Trauma itu akan tetap ada. Bahkan setelah berbulan-bulan lamanya Alex tak lagi mengusik rumah tangga Rachel. Wanita itu terkadang masih di dera ketakutan yang sama.
Takut jika suatu hari nanti Alex datang menemui Rachel di saat lelaki itu sedang tidak waras seperti waktu itu. Bayang-bayang masa lalu dimana wanita itu mendapat perlakuan tidak menyenangkan kembali melintas seketika.
Saat itu Rachel sedang bersembunyi dari kejaran Alex. Lelaki itu terlihat seperti orang gila setelah Rachel dengan tegas berterus terang ingin memutus hubungan dengannya. Wanita itu awalnya mengira dapat terbebas setelah bersembunyi. Namun Alex rupanya menemukan tempat persembunyian Rachel.
"Lex, aku mau pulang. Kita bicara besok lagi ya. Sampai ketemu besok," ujar Rachel berbicara setenang mungkin.
Melihat mata Alex yang mengelap seperti bukan dirinya, Rachel segera bergegas pergi. Namun wanita itu terlambat. Alex tiba-tiba meraih pergelangan tangan Rachel, menariknya
Hai, semuanya. Terima kasih sudah mengikuti cerita ini dari awal. Tak terasa Istri Dadakan sudah sampai di penghujung cerita. Tapi tenang, cerita ini belum berakhir. Masih ada 2 bab extra yang rencananya akan di publish besok. Stay tune ya. @jesslyn.kei
Dewi yang tengah mengatur laju napasnya yang masih memburu, seketika terlonjak kaget. Ia mendongak, menatap Alex yang kini sudah terbaring di sampingnya dengan mata terpejam.Dewi mengumpat melalui tatapan matanya. Ia tidak menyangka Alex malah menyebut wanita lain saat bercinta dengannya."Jadi yang kau bayangkan saat bercinta denganku tadi itu Rachel," desis Dewi nampak tersinggung.Percuma saja Dewi berbicara, Alex sepertinya tidak mendengarkannya. Napasnya yang teratur diiringin suara dengkuran halus yang keluar dari mulut Alex, menandakan lelaki itu sudah tertidur nyenyak.Kekagumannya pada sang bos membuatnya lupa diri, berharap suatu saat Alex dapat melihat cintanya yang teramat besar. Logikanya seakan hilang, tergantikan akan keinginannya untuk memiliki Alex seutuhnya.Kini Dewi hanya bisa menyesal dan terus menyalahkan diri sendiri. Tindakan bodohnya waktu itu ternyata membuahkan hasil hingga dirinya sekarang berakhir terkurung dalam
Rachel menatap lama ke sebuah tanggal pada kalender yang tengah di pegangnya. Ia baru sadar kalau bulan ini dirinya belum juga kedatangan tamu bulan. Pembalutnya yang tersimpan di box penyimpanan masih utuh. Meski sudah pernah mengandung Darrel, tetap saja kali ini dia kecolongan. "Bodoh. Kenapa kamu baru menyadarinya sekarang setelah dua bulan berlalu?" umpatnya pada diri sendiri. Rachel yakin dirinya hamil, tapi ingin memastikannya dulu sebelum memberitahukan kabar bahagia ini pada sang suami. Pagi-pagi sekali Rachel pergi ke apotek dekat rumah untuk membeli alat tes kehamilan. Begitu sampai di rumah, Dave memarahi Rachel karena pergi tanpa izin. "Darimana saja kamu? Kenapa pergi tanpa membangunkanku dulu?" cecar Dave begitu Rachel kembali. "Aku hanya pergi ke apotek dekat sini," jawab Rachel santai. "Kamu sakit?" Dave mendekat. Di sentuhnya kening dan leher istrinya bergantian dengan punggung tangannya.&nbs
"Aaaaa..." Seketika Rachel berteriak keras saat melihat seorang pria tertidur di sampingnya tanpa sehelai pakaian ditubuhnya. Ia mendadak panik ketika bangun tidur, menyadari ada tangan kekar melingkar erat di sekitar perutnya. Ditambah keadaan dirinya terbaring tanpa mengenakan pakaian di ranjang asing yang tidak dikenalnya itu, makin menambah kebingungan dalam benaknya. Suara teriakan Rachel yang keras terdengar sampai ke luar kamar. Dimana Damian dan istrinya, Kate nampak terlihat lelah. Mereka berdua baru pulang dari perjalanan dinas pagi hari ini. Damian yang mendengar suara lengkingan aneh itu lantas mencolek lengan Kate. "Mah..." panggil Damian seraya menegok ke kiri dan ke kanan. "Apa sih, Pah?" "Mamah dengar suara tadi gak?" tanya Damian ke Kate. "Suara apa, Pah?" "Seperti suara teriakan wanita. Suaranya terdengar di dalam rumah kita. Mama gak dengar? Suaranya kencang p
