Elleana setengah berlarian kecil menuruni anak tangga sambil memakai arloji perak di pergelangan tangan kirinya. Ia juga menggantungkan tali tasnya di pundak. Jemari lentiknya mengumpulkan seluruh rambutnya, lalu mengikatnya asal bak ekor kuda. Elleana dengan telaten menyisir anak rambutnya agar menutupi bagian keningnya. Tanpa kaca pun hasil rambutnya lumayan rapi.“Ellea,”“Hmm?” Elleana hanya berdeham kecil sambil menoleh ke sumber suara untuk melihat siapa yang telah memanggilnya. Ternyata Juliant. Adik iparnya itu baru saja keluar dari dapur dan kini tengah melenggang gontai menuju ruang tamu.“Kau mau kemana? Buru-buru sekali.” Tanya Juliant dengan alis yang mengernyit dan sebelah tangannya yang dimasukkan ke saku celana. Pria itu memandang Elleana, menunggu jawaban istri dari kakaknya sambil menyeruput kopi hitam.“Aku mau pergi keluar,” Jawab Elleana seadanya sambil mengulum senyum ramahnya.Hari ini Elleana telah berjanji pada Lexa untuk membawa anak manis itu pergi berjalan-
Mata elang David menyapu bersih sekeliling mansion Miller yang begitu sepi. Dalam hati David bertanya-tanya, kemana perginya semua orang? David tahu kalau Mom Samantha lagi pergi keluar untuk menghadiri arisan sosialitanya, sedangkan Dad Diego sedang menghadiri jamuan makan siang koleganya secara pribadi. Yang David maksud adalah Elleana dan Juliant.Biasanya jika tidak ada pekerjaan, Juliant akan duduk santai di ruang tamu sambil tiduran dan bermain game online. Elleana juga, semenjak hubungan mereka berdua baik-baik saja, istrinya itu selalu menyambut hangat kepulangan David. Tapi, kali ini tidak. Lantas kemana Elleana? Mengapa batang hidung istrinya itu belum kelihatan juga sejak tadi.David memutuskan memacukan kaki panjangnya itu ke dapur, memeriksa Elleana di sana. Barang kali saja wanita mungil itu sedang berkutat di dapur bersama para pelayan, makanya tak menyadari kepulangannya.“E-eh, h-hai,” Sapa Audrey yang tak sengaja berpapasan di ambang pintu dapur dengan sang kakak sul
Selama dua bulan penuh rumah keluarga Miller terasa sangat damai, hubungan David dan Elleana pun semakin dekat dan semakin baik, setiap harinya pria mata hazel itu selalu menempel terus dengan Elleana. Tak ingin lepas walau hanya sedetik pun, seolah takut Elleana akan diambil oleh pria lain jika David lengah sedikit saja.Sudah dua bulan berlalu saat malam dimana David mengamuk dan hampir menyakiti Audrey, kakak beradik itu sempat saling menghindar satu minggu lamanya. Ralat, lebih tepatnya David lah yang selalu menghindar bahkan bersikap bak orang asing setiap kali berpapasan dengan Audrey.Elleana tahu, pastinya David menginginkan yang terbaik dan teraman untuk Audrey, tapi haruskah suaminya itu bersikap secuek itu pada Audrey? Tidakkah David berpikir sedikit saja bahwa sikapnya itu mungkin melukai hati kecil Audrey padahal bisa saja pertemuan Audrey dan Lucas hari itu memang benar-benar sebuah kebetulan. Untung saja, Elleana dan berbagai ide inisiatifnya bisa membuat kakak dan adik
Mobil mercy hitam yang membawa David dan Elleana berhenti di lobi hotel bintang lima yang megah di kota Manhattan, sudah disediakan karpet merah juga yang menjuntai di sepanjang lobi itu. Iya, benar sekali, ini adalah salah satu hotel milik Miller Company. Kekayaan Miller Family memang tidak perlu diragukan apalagi dipertanyakan.Belom juga turun, mobil hitam yang ditumpangi oleh David sudah di kepung oleh para wartawan yang membawa alat tulis beserta kamera di tangannya. Tentu saja para wartawan itu sangat menantikan momen David Miller yang jarang tertangkap oleh kamera media, dan pastinya mereka semua tidak ingin melewatkan kesempatan untuk mengambil gambar putra sulung Miller Family sekaligus sang pewaris Miller Company.Refleks, Elleana meremas lengan kekar David saat kilau putih dari kamera para wartawan yang saling bersahut-sahutan menembus kaca hitam mobil. Entah gambar seperti apa yang para wartawan itu harapkan untuk dirilis, tapi jujur saja Elleana merasa tid
