Menatap Noah dan Hayden secara bergantian, Andrew membuang napas kasar sebelum memokuskan pandangannya lagi ke arah Nathen. "Tentang Vivian dan juga Davian."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Dadakan Paman Nathen   150 - Akhir yang Bahagia

    "Feli?" Nathen menyeru seraya melangkah, mendekati Feli yang masih duduk, menikmati film yang diputar pada layar kaca di hadapannya."Siapa yang datang, Paman?" Feli menengadah, menatap nanar sosok sang suami yang berdiri tepat di samping sofa yang ia duduki.Nathen tersenyum. "Ikut denganku. Ada yang ingin bertemu denganmu. Mereka sudah menunggu di ruang tamu."Pribadi tampan itu mengulurkan tangan ke arah Feli, membuat Feli menunduk, menatap tangan sang suami, bingung."Siapa?" tanyanya Feli, sembari menengadah, mempertemukan lagi pandangannya dengan Nathen.Nathen mendesis pelan, membungkukan tubuh, mencondongkannya ke arah Feli, sebab istri cantiknya itu tak kunjung menerima uluran tangannya. Ia menepikan remot kontrol yang kala itu berada dalam genggaman Feli, meraih telapak tangan istri cantiknya, membuatnya membangkitkan diri."Lihat saja sendiri," tukas Nathen sambil tersenyum hangat, menuntun Feli menuju ruang tamu.Dengan rasa penasaran pun bingung yang mulai mendera relung,

  • Istri Dadakan Paman Nathen   149 - Menghabiskan Waktu Bersama

    Akhir pekan lain ... satu minggu setelah akhirnya Feli dan Nathen saling mengakui perasaan yang telah bersemayam dalam hati mereka, yakni mencintai satu sama lain.Seperti akhir pekan sebelumnya ... hari ini, Feli dan Nathen kembali memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama. Tidak pergi ke mana-mana, hanya diam di rumah, menonton rendetan film yang sudah Feli list menjadi jadwal kegiatan wajib, ketika memiliki cukup banyak waktu luang.Sepasang suami istri yang tengah hangat-hangatnya menikmati kehidpan berumah tangga itu, kini saling duduk berdampingan. Lebih tepatnya, Feli berada dalam dekapan hangat tubuh gagah Nathen di bawah naungan selimut yang sama. Semenjak malam setelah perayaan hari ulang tahun Feli, Nathen memang jadi semakin lebih sering menunjukan sikap manjanya yang suka sekali menempel pada sang istri. Suka sekali berdekatan dengan Feli, seperti sering tiba-tiba memeluk, tak jarang membuat Feli terkejut. Meski dari sebelumnya ia memang sudah begitu, tapi kini frekuen

  • Istri Dadakan Paman Nathen   148 - Suasana Jadi Lebih Hangat

    "Paman?" Feli menyeru pelan setelah dirinya yang saat ini tengah duduk di salah satu kursi yang tertata mengitari meja makan, sedikit memutar tubuh, begitu mendengar suara derap langkah dan manik matanya berhasil menangkap sosok Nathen, si pelaku."Hemmm?" Nathen menyahut sambil tersenyum sumbringah, berjalan menghampiri sang istri dan menatapnya dengan tatapah penuh cinta."Paman habis melakukan apa dulu? Kenapa lama sekali turunnya?"Nathen menghentikan langkah, tepat di samping kursi yang Feli duduki. Mengusap kelewat lembut punggung bagian atas Feli lantas membungkukan tubuh, untuk melabuhi puncak kepala sang istri kecupan sayang. Melempar senyum manis, pribadi tampan berusia sepertiga abad itu tidak langsung memberi jawaban pada Feli, meski sempat membiarkan manik mata mereka saling bersitatap, sebelum kemudian menoleh.Nathen menilik area dapur, mendapati di sana hanya ada Aira ‐ salah satu asisten rumah tangga yang ia perkajaan, sedang sibuk sendiri, membersihkan meja pantry.

