“Lexie, bangunlah! Harus berapa kali aku membangunkanmu!”
Teriakan suara Nancy menyedot seluruh kesadarannya. Mata bulatnya langsung terbuka penuh, dan dia merasa terengah-engah seperti baru saja menaiki puncak gunung. Sebelum dia sadar apa yang terjadi, suara ketukan pintu terdengar semakin keras.
“Lexie, jika kau tidak menyahut, aku akan masuk ke kamarmu. Kau akan membuatku terlambat ke sekolah!”
Sekolah? Bukankah beberapa menit yang lalu dia baru saja mengalami kematian yang mengerikan?
Dia baru saja meledak, dan suaminya ikut menyerahkan diri bersamanya. Bagaimana dia bisa ada di dalam kamarnya sekarang?
Apa mungkin dia terlahir kembali?
Saat pemikiran ini muncul, jantung Lexie berdebar untuk beberapa kali sebelum dia bangkit dan meraih ponsel yang ada di sisinya.
Benar! Waktu telah membawanya kembali ketika dia berumur 18. Ya, dia ingat jika bulan ini akan menjadi bulan kelulusan baginya, dan bulan depan, dia akan menikah dengan Greg.
Kaki rampingnya langsung meloncat turun dan berlari untuk berdiri di depan cermin. Ini adalah bentuk tubuh aslinya, berat badannya mungkin hanya sekitar 100 pon, atau kurang dari itu.
Artinya … dia memiliki kesempatan untuk mengubah takdir mengerikan di kehidupan masa lalunya. Ya, benar. Dia akan membalas semua orang yang sudah mempermainkannya habis-habisan selama ini. Termasuk Nancy. Mereka harus membayar atas apa yang mereka lakukan padanya.
Tapi … siapa wanita yang telah menyiksa dan membunuhnya bersama Greg? Tidak, dia tidak bisa membuat Nancy keluar dari rumah ini. Jika Nancy pergi, selamanya wanita itu akan menjadi misteri dan akan membahayakannya di masa depan karena Nancy adalah orang yang telah meninggalkannya di hutan dan menyerahkannya pada mereka.
“Lexie, kenapa kau tidak menjawabku?”
Lexie melihat bayangan Nancy dari cermin. Memandangi tubuh wanita licik ini, kemarahan membakar hatinya dengan cepat. Tapi tidak, dia tidak akan bertindak sebagai wanita bodoh yang naif seperti di masa lalu.
Nancy dan wanita itu telah mengajarkannya bagaimana cara membalas dendam yang paling keji. Karena kemarahan dan dendam yang begitu besar, sorot mata Lexie berubah mengerikan dan tajam. Bahkan tanpa menatap mata Nancy secara langsung, Nancy merasa begitu tertekan.
Kilatan mata Lexie lebih tajam daripada sebilah pedang seakan menusuk langsung ke dalam jantungnya.
Ada apa dengan wanita kampung ini? Bukankah sebelumnya wanita ini tidak lebih dari badut bodoh? Dia adalah bonekanya, tapi kenapa dia menatapnya dengan aura membunuh yang kental? Bahkan dia merasa saat ini Lexie sedang mencekiknya. Napasnya menjadi sesak dan pengap.
Wajah Nancy mendadak pucat. Dengan sedikit terbata dia berkata, “Lexie, kenapa kamu menatapku seperti itu? Apa … apa aku terlalu keras membangunkanmu?”
Lexie menyeringai sebelum dia menjawab dengan dingin, “Sebetulnya suaramu sangat buruk hingga membuat telingaku sakit.” Dia meliriknya tajam, lalu mengabaikannya.
Di belakang Lexie, tangan Nancy mengepal kuat sampai jarinya menusuk daging. Apakah wanita ini baru saja terbentur? Bagaimana bisa ucapannya begitu pedas sampai berani mengatakan hal yang seperti itu?
Namun di depan Lexie, Nancy masih mencoba ramah dan murah hati. “Ya, mungkin aku memang sedikit keras, itu juga karena demi kebaikanmu. Kita akan terlambat sekolah nanti.”
Sekali lagi Lexie menunjukkan sebuah senyuman yang mencibir, seakan dia tengah menertawakannya dalam ekspresi itu.
Lexie sialan!