Dave terkejut, tidak menyangka papahnya akan semudah itu memutuskan. "Aku menolak pernikahan ini, Pah." Dave berbicara dengan tegas. Ia tidak ingin mengorbankan hidupnya dengan menikahi wanita yang tidak jelas asal usulnya. Terlebih ia baru bertemu dengan Rachel semalam. Dave yang memiliki prinsip hidup akan menikah dengan wanita yang dicintainya itu, sudah pasti akan menentang rencana gila papahnya. "Apa kau bilang? Mau bikin malu papah rupanya kau." "Bukan begitu, Pah. Dave hanya tidak mau menikah dengan sembarang wanita. Lagipula dia juga belum tentu bakal hamil. Lebih baik kita pastikan dulu sebelun mengadakan pernikahan," ucap Dave seraya melirik ke arah Rachel. "Pukulan papah tadi rupanya belum cukup menyadarkan otak dangkalmu itu. Enteng sekali kau bicara," geram Damian seketika. "Jangan begitu,
Dave yang stres karena tekanan pekerjaan ditambah sikap keras Damian yang kerap mendoktrinnya itu, kerap mencari hiburan dengan datang ke klub malam. Ditemani botol-botol minuman keras, Dave menghabiskan waktu malamnya. Tak jarang beberapa wanita cantik datang mendekatinya, berperan sebagai pelipur hati laki-laki kesepian semacam Dave. Jika Dave suka, mereka akan duduk mengampit tubuh Dave. Kemudian menemani Dave sepanjang malam. Seperti malam hari ini, Dave kembali mengunjungi klub untuk bersenang-senang. Namun malam ini, Dave sedang dalam mood yang tidak baik. Tidak seperti biasanya, malam ini Dave mengabaikan wanita-wanita yang datang mendekat. Jengah karena tidak dihiraukan, satu persatu dari mereka lantas memilih pergi. Alhasil, Dave hanya duduk sendirian di sofa sembari memandangi punggung wanita yang tadi diacuhkannya.
Sesampainya di rumah Dave, Rachel terlihat bingung. "Kita ada dimana sekarang?" tanya Rachel seraya menegok ke kiri dan kanan. "Rumahku," kata Dave santai. Rachel terkejut mendengarnya. Ia lantas menatap tajam ke arah Dave. "Kenapa kau bawa aku ke rumahmu?" "Eh... Anu.." Dave gelagapan, bingung harus menjawab apa. Saat Dave ingin membuka mulutnya, tanpa di duga Rachel menarik ujung kerah baju Dave dan menciumnya dengan ganas. Dave membalas ciuman Rachel. Ia menarik pinggang Rachel, mengikis jarak di antara keduanya. Kedua tangan Rachel meremas rambut Dave saat ciuman Dave beralih turun ke lehernya. Entah apa yang ada di pikiran Rachel saat itu. Ia menikmati setiap sentuhan yang diberikan Dave, terus menginginkan lebih walaupun batinnya berkata lain. Tubuh Rachel seakan sedang tidak sejalan dengan pikirannya saat ini. Rachel malah pasrah serta
Dave menoleh ke belakang, menatap ke arah daun pintu kembar di ruangan itu yang perlahan mulai terbuka. Rachel perlahan muncul dari balik pintu itu. Ia melangkah kaki dengan kedua tangannya mengapit lengan kekar Robert. Kedua orang itu jalan beriringan memasuki ruangan. Dave seketika terpana melihat Rachel dalam balutan dress putih panjang. Rachel terlihat nampak berbeda daripada waktu pertama kali bertemu dengan Dave. Entah karena senyumnya yang mengembang atau mungkin pula dari riasan wajah, yang menambah pancaran kecantikan di wajahnya. Sesampainya di depan altar, Robert memberikan tangan Rachel pada Dave. Di pandangnya wajah Dave sekilas, sembari menepuk pundaknya. "Titip Rachel ya," bisik Robert di telinga Dave. Dave mengangguk pelan, lalu menoleh sekilas ke arah Rachel. Mereka berdua kemudian saling mengucap janji suci pernikahan di hadapan pendeta.Kate melihat pasangan pe
Kate lantas menghela napas berat. Kate memandangi wajah Rachel yang kini menundukkan kepalanya sembari mengerakkan kukunya, tidak berani menatap ke arah Kate."Anak itu ya, benar-benar. Malam pertama malah menyuruh istrinya tidur di luar kamar," dengus Kate seraya mengeleng sebal.Kedua tangan Kate terkepal. Ia hendak berjalan pergi, tapi langkahnya seketika terhenti."Mamah, mau kemana?" tanya Rachel saat melihat Kate hendak menaiki tangga."Mau ke atas, ngasih pelajaran ke suami kamu itu."Rachel terus memegangi lengan Kate, mencegahnya pergi ke kamar Dave."Tidak usah, Mah. Lagipula sekarang sudah larut malam. Nanti malah menganggu yang lain. Dave juga sepertinya sudah tidur," ucap Rachel sambil menahan Kate.Kate menghela napas berat, lalu beralih melihat ke arah Rachel. Sedangkan, Rachel hanya bisa diam saja sembari matanya menatap penuh harap ke arah Kate."Ya, sudah. Sekara