  • Istri Dadakan Paman Nathen   147 - Pengungkapan Rasa

    Dada Nathen ikut sesak rasanya selepas mendengar perkataan Feli, seakan ada kepalan tangan besar seseorang yang seketika mendaratkan bogeman mentah di sana.Mendapati Feli seketika menundukan pandangan, sengaja sekali memutuskan kontak mata dengan dirinya, buru-buru Nathen merubah posisi berbaring jadi memiring, menghadap ke arah Feli secara utuh, sebelum kemudian mempererat rengkuhan pada tubuh istri kecilnya itu.Tak lupa, Nathen juga melabuhkan kecupan sayang di puncak kepala Feli, pun memberi punggung istri kecilnya itu usapan lembut penuh makna secara berkala.Sementara Feli ... wanita cantik itu berusaha meredam mati-matian rasa sesaknya, tetapi berakhir dengan menghadirkan air mata yang menggenang, memenuhi pelupuknya.Membenamkan wajah di permukaan dada bidang Nathen sembari balas memeluk suami tampannya itu, ia memejam, membuat air matanya seketika tumpah ruah di sana.Tangis sedih Feli pecah dalam keheningan, mengakibatkan tubuhnya gemetaran dalam pelukan sang suami."Apa pu

  • Istri Dadakan Paman Nathen   146 - Teman SMP

    Manik mata hitam Liam tampak gemetar, menilik sosok gadis cantik yang sedang berjalan menujunya yang saat ini tengah duduk di salah satu sofa panjang yang tertata di ruang utama dari unit apartemennya.Gadis cantik itu bernama Kesha. Ia merupakan sahabat masa kecil Liam yang dalam beberapa waktu terakhir ini sudah resmi menjadi kekasih dari teman satu universitas Feli itu.Kesha melempar senyum manis, manakala pandangannya bersitatap dengan Liam. "Ada apa?" tanyanya seraya ikut mendudukan diri, tepat di samping sang kekasih, "kenapa menatapku seperti itu?"Liam berdesis pelan sembari memiringkan kepalanya, sekilas. "Kau mengenal Felicia?"Permukaan kening Kesha mengernyit, hingga nyaris membuat kedua alisnya yang bersebrangan, jadi saling bertautan. Matanya memicing, menatap Liam, nanar.Tawa kecil menguar dari mulut gadis cantik berusia dua puluh dua tahun itu. "Maksudmu, Felicia yang tadi kita hadiri acara pesta ulang tahunnya?"Kepala Liam mengangguk. "Hemmm. Felicia yang itu. Tadi

  • Istri Dadakan Paman Nathen   145 - Kejutan

    "Paman benar-banar mau mengerjaiku, ya?" celoteh Feli, bertanya dengan nada setengah merengek, ketika ia harus berjalan dengan perasaan takut juga was-was, sebab matanya ditutup menggunakan kain veil oleh Nathen.Sudah dari semenjak separuh perjalanan sebenarnya Feli terus merengek, menanyakan hal yang sama pada Nathen, ke mana suaminya itu akan membawanya, apakah sedang merencanakan sesuatu untuk mengerjainya.Pertanyaan yang sama terus saja menguar dari mulut Feli, apa lagi setelah tiba-tiba Nathen sempat menghentikan laju mobil, hanya untuk sekadar menutupi matanya, tadi.Meski setengah ogah-ogahan, juga harus sedikit kesusahan Nathen membujuk Feli agar mau matanya ditutup, pada akhirnya ... istri kecilnya itu manut saja, dengan konsekuensi, kerewelannya berlipat ganda.Mulut Feli jadi benar-benar semakin tidak mau diam, setelah matanya ditutup. Bukan hanya sekadar melontarkan kalimat-kalimat tanya bernada rengekan, wanita cantik itu juga bahkan tak segan, melontarkan segala pradu

  • Istri Dadakan Paman Nathen   144 - Truth or Trick?

