Home / Romansa / Istri Dadakan / 5. Malam Pertama

Share

5. Malam Pertama

Author: Jesslyn Kei
last update Last Updated: 2021-08-22 14:07:23

Dave menoleh ke belakang, menatap ke arah  daun pintu kembar di ruangan itu yang perlahan mulai terbuka. 

Rachel perlahan muncul dari balik pintu itu. Ia melangkah kaki dengan kedua tangannya mengapit lengan kekar Robert. Kedua orang itu jalan beriringan memasuki ruangan.

 

Dave seketika terpana melihat Rachel dalam balutan dress putih panjang. Rachel terlihat nampak berbeda daripada waktu pertama kali bertemu dengan Dave.  Entah karena senyumnya yang mengembang atau mungkin pula dari riasan wajah, yang menambah pancaran kecantikan di wajahnya. 

Sesampainya di depan altar, Robert memberikan tangan Rachel pada Dave. Di pandangnya wajah Dave sekilas, sembari menepuk pundaknya.

"Titip Rachel ya," bisik Robert di telinga Dave.

Dave mengangguk pelan, lalu menoleh sekilas ke arah Rachel.

Mereka berdua kemudian saling mengucap janji suci pernikahan di hadapan pendeta.

Kate melihat pasangan pengantin itu penuh haru, begitu pula dengan Anggraini yang menitihkan air mata dalam pelukan Robert.

Selesai pemasangan cincin pernikahan, tiba saatnya mereka berdua untuk berciuman.

Dave ragu untuk sesaat. Ia melihat para tamu undangan yang terus menatap ke arah mereka berdua. Dave menghela napas pelan, kemudian perlahan mencondongkan tubuhnya ke arah Rachel.

Rachel reflek menutup kedua matanya saat melihat wajah Dave yang semakin mendekat ke arahnya.

Dave seketika tersenyum miring sembari menatap  Rachel yang tengah memejamkan matanya.

"Kau pikir aku bakal menciummu sekarang. Jangan bermimpi terlalu jauh," bisik Dave tepat di depan wajah Rachel.

Semua orang bersorak riang, mengira pasangan pengantin di depannya telah berciuman karena posisi kepala Dave yang membelakangi mereka.

Seketika Rachel membuka matanya dan langsung menatap kesal wajah Dave. Dave tidak memperdulikan tatapan wajah Rachel dan malah mengalihkan pandangan, tersenyum pada para tamu undangan.

Diantara tamu undangan yang datang, ada seorang laki-laki yang menatap Dave dengan tatapan cemburu.

Saat malam selepas penikahan di gelar, Dave yang lelah akibat berdiri seharian menyapa para tamu kerabat berjalan ke kamarnya.

Saat Dave membuka pintu kamar, terlihat sosok wanita berdiri memunggunginya. Wanita itu tidak lain ialah Rachel yang sekarang telah menjadi istri Dave. 

Dave mengangkat sebelah alisnya saat melihat Rachel masih mengunakan gaun pengantin. Ia mengamati tangan Rachel yang terlihat kesusahan membuka resleting gaun itu.

Dave menghela napas pelan, kemudian berjalan mendekati Rachel.

Rachel tersentak saat merasakan ada orang di belakangnya. Ia lantas menoleh dan melihat Dave tertunduk.

Tanpa diminta, tangan Dave terulur menarik resleting itu turun sampai ke batas pinggang. 

"Buka baju gini saja tidak bisa. Menyusahkan sekali," ucap Dave tiba-tiba.

Rachel yang tadinya mau berterima kasih itu, mendadak kesal mendengar ucapan Dave.

"Aku 'kan tidak meminta bantuanmu," ketus Rachel seketika.

Dave terkejut mendengar nada ketus yang keluar dari mulut Rachel. Sorot matanya seketika berubah, menatap tajam ke arah Rachel.

"Saya mau mandi disini. Pergi sana! Kalau kau ingin mandi juga, carilah tempat lain. Jangan berdiri di kamarku," usir Dave seraya mendorong pelan lengan Rachel.

