Satu minggu telah berlalu sejak kejadian lembur yang membuat Elleana hampir saja berjumpa dengan David Miller!
Dan selama satu minggu itu juga Elleana berhasil mendapatkan informasi bahwa restoran Lilylucianna dipercayakan untuk mengurus acara makan malam dua keluarga kaya raya itu dan termasuk hidangan untuk pesta pernikahan nanti. Jadi, restoran Lilylucianna sudah pasti hanya akan mengirim para pramusaji terbaiknya untuk melayani acara spesial itu. Dan sialnya, salah satu nama yang masuk jajaran karyawan terbaik itu adalah Elleana.
Kini, Elleana dan seluruh karyawan terpilih tengah sibuk dengan tugasnya masing-masing. Tentu saja, tak ketinggalan berbagai pujian yang terlontar dari mulut pelayan lain tentang betapa mewah pesta malam itu. Tak ingin menanggapi lebih jauh, Elleana memilih untuk pergi ke dapur Keluarga Scott saja.
“Apa masih ada yang perlu kubantu?” tanya Elleana pada karyawan pria sambil melempar senyum ramahnya.
Karyawan pria itu meneliti sekeliling ruang pesta, sesekali mengingat-ingat lagi hal yang mungkin ia lupakan. Tak lama, pria itu menggeleng. "Tidak ada lagi, Ellea. Kau bisa istirahat sekarang. Paling nanti ketika tamu pestanya sudah mulai berdatangan dan acara sudah mulai, kau bisa menawarkan minuman pada mereka semua."
Selang tiga puluh menit, ruang aula pesta sudah di penuhi para tamu. Elleana mengintip di balik tirai penghalang antara aula pesta dengan dapur. Pria yang datang berjas semua dan tampan. Setiap pria yang datang membawa wanita di gandengannya. Wanitanya juga cantik dan bertumbuh langsing.
Elleana pernah melihat beberapa dari mereka di televisi. Para wanita itu tak lain adalah model iklan, majalah, aktris papan atas, bahkan pembisnis muda terkenal pun juga ada di sana: Paula Bozz.
Elleana menggeleng takjub, tidak diragukan lagi kalau Keluarga Scoot ini memang bukanlah orang sembarangan. Lihat saja para tamunya yang datang ke pestanya. Orang-orang berkelas semua!
Pembawa acara sudah naik ke panggung untuk membuka acara. Mulai dari berbincang riang sampai ricuh lalu mendadak musik romantis mengalun memenuhi aula pesta dan para tamu berdansa di sana.
"El, tolong bantu aku menawarkan minuman ke para tamu. Sekalian kita cuci mata melihat pria tampan di luar sana. Ayo, cepat, El!"
Elleana hanya bisa menurut saja, ia membawa nampan berisi minuman warna-warni. Elleana berjalan menghampiri para tamu yang ada di pesta itu sambil menawarkan minuman disertai dengan senyum manis yang menghiasi wajah cantiknya.
"Satu, please!" Ujar seseorang dengan suara beratnya saat Elleana melewatinya begitu saja.
Langkah Elleana mendadak terhenti, ia pun membalikkan tubuhnya dan menyodorkan nampan agar tamu itu memilih sendiri minuman yang diinginkannya.
Namun, sedetik kemudian mendadak tubuh Elleana menjadi kaku, lidahnya kelu kala ia berhadapan dengan seseorang.
Orang yang memintanya minum tidak lain adalah pria bermata hazel itu. Oh astaga, kadar ketampanan pria itu berkali-kali lipat malam ini terlebih lagi tubuh kekarnya dibalut tuxedo abu-abu gelap. Rambutnya tertata begitu klimis, bulu-bulu halus yang tumbuh di sekitaran rahang kokohnya juga kini terlihat lebih rapi dari terakhir kali mereka bertemu. Dia, David Matheo Miller!
Kesadaran Elleana tersentil. Otaknya menyuruh Elleana untuk segera kabur dan menghilang secepatnya dari hadapan pria itu. Namun, saat Elleana berbalik hendak menjauhi David Miller, pria itu justru menyentak kasar badan ramping Elleana sehingga kini mereka berdua kembali berhadapan.
