Share

6. Akibat Pengusiran Rachel

Kate lantas menghela napas berat. Kate memandangi wajah Rachel yang kini menundukkan kepalanya sembari mengerakkan kukunya, tidak berani menatap ke arah Kate.

"Anak itu ya, benar-benar. Malam pertama malah menyuruh istrinya tidur di luar kamar," dengus Kate seraya mengeleng sebal.

Kedua tangan Kate terkepal. Ia hendak berjalan pergi, tapi langkahnya seketika terhenti.

"Mamah, mau kemana?" tanya Rachel saat melihat Kate hendak menaiki tangga.

"Mau ke atas, ngasih pelajaran ke suami kamu itu." 

Rachel terus memegangi lengan Kate, mencegahnya pergi ke kamar Dave.

"Tidak usah, Mah. Lagipula sekarang sudah larut malam. Nanti malah menganggu yang lain. Dave juga sepertinya sudah tidur," ucap Rachel sambil menahan Kate.

Kate menghela napas berat, lalu beralih melihat ke arah Rachel. Sedangkan, Rachel hanya bisa diam saja sembari matanya menatap penuh harap ke arah Kate.

"Ya, sudah. Sekarang kamu ikut mamah. Ayo!"  ucap Kate sembari menuntun Rachel ke suatu tempat.

Rupanya Kate mengajak Rachel ke kamar lain yang ada di rumah itu.

"Kamu tidur di kamar ini dulu ya untuk malam ini. Biasanya hanya tamu dari kerabat jauh yang tidur disini, mamah tidak menyangka menantu mamah harus tidur disini sekarang," lirih Kate terdengar sedih.

"Tidak apa-apa. Kamarnya bagus juga ko, Mah."

Kate kembali mendesah berat.

"Mamah masih tidak habis pikir dengan kelakuannya. Dia itu bukan tipe laki-laki yang kasar pada wanita. Dengan mamah dan Cindy saja, Dave tidak pernah seperti itu. Kenapa Dave jadi seperti itu padamu?" 

"Entahlah, Mah. Mungkin karena awalnya dia tidak suka denganku. Aku juga tidak mengerti," ucap Rachel sambil mengangkat kedua bahunya.

"Maafkan kelakuan anak mamah yang satu itu ya. Bersabarlah menghadapinya, kelak dia pasti akan sadar akan perbuatan buruknya."

"Iya, Mah. Lagipula, aku belum terlalu mengenalnya juga. Kami berdua masih perlu mengenal satu sama lain lebih dalam. Jadi aku tidak ambil pusing dengan sikapnya ini," ucap Rachel sembari tersenyum.

Kate ikut tersenyum, kemudian menyuruh Rachel beristrirahat.

Keesokan harinya, Dave terkejut saat Kate membangunkannya dengan menyiram air ke wajahnya. Dave mengerang kesal.

"Apa-apaan sih, Mah? Baju Dave basah 'kan jadinya nih," keluh Dave seketika.

"Kamu yang apa-apaan? Kenapa kamu suruh Rachel tidur diluar? Suami macam apa kamu tega berbuat begitu pada istrinya?"

"Mah, ini masalah rumah tangga Dave. Kenapa mamah mau ikut campur juga sih?" dumel Dave menahan kesal.

"Mamah bukannya mau ikut campur, tapi kamu kelewatan. Istri kamu salah apa sampai harus tidur di luar begitu?"

Dave bungkam seketika, tidak tau harus berkata apa. Jika ia asal menjawab, bukan tidak mungkin dirinya akan tambah disalahkan oleh mamahnya yang sudah terlihat sangat kesal itu.

"Tidak bisa jawab kan kamu. Berarti bukan masalah serius kan?—"

Kate menatap tajam ke arah Dave.

"Asal kamu tau ya. Walaupun kami bertengkar hebat sekalipun, papahmu itu tidak pernah menyuruh mamah tidur diluar. Eh, anak mamah sendiri yang malah bertindak begitu. Mau kamu mamah laporkan ke papah sekarang juga? Biar nanti kamu dihajar lagi, begitu maumu?" ancam Kate dengan berapi-api.

"Eh. Jangan, Mah."

"Ya, kalau gitu kamu jangan bikin ulah begitu. Jadi suami yang baik saja masa gak bisa," kesal Kate.

"Iya, Mah. Iya. Dave minta maaf dan mengaku salah."

"Minta maaf sama istrimu sana, bukan sama mamah."