Rachel awalnya enggan pergi, namun Dave terus mendesaknya pergi dengan gaun yang setengah terbuka.

"Kau apa-apan sih? Aku hanya ingin ganti baju sebentar. Nanti juga aku akan keluar tidak perlu diusir begitu. Apa kau mau aku keluar dengan pakaian setengah terbuka begini?" protes Rachel seketika.

Suara protes Rachel yang terdengar menyentak itu, menghentikan dorongan di tubuhnya. Dave berhenti menyuruh Rachel keluar kamar.

"Mamah yang minta aku kesini. Kenapa kau marah-marah padaku sih?" gerutu Rachel sambil mengambil pakaian gantinya.

"Ya, sudah. Awas ya! Kalau aku keluar dan masih melihatmu disini," ancam Dave sambil telunjuknya menunjuk ke arah Rachel.

Dave segera melengangkan kaki, berjalan masuk ke dalam kamar mandi dan meninggalkan Rachel yang menahan kesal.

Saat Dave mandi, Rachel diam-diam kembali masuk ke kamar. Ia lalu duduk di atas ranjang sambil membuka-buka sebuah buku yang tergeletak di meja kecil.

Ceklek...

Terdengar suara pintu yang dibuka bersamaan dengan Dave yang muncul dari balik kamar mandi.

Dave melongo sesaat, melihat Rachel yang terduduk di atas ranjangnya.

Wanita yang baru beberapa jam dinikahinya itu saat ini memakai tanktop warna hitam. 

"Siapa yang menyuruhmu tiduran di ranjangku," tegur Dave sambil kedua tangannya berada di pinggang.

Rachel pura-pura tidak mendengar perkataan Dave dan memilih sibuk membaca buku.

"Hey, dengar tidak? Kau tidak boleh tidur disitu," ujar Dave dengan nada agak meninggi.

Rachel menoleh sambil menutup buku yang dipegangnya. Ia mengadahkan kedua tangannya.

"Lantas aku harus tidur dimana?" tanya Rachel sambil menatap ke Dave.

"Terserah kau. Asalkan tidak diranjangku.  Cepat bangun," usir Dave seraya menarik tangan Rachel.

Rachel pun bangkit berdiri. Wajahnya menatap ke arah Dave yang mulai berbaring di ranjang. 

"Kau pikir saya sudi tidur seranjang denganmu," gumam Dave sambil memejamkan matanya.

"Aku pun sama, tapi asal kau tau saja mamahmu yang menyuruhku kemari saat aku bilang mau tidur," kilah Rachel tidak terima.

"Kau ini berisik sekali," kesal Dave kembali membuka kedua matanya.

Dave mengambil sebuah bantal yang ada di sebelahnya.

"Nih tangkap!"

Dave melemparkan bantal itu ke arah Rachel. Rachel refleks menangkap bantal itu. Ia menatap Dave bingung.

"Kau boleh tidur dimanapun, tapi jangan di kamarku. Saya tidak suka tidur di ranjang yang sama dengan orang asing," ketus Dave mengusir Rachel secara halus.

Hati kecil Rachel sebenarnya ingin melawan tapi, tiba-tiba ia teringat pesan ibunya yang memintanya agar mengikuti kata suaminya.

Selain itu tidak mungkin Rachel melawan Dave, karena kamar itu memang kamarnya. Jadilah Rachel hanya bisa pasrah akan nasib pernikahannya. 

Rachel menghela napas, kemudian melangkahkan kaki menuju pintu dengan wajah kesal.

"Awas kalau mamah sampai tau hal ini," ujarnya saat Rachel berdiri di depan pintu.

Rachel mengangguk pelan. Namun saat Rachel berjalan ke lantai bawah, Kate tidak sengaja melihatnya turun tangga dengan sebuah bantal ditangannya. Kate lantas berjalan mendekati anak menantunya itu.

"Kamu mau kemana bawa bantal begitu?" tanya Kate seketika.

"Hah?!"

Rachel yang tidak melihat kedatangan Kate itu, seketika tersentak kaget. Rachel tidak menduga ibu mertuanya masih bangun di jam seperti ini.