David merampas nampan berisi minuman itu dan meletakkannya di atas meja yang ada di dekatnya. Lalu David menarik kasar lengan Elleana, membawanya pergi menjauhi kerumunan tamu pesta. David mendorong tubuh mungil Elleana ke tembok dan menguncinya.
“Mau lari ke mana lagi kau, jalang?!”
Elleana meringis, rasa perih perlahan menjalar di punggungnya. Dorongan David terlalu kencang. Pria bermata hazel itu tersenyum miring, senyum mengejek. Oh astaga, pria itu menjelma menjadi iblis tampan yang menakutkan sekarang.
"Tolong lepas, Sir, pekerjaan saya di belakang masih banyak!" Elak Elleana, tangannya berusaha mendorong tubuh tegak David agar bisa terlepas dari kungkungannya.
"Lepas? Huh? Setelah apa yang sudah kau lakukan padaku malam itu?" Ujarnya sarkas.
David melirik papan nama kecil yang berada di dada sebelah kiri. Keningnya mengernyit samar. Nama yang tertulis di sana adalah Elleana, bukan Rina! Astaga, pelacur dua juta dollar itu ternyata sudah membohongi David soal namanya! Pantas saja selama ini anak buah yang David perintahkan itu tidak pernah mendapat informasi satu pun tentang Rina, karena ternyata nama sebenarnya bukanlah Rina melainkan Elleana!
“Kira-kira, hukuman apa yang pantas untuk kau, Elleana?”
Tubuh Elleana tiba-tiba saja menggigil. Tatapan David begitu tajam mengintimidasi, nada suaranya juga terdengar dingin menusuk.
"Maafkan saya atas apa yang terjadi malam itu, Sir, tapi tolong lepaskan saya. Jangan seperti ini. Kalau sampai ada orang yang melihat kita seperti ini, nanti-" Ujar Elleana cemas, tapi David justru memotongnya dengan tenang.
"Nanti apa? Huh? Biarkan saja orang melihat kita seperti ini. Biar mereka semua tahu kalau pegawai terbaik dari restoran terkenal; Lilylucianna, tidak lain dan tidak bukan adalah seorang wanita pelacur!"
*PLAK*
Sebuah tamparan gratis mendarat mulus tepat di rahang kokoh milik David Miller. Rahang pria itu mengetat, mata hazelnya menajam. David mencengkeram keras lengan Elleana seolah ia akan meremukkannya. Ringisan lolos dari mulut Elleana.
"Kurang ajar! Beraninya kau menamparku?!" Rahang David semakin mengeras. Dia benar-benar marah pada wanita di hadapannya itu. Biasanya dalam situasi apa pun David-lah yang selalu mendominasi. Tapi, apa-apaan ini?! David tidak bisa menerimanya.
**
Dua minggu telah berlalu sejak pertemuan menegangkan mereka berdua di hari acara makan malam keluarga David dan Isabel pada malam itu. Namun, sialnya Elleana masih terjebak pada satu tugas penting lainnya, yaitu menjadi pelayan di acara pernikahan dua sejoli tersebut.
BUGH!
"Aww!" Pekik Elleana yang hampir terjatuh karena menabrak seseorang, namun pinggangnya di peluk oleh orang yang menabraknya sehingga ia tidak sampai terjatuh ke lantai.
"Mr. Miller-"
Ternyata yang di tabraknya adalah David Miller. Mata keduanya saling bersibobrok, tapi tidak lama lantaran Elleana lebih dulu memutusnya.
David mengangkat tubuh Elleana agar berdiri tegak.
"Terima kasih, Sir. Maaf karena telah menabrakmu."
David mengedikkan bahunya acuh lalu berlenggang pergi meninggalkan Elleana tanpa kata.
Elleana tergugu menatap punggung David yang semakin menjauh. Jujur saja, David hari ini terlihat gagah dan tampan mengenakan setelan tuxedo putih dengan bunga mawar merah di sakunya.
