Share

4. Semua serba mendadak

Sesampainya di rumah Dave, Rachel terlihat bingung.

"Kita ada dimana sekarang?" tanya Rachel seraya menegok ke kiri dan kanan.

"Rumahku," kata Dave santai.

Rachel terkejut mendengarnya. Ia lantas menatap tajam ke arah Dave.

"Kenapa kau bawa aku ke rumahmu?" 

"Eh... Anu.."

Dave gelagapan, bingung harus menjawab apa.

Saat Dave ingin membuka mulutnya, tanpa di duga Rachel menarik ujung kerah baju Dave dan menciumnya dengan ganas. Dave membalas ciuman Rachel. Ia menarik pinggang Rachel, mengikis jarak di antara keduanya. 

Kedua tangan Rachel meremas rambut Dave saat ciuman Dave beralih turun ke lehernya. Entah apa yang ada di pikiran Rachel saat itu. Ia menikmati setiap sentuhan yang diberikan Dave, terus menginginkan lebih walaupun batinnya berkata lain.

Tubuh Rachel seakan sedang tidak sejalan dengan pikirannya saat ini. Rachel malah pasrah serta mengalungkan lengannya saat Dave mengendongnya masuk ke dalam kamar.

Entah karena suhu di kamar Dave atau apapun itu, yang jelas Rachel merasa hawa panas yang mencekiknya. Rachel yang sudah tidak dapat menahan lagi itu, lantas melucuti seluruh pakaian di tubuhnya. Dave sempat tercengang untuk sesaat, memandangi pemandangan indah di depannya.

Efek mabuk membuat gerakan Dave menjadi lebih agresif. Tidak membuang banyak waktu lagi, Dave menarik tangan Rachel. Ia merebahkan tubuh Rachel di ranjang miliknya bersamaan dengan tubuhnya sendiri.

"Ingat ya, kau yang memancingku. Maka..."

Belum selesai Dave berbicara, Rachel menarik wajah Dave dan melahapnya dengan ganas. Dave mengimbangi permainan panas Rachel. Seringai kecil terukir di wajahnya. Napas keduanya semakin memburu. 

Merasa kehabisan oksigen, Rachel melepaskan pangutan mereka lebih dulu. Dave memandangi wajah Rachel dalam, mencoba menelusuri wajah cantiknya.

"Jika sudah memulai, aku tidak akan berhenti."

"Tidak ada yang menyuruhmu untuk berhenti. Cepatlah! Aku sudah tidak tahan," rancau Rachel yang mulai tersiksa.

Dave kembali melanjutkan aktivitasnya. Bergelung di balik selimut tebal, dimana Rachel berada dalam rengkuhannya.

Napas yang memburu menambah panas permainan mereka berdua. Suara derit ranjang yang berbunyi tidak mereka hiraukan. 

Desahan mengiringi setiap gerakan Dave yang berada diatas tubuh Rachel. Mereka bergerak bersamaan, menyatukan irama keduanya hingga saling bersinergi menuju kenikmatan yang tiada tara.

☆☆☆☆☆

Damian menginginkan agar pernikahan Dave dan Rachel segera dilangsungkan. Kalau bisa seminggu setelah perses lamaran.

Robert heran, mengapa mereka harus menikah secepat itu. Ia awalnya menolak pernikahan mendadak itu dan meminta jangka waktu yang lebih lama. Namun setelah Damian menjelaskan kejadiannya yang sebenarnya, Robert akhirnya menyetujuhi rencana Damian.

Kedua orang tua Rachel hanya bisa mengadakan pesta kecil untuk pernikahan mereka karena acara yang terbilang mendadak. Damian tidak keberatan dan ikut membantu biaya pesta dan perlengkapan pernikahan lainnya.

Tanpa di ketahui oleh kedua orang tua Rachel maupun orang tuannya sendiri, Dave membuat perjanjian sendiri dengan Rachel.

Selepas acara lamaran, Dave mengajak Rachel berbicara empat mata dengannya.

Alhasil, Rachel meminta izin kepada semuanya untuk berbicang berdua dengan Dave di depan teras rumahnya.

"Aku akan menikah denganmu selama sebulan. Kalau kau nantinya tidak hamil, kita akan langsung bercerai. Tapi kalau kau hamil kita buat perjanjian ulang," kata Dave dengan wajah datar.

"Bukan 'kah sudah ku katakan sebelumnya? Aku tidak butuh rasa kasihan dari kalian," sela Rachel memotong ucapan Dave.