“Benarkah? Kau benar-benar saudaraku yang pengertian.” Kata-kata pujian dari Lexie ini tidak benar-benar bermaksud demikian. Justru saat ini Nancy merasa dia sedang mengejeknya.
Eskpresi itu, kenapa sangat berbeda? Kenapa dia terlihat mendominasi daripada dirinya? Ini tidak benar.
“Lexie, apakah kau sedang tidak sehat?” Nancy berusaha mendekatinya. Sebersit rasa takut dalam hatinya dia tekan dalam-dalam untuk menujukkan sikap otoritasnya. Dia tidak bisa membiarkan Lexie lebih menonjol darinya.
“Aku sangat baik. Jauh lebih baik dari hari apa pun dalam hidupku. Apa ada alasanku bersedih saat aku akan menjadi istri seorang pria hebat di Dayton Hill ini? Aku benar-benar merasa beruntung!”
Nancy merasa telinga dan matanya sedang mempermainkannya saat ini. Apa yang baru dia katakan? Beruntung?
Dia akan menikah dengan pria tua yang memiliki kelainan dengan kepribadiannya dan dia mengatakan itu sebuah keberuntungan?
Kemarin saat orang tua mereka menerima perjodohan itu, Lexie menangis sampai mengeluarkan kata-kata kasar untuk orang tuanya, menyebabkan mereka sakit hati dan semakin keras padanya.
Itu adalah bagian yang dia sukai, karena kepribadian Lexie semakin buruk di mata mereka. Bagaimana bisa dia mengatakan sebuah keberuntungan sekarang?
Nancy mengerjap tidak percaya. “Lexie, apa yang kau katakan?”
“Kenapa? Apa aku salah bicara? Sebentar lagi aku akan menjadi Nyonya Muda Gilbert, karena Greg Gilbert menginginkanku sebagai istrinya. Apa kau tidak melihat bagaimana kebahagiaanku saat ini? Sebentar lagi, aku memiliki dunia di bawah kakiku. Kekuasaan, kekuatan, dan kekayaan. Lihatlah betapa beruntungnya aku, Nancy!”
Nancy? Kenapa dia tidak memanggilnya Nana seperti sebelumnya? Bukankah dia tunduk atas semua perkataan yang dia ucapkan? Tapi saat ini itu tidak lebih penting. Apa yang barusan dia dengar?
Tidak, ini tidak bisa. Lexie tidak boleh begitu patuh dengan orang tua mereka. Dia harus membuat Lexie tetap menjadi anak pembangkang!
Seolah begitu perhatian, Nancy mendekatinya, “Lexie, aku tau kau sangat tertekan. Jangan khawatir, kau tidak akan berakhir dengan pria yang sedikit tidak waras, mengerikan, dan seorang pembunuh itu. Kau akan bahagia dengan Zane, karena aku akan selalu mendukungmu.”
Cih! Kata-kata itu begitu menjijikkan! Namun Lexie masih diam, ingin menikmati sandiwara wanita licik ini.
“Kau harus terus memprotes Ibu dan Ayah dan mengatakan kalau kau juga punya kehidupan. Aku sudah bicara pada mereka, tapi mereka tidak mau mendengarku. Jika kau terus melawan, mereka akan menyerah untuk membatalkan perjodohan ini.”
Lexie hanya tersenyum miris. Dia tidak memandangnya sedikit pun, justru melihat tampilannya saat ini di depan cermin.
Lihat wajah cantik dan murni ini di depan cermin saat ini! Sebenarnya dia memang sangat cantik, sebelum Nancy menyusupkan obat hormonal yang membuat berat badannya melonjak dan jerawat di semua wajahnya.
Hanya saja, dia memang berasal dari kampung, penampilannya jauh sangat kuno. Bahkan lebih kuno daripada wanita tua di kota ini.
Ibunya telah membelikan dia banyak baju, tapi Nancy berkata kalau sebenarnya pria di kota ini menyukai gadis desa yang polos. Karena rasa cintanya pada Zane dulu, kata-kata ini membawa harapan bagi Lexie jika suatu saat Zane akan membalas cintanya. Jadi dia mempertahankan penampilannya sejak awal sampai sekarang.
Setiap hari dia akan pergi sekolah menggenakan baju dengan warna kontras, bermotif bunga-bunga yang sangat menggelikan. Akhirnya saat ini dia sadar kalau Nancy hanya menjadikannya sebagai badut sekolah saja.