Hari ini adalah hari yang membahagiakan untuk David dan Isabelle. Ini adalah hari pernikahan mereka. Setelah hari ini, David resmi melepas status kelajangannya.
Saat Elleana hendak pergi, suara bariton David menghentikan langkahnya. Elleana berbalik dan mendapati David tengah menatapnya datar.
"Ya, Sir? Ada yang bisa saya bantu?"
David mengangguk singkat. Dagunya terangkat angkuh.
"Aku ingin agar kau yang membantu Isabelle untuk bersiap." Elleana mengangguk patuh. "Buat dia menjadi pengantin tercantik dan sempurna di hari pernikahan kami yang bahagia ini!"
Setelah melontarkan perintah, David berlalu.
Elleana menghela napas. Ia merasa David Miller semakin bersikap dingin padanya sejak kejadian malam di mana ia menampar pipi pria bermata cokelat itu.
Dalam hati Elleana merutuki atasannya karena sudah memasukkan nama Elleana ke dalam daftar pegawai restoran terbaik untuk menggarap pesta pernikahan pengusaha bisnis terkaya di Manhattan.
Elleana melangkahkan kakinya menuju ruang make up Isabelle. Sesuai perintah dari David Miller, Elleana harus mempersiapkan Isabelle semaksimal mungkin.
Pesta pernikahan ini di gelar di hotel mewah milik keluarga Miller. Tak main-main, ballroom hotel itu di hias dengan dekorasi pernikahan sehingga nampak mewah dan elegan. Memang kalau orang kaya raya jika mengadakan pesta itu tidak pernah tanggung-tanggung. Niat sekali.
Ketika sudah tiba, Elleana mendorong pintu ruang make up Isabelle Scott. Elleana mengernyit bingung. Isabelle mau pun penata riasnya juga tidak ada di sana. Ruangan make up itu kosong.
"Ms. Scott? Permisi!" Panggil Elleana lembut. Kakinya melangkah memasuki ruang make up itu semakin dalam.
Samar-samar Elleana mendengar suara seseorang seperti sedang bertengkar di pojok ruangan.
Elleana mengambil langkah seribu. Takut-takut itu adalah perampok dan sedang mencoba menyakiti Isabelle Scott. Mengingat Isabelle Scott adalah seorang model yang tengah naik daun dan ditambah lagi Wanita itu akan segera menjadi istri dari pengusaha kaya di Manhattan.
"Ms. Scott..." Elleana tidak sanggup meneruskan panggilannya kala melihat pemandangan yang ada di depannya. Tubuh Elleana mematung kaku, mulutnya juga sedikit menganga. "A-apa yang sedang kalian lakukan...?!"
"Ms. Scott..." Elleana tidak sanggup meneruskan panggilannya kala melihat pemandangan yang ada di depannya. Tubuh Elleana seketika mematung kaku, mulutnya juga sedikit menganga. "A-apa yang sedang kalian lakukan...?!"Mempelai pengantin wanita itu cukup terkejut mendengar suara Elleana. Menyadari kehadiran Elleana, sontak saja mempelai wanita itu pun langsung mendorong dada bidang pria asing itu untuk melepaskan tautan bibir keduanya.Elleana yang masih dengan ekspresi kaget bercampur bingung itu memicingkan kelopaknya, memandang intens pria asing yang sedang bersama Isabelle Scott. Elleana mengenalnya, pria asing itu adalah Alexander – si aktor ternama di Amerika. Yang Elleana tahu, mereka berdua pernah bermain dalam sebuah film romance tahun lalu dan sukses besar. Bahkan yang Elleana dengar, proyek film kedua mereka akan segera rilis di akhir bulan depan."Apa-apaan semua ini, Ms. Scott? A-aku melihat ka-kalian berciuman m-mesra….?" Gumam Elleana dengan suara yang terdengar bergetar