Pesan Dave di depan pintu tadi seketika terlintas dipikiran Rachel.

"Eh itu... Saya..."

Rachel yang tidak biasa berbohong itu jadi gelagapan menjawab pertanyaan Kate. Lidahnya terasa kelu seakan susah digerakan untuk berbicara. 

Seketika kate mengernyitkan dahi, memandang curiga ke arah menantunya.

"Ada apa? Apa Dave mengusirmu keluar dan memberikan bantal itu?" tanyanya mencoba menebak-nebak.

Rachel terdiam, kepalanya tidak mengangguk ataupun mengeleng. Sikap Rachel ini malah memperkuat dugaan Kate. 

BERSAMBUNG...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Dadakan   115. Extra Part – Menepati Janji

    Rachel menatap lama ke sebuah tanggal pada kalender yang tengah di pegangnya. Ia baru sadar kalau bulan ini dirinya belum juga kedatangan tamu bulan. Pembalutnya yang tersimpan di box penyimpanan masih utuh. Meski sudah pernah mengandung Darrel, tetap saja kali ini dia kecolongan. "Bodoh. Kenapa kamu baru menyadarinya sekarang setelah dua bulan berlalu?" umpatnya pada diri sendiri. Rachel yakin dirinya hamil, tapi ingin memastikannya dulu sebelum memberitahukan kabar bahagia ini pada sang suami. Pagi-pagi sekali Rachel pergi ke apotek dekat rumah untuk membeli alat tes kehamilan. Begitu sampai di rumah, Dave memarahi Rachel karena pergi tanpa izin. "Darimana saja kamu? Kenapa pergi tanpa membangunkanku dulu?" cecar Dave begitu Rachel kembali. "Aku hanya pergi ke apotek dekat sini," jawab Rachel santai. "Kamu sakit?" Dave mendekat. Di sentuhnya kening dan leher istrinya bergantian dengan punggung tangannya.&nbs

  • Istri Dadakan   114. Extra Part – Arti Hidupmu

    Dewi yang tengah mengatur laju napasnya yang masih memburu, seketika terlonjak kaget. Ia mendongak, menatap Alex yang kini sudah terbaring di sampingnya dengan mata terpejam.Dewi mengumpat melalui tatapan matanya. Ia tidak menyangka Alex malah menyebut wanita lain saat bercinta dengannya."Jadi yang kau bayangkan saat bercinta denganku tadi itu Rachel," desis Dewi nampak tersinggung.Percuma saja Dewi berbicara, Alex sepertinya tidak mendengarkannya. Napasnya yang teratur diiringin suara dengkuran halus yang keluar dari mulut Alex, menandakan lelaki itu sudah tertidur nyenyak.Kekagumannya pada sang bos membuatnya lupa diri, berharap suatu saat Alex dapat melihat cintanya yang teramat besar. Logikanya seakan hilang, tergantikan akan keinginannya untuk memiliki Alex seutuhnya.Kini Dewi hanya bisa menyesal dan terus menyalahkan diri sendiri. Tindakan bodohnya waktu itu ternyata membuahkan hasil hingga dirinya sekarang berakhir terkurung dalam

  • Istri Dadakan   113. Sebuah Kisah Masa Lalu

    Trauma itu akan tetap ada. Bahkan setelah berbulan-bulan lamanya Alex tak lagi mengusik rumah tangga Rachel. Wanita itu terkadang masih di dera ketakutan yang sama. Takut jika suatu hari nanti Alex datang menemui Rachel di saat lelaki itu sedang tidak waras seperti waktu itu. Bayang-bayang masa lalu dimana wanita itu mendapat perlakuan tidak menyenangkan kembali melintas seketika. Saat itu Rachel sedang bersembunyi dari kejaran Alex. Lelaki itu terlihat seperti orang gila setelah Rachel dengan tegas berterus terang ingin memutus hubungan dengannya. Wanita itu awalnya mengira dapat terbebas setelah bersembunyi. Namun Alex rupanya menemukan tempat persembunyian Rachel. "Lex, aku mau pulang. Kita bicara besok lagi ya. Sampai ketemu besok," ujar Rachel berbicara setenang mungkin. Melihat mata Alex yang mengelap seperti bukan dirinya, Rachel segera bergegas pergi. Namun wanita itu terlambat. Alex tiba-tiba meraih pergelangan tangan Rachel, menariknya