    "Paman ini mau membawaku ke mana, sih?" tanya Feli dengan nada setengah merengek, selagi dirinya berjalan dengan agak sedikit ogah-ogahan, ketika Nathen menuntunnya berjalan, ke luar dari sebuah salon mewah, menuju mobilnya.Tidak terasa, nyaris dua minggu sudah berlalu dari malam di mana akhirnya Feli mengetahui fakta jika ternyata Vivian memiliki hubungan gelap dengan Davian, bahkan mereka berencana melakukan sebuah pernikahan.Dua minggu berjalan, sungguh Nathen sama sekali tidak mengira, jika alih-alih marah atau merasa kecewa pada dirinya, Feli malah menunjukan, jika istri cantiknya itu merasa cukup tersentuh atas apa yang telah dilakukannya.Hubungan pernikahan mereka bahkan bisa dikatakan berjalan sangat baik-baik saja, terutama setelah akhirnya mereka sepakat untuk menempati rumah baru mereka.Hampir seharian ini, Feli dibuat sibuk juga kebingungan dalam satu waktu, ditemani oleh Helen yang mendadak mengajaknya berbelanja baju baru, hingga mempercantik diri di salon.Feli sung

  • Istri Dadakan Paman Nathen   143 - Pertama Kali Kebenaran Terungkap

    Masih terbayang kelewat jelas dalam ingatan Nathen, ayalnya rekaman video yang diputar di depan pelupuk mata dengan resolusi tinggi, bagaimana tiga minggu sebelum pernikahannya dan Feli dilangsungkan, ia bertemu lebih dulu dengan Vivian.Pertemuan pertama selepas nyaris satu bulan Nathen sama sekali tidak mendapat kabar dari calon istrinya itu, karena seakan menghilang tanpa jejak, ayalnya ditelan bumi.Itu pun terjadi secara mendadak sekali, di kediaman Hayden, ketika sahabat dari Nathen itu tiba-tiba meminta Nathen datang, katanya ada hal darurat yang musti dibahas.Begitu tiba dikediaman Hayden, Nathen malah dikagetkan dengan keberadaan Davian dan Vivian di sana, duduk saling berdampingan di ruang tamu.Nathen yang kala itu berjalan sambil dirangkul oleh Hayden, gegas menghentikan langkah, mencoba menelaah, apa sebenarnya yang sedang terjadi.Keterkejutan yang dirasakannya, mungkin nyaris sama, seperti bagaimana terkejutnya Feli melihat Davian membawa serta Vivian di pertemuan mere

  • Istri Dadakan Paman Nathen   142 - Menjadi Prioritas Sejak Awal

    Keheningan canggung itu tak terelakan, terjadi begitu saja, menyelimuti kebersamaan antara Nathen dan Feli, begitu keduanya memasuki mobil.Acara makan malam – lebih ke pertemuan yang Nathen adakan secara khusus dengan Davian, telah berakhir.Kini, Feli yang sudah mengetahui segala kebenarannya, sedari tadi telah sukses dibuat tidak bisa berkata-kata.Selepas Davian memberi penjelasan pada dirinya, dari mulai alasan sebenarnya mengapa Vivian memilih urung untuk menikah dengan Nathen, sampai Nathen yang rupanya telah membayar Jane untuk menutupi fakta bahwa Davian dan Vivian bersama – untuk sementara darinya, membuat Feli jadi lebih banyak diam.Tidak banyak kata yang terlontar dari mulut wanita cantik itu. Bukan karena tidak ada kalimat yang ingin ia utarakan, hanya saja ... Feli lebih ke merasa bingung, harus memulainya dari yang mana terlebih dahulu.Terlalu banyak kalimat berbentuk tanya yang saat ini tengah berkecamuk dengan begitu hebatnya dalam benak Feli, membuat perasaannya ja

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status