Elleana memandangi pantulan bayangannya di cermin kala sang perias profesional telah selesai mendandaninya dengan gaun pernikahan putih yang sederhana namun tetap terlihat sangat cantik. Seharusnya Isabelle Scott lah yang memakai gaun indah di acara sakral ini. Dalam hati Elleana memuji selera Isabelle Scott yang begitu cantik dan berkelas.David Miller itu pria kaya raya, segalanya bisa ia beli dengan uangnya itu. Mudah bagi dia untuk membeli gaun pernikahan yang baru, tapi tidak ia lakukan. Sungguh keterlaluan sekali dirinya. Gaun pernikahan ini akan membuat Elleana terlihat seperti wanita murahan nantinya. Menggantikan posisi Isabelle Scott, aktris yang sedang naik daun. Seluruh Manhattan kelak pasti akan menggunjingnya.Untung Elleana meminta si perias agar rambutnya di konde saja dan berikan aksesoris tiara kecil nan manis di puncak kepalanya. Kata si perias, Isabelle ingin rambutnya di gerai. Tapi, ini kan Elleana sendiri yang akan menjalaninya, jadi khusus untuk rambut Elleana
WARNING!!! 21++____Elleana berjalan mengikuti David sambil mengangkat sedikit gaun pengantinnya, ia agak kesusahan untuk berjalan lepas karena ujung gaunnya yang menjuntai panjang. Pria yang beberapa jam lalu sudah resmi menjadi suaminya itu pun juga sangat tidak peka. Padahal Elleana berharap David menawarkan bantuan padanya, setidaknya menggenggam tangan Elleana. Tapi, sama sekali tidak, justru David malah berjalan cepat meninggalkannya.Pesta pernikahan telah usai. Ralat, sebenarnya pesta pernikahan yang mewah itu masih berlangsung. Namun, setelah menyapa beberapa kolega penting, David memutuskan untuk pamit undur diri lebih dulu, menyisakan orang tua dan kedua adiknya bersama para tamu. Sebenarnya Elleana masih ingin berada di pesta itu, tapi tidak ada yang ia kenal di sana, jadi Elleana hanya bisa mengekori David. Istri yang baik selalu berada di belakang suaminya, kan?Cihhh!Selama perjalanan menuju mansion milik keluarga Miller, Elleana dan David hanya bungkam dan tenggelam
Elleana bangun pagi-pagi sekali, bahkan sang surya saja belum muncul. Tadinya Elleana sempat bingung mencari letak dapur, apalagi keadaan rumah keluarga suaminya itu juga sepi sekali. Elleana tidak mendapati satu orang pun yang berlalu-lalang untuk Elleana tanyai. Alhasil dia muter-muter seperti orang hilang hanya demi menemukan dapur, ya sudahlah tidak masalah. Hitung-hitung Elleana sedang beradaptasi dengan tempat tinggal barunya ini.Elleana menatap takjub sekeliling rumah milik keluarga suaminya itu. Elleana pernah melihat rumah sebesaran ini, tapi bukan dalam dunia nyata melainkan dalam cerita-cerita dongeng juga di film-film. Ini kali pertama Elleana melihat rumah besar bak di negeri dongeng. Astaga, keluarga suaminya ini memang sangat kaya! Entah Elleana harus bersyukur karena bisa menjadi menantu di keluarga terhormat ini atau menyesal karena harus hidup selamanya dengan pria sekejam David.Kaki jenjang Elleana mendadak terhenti kala ia tiba di sebuah ruangan yang berada di po
Elleana baru saja kembali dari restoran tempat ia bekerja, ia datang ke sana untuk menjawab berbagai pertanyaan dari atasan dan rekan kerjanya tentang Elleana yang menjadi pengantin pengganti dari David Miller kemarin. Tak hanya itu, Elleana juga meminta mereka semua untuk memperlakukannya seperti biasa meskipun kini Elleana sudah menjadi menantu sulung dari keluarga Miller. Untungnya mereka semua paham dan menyetujui permintaannya.Elleana melepas mantel dinginnya sambil meniupkan hawa panas ke telapak tangannya. Elleana menggantung mantel dinginnya di tempat gantungan dekat pintu, lalu ia berjalan ke dapur. Kepala pelayan bersama lima orang pelayan sedang sibuk berkutat dengan bahan-bahan masakan. Elleana menghampiri mereka tanpa ragu. Para pelayan yang menyadari kehadirannya pun membungkuk memberi hormat.Elleana mendelik tidak suka. Padahal tadi pagi ia sudah menjelaskan pada seluruh pelayan yang ada di rumah ini bahwa Elleana tidak pernah dan tidak mau jika ada seseorang yang ber