Elleana melangkahkan kakinya keluar dari ballroom hotel itu, lama-lama dia jadi bosan. Tidak ada yang Elleana kenal, ditambah lagi ia memang bukan wanita penyuka pesta. Berbeda dengan David, suaminya itu justru senang bercengkerama dengan para tamu yang menghampirinya terutama jika wanita cantik. Melihat itu membuat Elleana menjadi gerah, apalagi jika terlalu lama bisa-bisa ia sesak napas lalu mati berdiri. Kaki Elleana bergerak menjauhi ballroom hotel. Dia memilih pergi ke belakang ballroom, di sana ada kolam renang. Lebih baik duduk bersantai menikmati sunyinya malam sambil menatap langit kelam yang dihiasi bintang-bintang, ditemani dengan segelas minuman segar. Baru juga di batas ambang pintu, langkah Elleana mendadak terhenti. Elleana mengurungkan sejenak niatnya untuk menikmati semilir angin malam kala ia melihat sepasang kekasih tengah berciuman panas. Elleana mengedikkan bahunya, lalu memutuskan untuk masuk ke ballroom saja daripada menonton orang berciuman. N
David melepas pungutannya, manik hazelnya menatap sendu ke dalam manik abu itu. Napasnya memburu akibat ciuman panas mereka. Kelopak Elleana terbuka pelan-pelan, lalu manik abunya bersitatap dengan manik milik David. Meskipun tajam dan membuat tubuh bergedik ngeri, tapi Elleana selalu merasa tersihir oleh tatapan suaminya itu."Coba katakan sekali lagi, Ellea. Aku ingin mendengarnya." Ucap David parau sambil menangkup lembut rahang Elleana.Elleana mengernyitkan keningnya, bertanya lewat tatapan matanya. Katakan saja kalau Elleana terkadang lamban dalam merespon kode-kode yang seperti itu. Otaknya berpikir keras mencerna ucapan David. Matanya mengerjap lambat kala ia sudah mengerti maksud pria mata hazel itu. Elleana membasahi bibir bawahnya yang mengering.Elleana semakin memajukan wajahnya pada David, tangannya terulur mengelus rahang tegas itu. Cup! Elleana mengecup bibir David singkat namun mencurahkan segala isi hatinya melalui kecupan itu. Elleana menyudahi kecupannya, ia menari
Tak terasa sudah tengah malam. Pesta perayaan ulang tahun perusahaan baru saja usai, David dan Elleana bergegas pulang ke rumah. Sesampainya di kamar, Elleana dan David langsung mengganti pakaian pestanya dengan baju tidur yang nyaman, tak lupa juga membasuh wajahnya yang penuh riasan sebelum pergi tidur. Ini malam yang sangat melelahkan bagi mereka berdua, apalagi untuk Elleana. Kaki dan badannya terasa remuk sekarang.Sepanjang acara, Elleana terus berdiri tegak dan menyeimbangkan aura David serta memberi senyum hangat kepada seluruh rekan bisnis suaminya yang hadir. Kalau Elleana bisa mencebik kesal dan menggerutu maka akan dia lakukan, sayangnya jika itu dilakukan maka akan membuat keluarga Miller malu.Tak hanya itu, Elleana pikir pertanyaan seputar kehamilan itu sudah berhenti dilontarkan ketika David menarik Elleana dari perkumpulan ibu-ibu sosialita itu. Nyatanya, hal sensitif itu masih saja menyapa gendang telinganya. Bukan Mom Samantha, ibu mertuanya itu memang kelihatan mur
Elleana duduk di ayunan kecil yang ada di balkon, dia yang meminta David untuk membeli dan meletakkan ayunan itu di sana bulan lalu. Elleana sangat menyukai senja. Biasanya Elleana duduk di balkon untuk menikmatinya. Sama seperti sekarang ini, cuma sekarang senja belum waktunya datang, matahari masih bersinar terik di langit biru. Elleana mendesah panjang. Ia menaikkan kaki jenjangnya ke ayunan, menekuknya lalu memeluknya. Dagunya ia letakkan di atas lutut. Suasana balkon sangat tenang walaupun begitu terik, apalagi semilir angin siang yang membelai lembut kelopaknya agar terpejam. Posisi seperti itu bukannya membuat Elleana mengantuk, justru malah membuatnya perlahan-lahan tenggelam dalam pikirannya sendiri. Perkataan Mom Samantha sedari tadi berputar dan kini memenuhi kepala cantiknya. Elleana sangat menginginkan kehadiran anak itu agar hubungannya dengan David semakin utuh dan sempurna. Elleana sangat ingin mendengar suara tangis, tawa geli, dan derap langkah buah hatinya yang me