  • Istri Dadakan   112. Menyelesaikan Kesalahpahaman

    Dave menatap wajah Rachel lekat. "Kamu pernah bilang nggak sabar mau lihat anak kamu. Tapi kenapa begitu Darrel lahir, kamu jadi cuek begini?" Wajah Dave yang semula tanpa ekspresi kini malah tersenyum miring. "Anak saya? Apa kamu yakin kalau Darrel itu anak saya?" Rachel tersentak dengan pertanyaan Dave. Ia tidak menyangka Dave akan meragukan keberadaan Darrel. "Apa maksudmu, Dave?" Dave memandang wajah Rachel dengan tatapan yang sulit di artikan. "Waktu saya ke kantor kamu buat kasih surat pengunduran diri itu, Alex sempat berkata sesuatu ke saya. Soal anak itu—" Rachel seketika merasa was-was sekaligus penasaran dengan apa yang di katakan Alex ke Dave. "Lelaki itu bilang kalian berdua pernah berhubungan badan di belakang saya. Benar begitu?" tanya Dave nampak tenang. "Dave... Aku bisa jelaskan semuanya ke kamu." Sudut bibir Dave seketika tertarik ke atas. "Jadi tangis kesedihan s

  • Istri Dadakan   111. Drama di Pagi Hari

    Damian dan Kate terlihat terkejut setelah mendengar penuturan Cindy. Mereka tidak habis pikir dengan kelakuan anak lelakinya yang hingga kini belum terlihat juga batang hidungnya."Anak itu ya benar-benar kelakuannya. Awas saja nanti kalau sudah datang. Papah pukul kepalanya. Biar tahu rasa," sungut Damian seraya mengeleng kesal."Padahal sudah sering mamah kasih tahu. Kejadian juga. Istrinya mau lahiran, malah pergi kemana lagi tuh anak."Kate juga ikut meruntuki dengan berbagai caci maki yang ditujukan untuk Dave."Sudahlah, Pah, Mah. Mengomelnya nanti saja pas kak Dave sudah ada. Lebih baik sekarang kita berdoa semoga persalinan kak Rachel diberi kelancaran," saran Cindy menengahi.Damian dan Kate saling berpandangan untuk beberapa saat. Kemudian mengangguk. Kini mereka sudah lebih tenang. Walaupun sesekali Damian terlihat mondar-mandir di depan ruang bersalin. Sedangkan. Cindy dan Kate yang duduk bersebelahan terlihat saling menguatkan se

  • Istri Dadakan   110. Kontraksi

    Entah sengaja atau tidak, Dave dengan polosnya malah bertanya pertanyaan yang membuat mamahnya semakin jengkel mendengarnya."Benar-benar ini anak ya," geram Kate sembari meremas ponsel Rachel.Tidak ingin keributan semakin meluas, Rachel pun berusaha menenangkan mertuanya."Sudahlah, Mah. Tidak apa-apa. Mamah tidak perlu cemas. Kata dokter masih seminggu lagi. Lagipula masih ada Dave yang bakal selalu jagain Rachel. Ya kan, Dave?""Hmm..."Dave berdeham sekenanya. Lelaki itu mengiyakan saja perkataan Rachel agar dapat terbebas dari amukan mamahnya.☆☆☆Rachel melirik ke arah jam di dinding yang saat ini menunjukkan pukul empat sore. Melihat hari sudah mulai senja, ia lantas bergegas menuju dapur untuk menyiapkan makan malam.Walau gerakannya sudah tidak bisa segesit dulu lagi, namun ia tidak terlihat mengeluh. Wanita itu malah akan bosan kalau hanya duduk-duduk bersantai, menunggu suami pulang kerja. Untuk itu Rach

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status