"Minta pelayan untuk mengantarkan kopi sepeti biasa ke ruangan saya sekarang juga!" Titah David tanpa melirik sedikit pun pada asisten pribadi yang tengah menyambutnya dengan senyum hangat dari meja resepsionis. Pria it uterus memacukan kakinya lebar menuju ruangannya.David baru saja selesai rapat dengan Palavi Corp. Salah satu kolega bisnisnya yang datang jauh-jauh dari Paris. Saat ini Miller Group tengah menggarap proyek hotel besar yang akan di bangun di ibukota Paris, tentunya dengan bantuan Palavi Corp."Bagaimana hubunganmu dengan Elleana? Kuharap baik-baik saja." Celetuk Tommy saat David baru saja menduduki bangku kebesarannya.David mendelik tajam, namun Tommy sama sekali tidak memedulikan tatapan menyeramkan yang David lemparkan itu.Tidak usah heran, Tommy dan David memang sudah berteman sejak kecil. Ayahnya dengan ayah Tommy berteman baik, bisa di bilang mereka rekan bisnis. Tommy tahu betul bagaimana tabiat David yang keras kepala dan emosian."Dia itu wanita yang baik, D
Ellana melangkahkan kaki jenjangnya gontai memasuki panti asuhan yang sudah menampungnya dan sang ibu sejak ia masih kecil. Tadi, pagi-pagi sekali Nyonya Regina meneleponnya dan meminta Elleana agar berkunjung ke panti. Berhubung saat ini Elleana habis mengantar dokumen David dan ia juga belum ke panti asuhan sejak pernikahan kilatnya, alhasil Elleana menyetujuinya."Ellea!" Seru anak-anak panti dengan begitu girangnya kala melihat kedatangan Elleana. Lalu mereka semua langsung berlarian dan memeluk Elleana, melepaskan rasa rindu.Elleana juga membalas pelukan anak-anak itu tak kalah erat sambil tangannya mengelus gemas rambut anak-anak itu seolah menyalurkan rasa cintanya.Setelah puas melepas kerinduannya bersama anak-anak panti, Elleana memacukan kaki jenjangnya ke halaman belakang. Anak-anak itu memberitahu Elleana kalau Nyonya Regina sedang berada di sana. Dan benar saja, wanita setengah abad itu ternyata tengah berkebun seorang diri.Manik Elleana menyapu sekeliling panti asuhan
"Minta es krim-nya dua ya!" Leo memesan dua buah es krim, rasa vanila untuknya dan satu lagi rasa cokelat kesukaan Elleana. Leo masih ingat sekali kalau Elleana penggemar nomor satu segala makanan dan minuman yang berbahan dasar cokelat. Entah sekarang Elleana masih menyukai cokelat atau tidak, tapi semoga saja kesukaan wanita itu belum berubah. "Ini dia, es krim cokelat kesukaanmu." Leo menyodorkan es krim cokelat itu pada Elleana. Elleana langsung mengambil es krim cokelat itu, tak lupa bergumam mengucapkan terima kasih. Senyum manis mengembang di wajah cantik Elleana. "Masih jadi cokelat lovers ternyata?" Elleana mengangguk semangat sambil asyik menjilat es krim cokelat miliknya seperti anak kecil. “Ternyata satu-satunya yang berubah hanya statusmu saja, ya.” Gumam Leo pelan, terdengar miris. Meskipun sangat pelan, tapi Elleana masih bisa mendengar gumaman itu samar-samar. Elleana pun mempercepat langkah kakinya, membuat Leo ikutan mengambil langkah lebar untuk menyamakan lang