"Aku hanya mencoba menyelamatkanmu dari gunjingan orang. Kenapa kau keras kepala sekali?" ujar Dave sambil mengaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal.

"Asal kau tau saja ya. Saya ini punya kekasih dan kami sudah merancang pernikahan, tapi sekarang malah kau yang datang ke rumah saya."

Dave terdiam sesaat, tidak menyangka Rachel memiliki kekasih. Jika dilihat dari fisik Rachel yang mengoda itu, wajar bila ada laki-laki yang mendekatinya.

"Lalu, kenapa kau diam saja saat di dalam tadi? Kau 'kan bisa bilang akan menikah dengan kekasihmu itu dan menolak lamaran saya,"  sunggut Dave dengan nada kesal.

Rachel terdiam, bingung menjelaskan keadaan hubungan asmaranya dengan sang kekasih ke Dave.

"Jangan bilang kalau kau tidak dapat menolak pesonaku," ucap Dave sambil tersenyum mengoda.

Pletak...

Rachel memukul kepala Dave.

"Argh... Sakit bego," runtuk Dave seketika.

"Pantas saja ya papahmu itu ingin menghajarmu. Otakmu itu memang tidak waras rupanya," ujar Rachel seraya berjalan pergi meninggalkan Dave seorang diri.

"Berani sekali kau mengataiku begitu," pekik Dave seketika.

Rachel tidak menghiraukaan Dave dan terus berjalam masuk ke dalam rumahnya.

"Yak... Hey.. Hel—"

Dave berteriak memanggil nama Rachel.

"Awas saja kau ya. Kau akan menerima balasannya nanti," ancam Dave terlihat kesal.

"Kau pikir aku akan takut. Kita lihat saja nanti siapa yang akan membalas siapa," serang balik Rachel seakan tidak mau kalah.

☆☆☆☆☆

Pernikahan yang terbilang mendadak itu rencananya dilakukan secara tertutup dan hanya dihadiri oleh keluarga dan kerabat terdekat saja. 

Seminggu kemudian...

Dave memandangi pantulan dirinya dari balik cermin. Black suit hitam dipadu padankan dengan kemeja putih yang pas melekat di tubuh atletis Dave. Rambutnya ia sisir rapi ke belakang, memperlihatkan dahi lebar yang menambah kesan maskulin di wajah Dave.

Hanya saja wajah tampannya itu nampak muram. Dave masih kesal dengan perkataan Rachel tempo hari. Ia seperti merasa di jebak keadaan untuk menikah dengan wanita yang tidak di kenalnya.

Tok... Tok... Tok...

Terdengar suara ketukan pintu, membuat Dave menoleh. Seorang wanita yang terlihat lebih mudah dari Dave muncul dari balik pintu.

"Tamunya udah pada datang, Ka. Acaranya juga sudah mau di mulai. Kakak mau nunggu apa lagi?" tanyanya sambil memandangi wajah kakaknya itu.

"Cindy, Kakakmu ini  belum mau menikah. Kamu gak bisa bawa kakak kabur kemana gitu?"

Wanita yang di panggil Cindy itu mengeleng. 

"Sudah terlambat kalau kakak mau kabur sekarang. Memangnya ada apa sih, Ka?" tanya Cindy penasaran.

"Tolong kak Dave, Cin. Sekali ini saja. Kakak gak bisa nikah sama orang yang gak kakak kenal. Tolong bawa kakakmu ini pergi dari sini," bujuk Dave dengan wajah memelas.

"Gak kenal tapi malah tidur sama dia," sindir Cindy seketika.

"Itu 'kan efek mabuk. Kamu juga kalau mabuk pasti gitu juga," kelit Dave tidak terima.

"Enggak dong. Aku 'kan gak pernah mabuk—"

Cindy terkekeh pelan, lalu berjalan mendekati Dave.

"Sejauh ini yang Cindy liat ka Rachel baik orangnya."

Dave cemberut saat mendengar adiknya memuji Rachel.

"Keluar yuk, Kak. Nanti malah aku lagi yang kenal omel papah," ajak Cindy sembari mengiring Dave keluar kamar.

☆☆☆☆☆

Dave berdiri didepan altar, menunggu kedatangan mempelai wanitanya. Semua tamu undangan mulai berbisik-bisik di belakang Dave. Entah apa yang mereka semua bicarakan, Dave nampak tidak perduli. Tatapan mata Dave nampak kosong.

Kreeek.... 

Terdengar suara pintu yang dibuka perlahan.

BERSAMBUNG...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status