Dave mengangguk patuh, kemudian berjalan ke luar kamar. Sedangkan, Kate hanya bisa mengeleng sembari memandangi punggung Dave yang perlahan menghilang dari pandangan matanya.

Dave kemudian mencari Rachel disekitar rumah, tapi tidak juga bertemu dengan sosoknya. Hanya satu tempat yang belum dikunjunginya, yaitu kamar kosong. Ia sempat memandang sebentar di depan pintu kamar. 

Suara batinnya lantas bertanya, "mungkinkah wanita itu ada di dalam sana?" 

Saat pintu kamar dibuka, Dave mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi yang ada dikamar itu. Ia lantas masuk dan duduk di atas ranjang. Memandangi sekeliling kamar itu, sembari menunggu Rachel yang sedang mandi.

"Lama sekali mandinya," keluh Dave mulai bosan. 

Clek...

Tidak berselang lama, terdengar suara kenop pintu yang terbuka. Dave menoleh ke arah suara itu.

Rachel keluar kamar mandi dengan sehelai handuk yang membelit tubuhnya. Rambut panjangnya tergerai basah. Terlihat beberapa tetesan air dari rambutnya yang jatuh. Dave terdiam sejenak, susah payah menegak saliva yang tertahan di tenggorokannya.

Rachel terbelalak melihat sosok Dave yang saat ini tengah berbaring terlentang di ranjang sambil menatap wajahnya.

"Aku mau ganti baju sekarang. Kau sengaja kemari hanya untuk melihatku berganti pakaian," sindir Rachel seketika.

Mendengar nada suara Rachel, Dave seketika tersadar. Kemudian mengeleng kuat dan beralih memandang ke arah lain. Posisi Dave sekarang tengah menghadap Rachel.

"Kita harus bicara," ucapnya datar.

"Ya, sudah. Bicara saja." 

"Pakai dulu bajumu. Baru setelah itu kita berbicara," titah Dave memberi perintah.

"Kalau gitu balikkan badanmu sekarang. Cepat! Aku tidak mau kau mengintipku."

"Cih... Sok jual mahal. Sudah kulihat semuanya juga," cibir Dave seketika.

Walaupun mengerutu, Dave tetap berbalik badan. Namun ia sempat mengendus sebal saat Rachel menyuruhnya.

"Jangan mengintip," ujar Rachel memberi peringatan.

"Iya, cepat ganti bajumu. Sudah belum?" tanya Dave mulai tidak sabar.

"Sebentar. Jangan balik badan dulu,"

Rachel berganti pakaian dengan cepat sembari melirik ke arah punggung Dave.

Memastikan laki-laki berambut pirang itu tidak menoleh ke belakang.

"Sudah. Kau mau bicara tentang apa?" ujar Rachel sembari berjalan mendekati ranjang.

"Mamah tadi protes kau tidur disini. Dia mau kau tidur diatas."

Rachel mengangguk paham. Ia yakin mertuanya itu pasti sudah memarahi laki-laki dihadapannya ini, jika melihat dari sikapnya saat ini.

Dave mengernyitkan dahi saat Rachel hanya memberi anggukan kepadanya.

"Semalam kau mengadu sama mamah ya," tuduhnya seketika.

"Tidak. Mamah tau sendiri," elak Rachel berbicara apa adanya.

"BOHONG..."

Dave seketika berteriak sembari menatap tajam ke arah Rachel. Dave bangkit dari tempat tidur, kemudian berjalan ke tempat Rachel berdiri.

"Bagaimana mamah bisa tau hal ini, kalau bukan kau yang mengadu padanya?"

Dave menuduhnya tanpa bertanya lebih dulu.

"Sudah kubilang 'kan mamah tau sendiri. Dia melihatku bawa bantal keluar kamar," terang Rachel menjelaskan.

"Kau pikir saya akan percaya semudah itu. Tidak mungkin ada orang rumah yang berkeliaran di jam segitu. Terlebih seharian kami habis pesta. Kalau mau berbohong cari alasan yang masuk akal."

Rachel hanya terdiam memandanginya. Toh, dia tidak seperti yang Dave tuduhkan. Mertuanya sendirilah yang langsung tau saat melihatnya semalam, tanpa perlu Rachel katakan.

"Kenapa sekarang malah diam?" tanya Dave wajah menatang.

BERSAMBUNG...

Jesslyn Kei

Novel ini karya pertama author di platfrom ini. Semoga suka dengan ceritanya. Selamat membaca,

| 1

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status