Lihat juga poni tebalnya yang menutupi hampir setengah dari wajahnya, lalu kaca mata bundar dan dua kepangan di rambutnya. Dia benar-benar telah mewujudkan permainan Nancy di masa lalu.
Saat memikirkan ini, dia jadi penasaran, kenapa Greg menginginkan dia menjadi pengantinnya? Apakah dia sudah mencintainya sejak awal?
Ah, rasanya pemikiran ini terlalu berani. Dia masih ingat jika sikap Greg memang sangat dingin dan kejam padanya. Entah apa alasan itu, tapi yang jelas dia tahu bahwa Greg mencintainya. Tidak peduli di awal atau di akhir, dia akan mencintai Greg dengan sepenuh hatinya mulai detik ini.
“Lexie, apa kau mendengarku?” Merasa diabaikan itu sangat menjengkelkan. Sedikit pemikiran dalam kepalanya bahwa saat ini dia seperti melihat wanita asing di depannya. Lexie sedikit … memberontak.
Lexie tidak menjawab. Dia hanya memberi aura dingin pada Nancy, sementara kedua tangannya melepas kepang di rambutnya. Poni tebal ini, bukankah lebih baik untuk menyisirnya ke samping? Dia memiliki mata bulat, hitam pekat tapi sejernih sinar bulan di atas genangan air. Bagaimana dia bisa membuat bagian itu tertutupi? Lalu bulu matanya melengkung indah, seperti kupu-kupu yang berayun.
Sungguh bodoh dia menutupi kencantikannya selama ini agar Greg jijik padanya, karena Zane adalah satu-satunya pria yang mau menerimanya.
Nancy hanya bisa tertegun melihat ini sampai tidak bisa berkata-kata. Sampai pada saat Lexie pergi ke lemari dan mengambil gaun sederhana yang jauh berbeda dari apa yang biasa dia kenakan.
“Lexie, apa yang akan kau pakai? Bukankah kau tidak pernah memakai itu? Ingat, Zane adalah pria yang menyukai gadis desa yang polos. Kau sudah sangat cantik dengan menjadi dirimu sendiri.”
Dia tidak bisa membiarkan Lexie memiliki penampilan anggun yang indah. Tidak, wanita itu harus menjadi wanita dekil seperti biasanya. Lexie tidak bisa melampaui dirinya dalam segi apa pun.
Saat mendengar ini, Lexie memutar tubuhnya untuk menatap Nancy dengan rasa dingin mengalir di seluruh wajahnya. “Nancy, kenapa aku harus memakai pakaian kampung saat aku sudah pulang ke rumah asliku sendiri? Aku sedang menjadi diriku sendiri, tapi kau melarangku. Kenapa tidak kau saja yang memakainya? Aku memiliki darah keluarga Grey dalam tubuhku, sedangkan kau ….”
Mata Lexie mengamati wanita itu dengan teliti dari ujung ke ujung dengan eskpresi jijik. “Kau hanya seekor anjing kampung yang bermimpi menjadi merak. Bukankah lebih baik kau menjadi dirimu sendiri dan memakai pakaian kampung ini?”
Nancy hampir memberikan sebuah tamparan pada Lexie. Jika dia kehilangan kendali saat ini, maka dia akan kehilangan segalanya. Namanya tidak pernah tertulis dalam ahli waris keluarga Grey.
Senyuman paksa yang Nancy keluarkan dengan susah payah, tumbuh menjadi lengkungan kaku. Sama sekali tidak indah. Kata-kata Lexie telah menghapus semua cahaya di wajahnya. Saat dia berkata, tangannya masih mengepal, “Lexie, bukankah kau baru saja mengatakan kata-kata kasar padaku?”
“Lalu? Apa itu kurang jelas?”
“Lexie, itu tidak baik. Jika Ibu dan Ayah mendengar ini … tapi aku akan melupakannya jika kau mau meminta maaf padaku.”
Nancy mengangkat dagunya. Dia berani bertaruh jika Lexie akan tunduk dengan ancaman ini, karena dia tidak mau kedua orang tua mereka memarahinya. Itu yang membuat Nancy semakin bangga dan menginjak-injak Lexie seperti alas kaki.
Namun yang terjadi ….
“Kenapa aku harus meminta maaf padamu? Aku berkata yang sesungguhnya bahwa kau tidak lebih dari seekor anjing kampung.”
Lexie memberi senyum sarkastik sebelum dia meninggalkannya dan mengubah dirinya di dalam kamar mandi.
Tidak pernah disangka, Lexie menjadi gadis yang begitu anggun, seperti peri yang turun dari langit. Dengan gaun baby blue, dia tampak mulai dan lembut. Rambutnya seperti sutra tebal yang terjun dengan indah sampai batas bahunya.
Poni tebal itu telah tersingkap ke sisi kiri, menunjukkan fitur wajahnya yang mulia. Jika sebelumnya Lexie terlihat dekil karena tidak melakukan makeup sedikit pun, sekarang dia menggunakan bedak tipis dan lip gloss dengan warna merah muda yang indah.
Sebelumnya Lexie selalu memakai celana, dan saat menggunakan dress seperti ini, kaki rampingnya terlihat sangat seksi. Kulitnya seputih salju, sangat mulus dan tipis seolah air bisa memancar dari semua tubuhnya.
Dari ujung kaki sampai kepala, Lexie terlihat sangat luar biasa menawan.
Mata Nancy memancar kekaguman sekaligus rasa iri yang luar biasa. Tidak, ini tidak bisa dibiarkan! Lexie tidak boleh membuat tampilannya seperti ini, atau Zane akan benar-benar jatuh cinta pada wanita sialan ini!
“Nancy, menyingkirlah! Kau menghalangi jalanku.”
***
Semua perhatian kembali tertuju pada Greg, lalu lampu sorot mengarahkan cahaya ke layar. Di layar sana muncul video yang menunjukkan sebuah villa di mana itu terletak di kawasan Villa Biru. Lexie mengetahui dengan jelas kalau villa di dalam video itu adalah villa yang letaknya hanya berjarak beberapa meter saja villa-nya. Ada ucapan ‘Happy Engagement’ yang tercetak besar di halaman yang dihiasi banyak balon emas dan perak.Itu adalah kado pertunangan yang diberikan Greg pada mereka, sengaja membeli villa yang dekat dengan mereka. Selain karena hubungan mereka yang sudah seperti saudara, ini juga karena Lexie pernah berkata kalau Villa Biru adalah Villa yang didambakan Jillian.Suara riuh tepuk tangan kembali terdengar.“Sebagai ucapan selamat atas pesta pernikahan kalian, saya juga memiliki sesuatu.” Reed memberi isyarat pengawal Greg dengan anggukan kepala.Layar berganti. Sebuah foto muncul di mana itu adalah sebuah kertas hasil
“Terlalu banyak bicara.” Greg menyentil keningnya. “Aku hanya menebak dari mimpi buruk yang terus menerus kualami. Awalnya aku tidak berpikir jika itu akan benar-benar terjadi, tapi setelah aku mengecek ponselmu dan menemukan kau melengkapi gambarku, aku bisa datang lebih cepat. Dan kau membenarkannya sekarang. Jadi, bagaimana denganmu?”“Aku, aku juga bermimpi. Sama sepertimu, dan aku juga tidak yakin apakah itu akan terjadi atau hanya sebuah mimpi.”Namun, Greg merasa jawaban itu tidak memuaskan hatinya.Ketika mereka bersitatap, pintu kamar terbuka tiba-tiba.“Lexie, kau—“ Jillian menerobos masuk dengan tidak sabar. Melihat Lexie yang sedang berada di atas tubuh Greg, tubuhnya membeku. “Aku, sebaiknya aku keluar.”Buru-buru Jillian menutup pintu, menarik napas dalam-dalam di luar.“Harus berapa kali aku katakan untuk tidak masuk lebih dulu?” Reed sudah ada di sisinya, bersandar di tembok kamar Greg.“Aku pikir dengan keadaan Greg, mereka tidak … tidak itu. Tapi ternyata—“Reed meng
Sebuah video terkirim dari nomor Reed, di mana seorang wanita terikat dan tersumpal mulutnya, ditembaki dari jarak jauh. Suara tembakan itu mengerikan, darah menyembur dari mana-mana tanpa tahu siapa yang melakukan penembakan itu.Flint terlihat panik untuk beberapa waktu sebelum dia menendang ponsel Greg dengan keras.“Kau mau membunuhnya? Lakukan saja! Kau tahu, aku tidak pernah menyesal jika dia sudah mati. Aku akan berterima kasih padamu karena kau sudah melakukan itu untukku. Selama ini aku menunggu kabar kematiannya, tapi aku tidak bisa melakukannya dengan tanganku. Karena kau sudah melakukannya untukku, aku izinkan kau bersenang-senang dengannya.”Ternyata dugaannya benar. Flint memang mempertahankan Ibunya, tapi pria itu sendiri juga menunggu kematian Ibunya.Ancaman seperti itu tidak mempengaruhi Flint sama sekali. Dia tahu itu akan terjadi, tapi dia masih mencobanya demi mengulur waktu.“Aku tidak menyangka kau begitu pengecut sampai tidak bisa mengangkat senjatamu sendiri.”
Pembalasan dendam yang belum selesai akhirnya kembali terulang. Apa yang terjadi di masa lalu, kini kembali Lexie alami. Bagaimana kedua tangan dan kakinya terikat, dan bagaimana dia kembali ke bangunan yang ada di hutan ini lagi.Saat itu Greg juga sedang ada di luar negeri, dan hari ini pun sama. Bisakah dia berharap Greg datang lebih cepat?Di masa lalu, dia menyerah dan pasrah, tidak peduli apakah akhirnya dia mati atau tidak. dia telah gagal dalam segala hal, sangat bodoh dalam memahami kehidupan dan orang-orang di sekitarnya.Tapi sekarang tidak. Dia mencintai Greg, dia ingin hidup lebih lama dengan Greg, mengandung anak-anak dari pria itu. Dia menemukan kasih sayang orangtuanya, dia menemukan Jillian sebagai temannya, dan dia mendapatkan kehidupannya yang bahagia.Haruskan akan berakhir sama dengan masa lalu?Tidak, dia tidak ingin kehilangan kehidupannya saat ini. Dia tidak mau Greg mati bersamanya, atau dia yang pergi dari sisinya. Dia ingin hidup lebih lama dengan Greg.Lexi
Namun ketika Lexie berlari, dia tidak menyadari mobil van hitam melaju dari arah depannya. Kepalanya hanya sibuk menoleh ke belakang, takut mobil itu mengejarnya.Van hitam itu berhenti tepat di sisi Lexie, nyaris saja dia membuat wanita itu memental.Dua orang dengan jaket dan topi hitam keluar dari sana, menyergap Lexie dengan cepat. Lexie yang terkejut dengan kedatangan mereka tidak sempat bereaksi. Mereka memaksanya, menyeretnya masuk ke mobil.“Hei, lepaskan dia!”Seorang pria keluar dari sedan hitam, dan itu ternyata adalah Zane. Lexie salah mengira, dan ternyata dia malah lari ke arah orang yang mengincarnya.Lexie didorong masuk, sementara dua orang yang menyergapnya tadi menyerang Zane bersamaan.Tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya, karena mobil itu tidak hanya berisi dua orang saja. Seseorang membekapnya, membuatnya tergeletak tak sadarkan diri.Zane tidak cukup pandai untuk menghadapi dua pria yang terlatih seorang diri. Dia mendapatkan pukulan terus menerus, dari segal
Greg sudah pergi sejak pagi tadi, tapi Lexie masih tergeletak seperti benang di atas kasurnya. Dia memang sudah bangun, tubuhnya saja yang masih tidak bertenaga. Greg sudah menghabisinya kemarin malam.Setelah mengantar Greg sampai depan rumah, dia kembali melempar tubuhnya lagi ke kasur. Matanya memandang kosong ke langit.Seharusnya ini menjadi hari pertamanya masuk kuliah lagi setelah sekian lama, tapi … dia masih merasa sedikit canggung."Nyonya ...." Emma mengetuk pintu dari luar."Masuk, Emma.""Di luar ada seorang pria yang mencari Anda. Katanya dia ingin bertemu dengan Anda karena dia teman Anda sejak sekolah. Namanya Zane."Zane? Dia datang?Bukankah dia sudah menikah?"Katakan padanya untuk menungguku sebentar, Bi."Lexie pergi mengganti baju. Dia tidak mau Zane melihatnya dalam tampilan baju tidur seksi seperti ini. Jika Greg tahu, dia pasti akan digantung nanti.Setelah mengganti baju dengan benar, Lexie bergegas keluar. Zane ada di sana, duduk di ruang tamu dengan gelisah