Share

Bab 4. Tragedi Malam Panas

“Malam itu ….”

Malam itu, ketika David Miller telah di puncak hasratnya, Elleana memberikan sedikit permainan. Untuk mengulur waktu, gadis itu mengajak David yang sudah dimabuk hasrat meminum wine terlebih dulu. Mengaku bernama Rina dan baru seminggu berprofesi sebagai jalang, wanita itu berperan seolah meyakinkan.

Elleana tidak menolak sentuhan David yang begitu memabukkan. Ia bahkan menyukai sikap dominan David atas tubuhnya. Sentuhan-sentuhan kasar, tetapi mampu membangkitkan gairahnya semakin tinggi.

Gadis itu bahkan melenguh Elleana kala lidah David tanpa permisi menerobos masuk dan mengaduk-aduk dengan tempo cepat.

‘Astaga, kenikmatan ini bisa membuatku gila!’

Untuk itu, sebelum ia hilang kendali atas dirinya sendiri, dengan kesadaran dan keberanian penuh, kaki jenjang Elleana menendang pria tersebut. Naas, tendangan itu mengenai sesuatu yang sudah mengeras sedari tadi.

"Argh!" David meringis kesakitan, tendangan Elleana sangat kencang sekali.

Tak ingin melewatkan kesempatan, Elleana beranjak dari ranjang lalu melarikan diri. Tak lupa juga ia memungut uang dua juta yang berserakan di lantai lalu mengambil mantel hangatnya dan pergi meninggalkan David yang masih meringis kesakitan sambil mengumpat kasar.

"Maafkan saya, Tuan. Saya anggap ini sebagai pinjaman dari Anda.” Elleana tergesa-gesa seraya merapikan penampilannya yang berantakan. “Saya janji akan mengembalikannya pada Anda."

Elleana menghela napasnya berat. Rachel melongo tak percaya setelah mendengar apa yang diceritakan Elleana. Baru kali ini Rachel mendapati salah satu jalangnya berani berbuat konyol pada kliennya, terlebih lagi kepada seorang David Miller.

"Kau terlalu bodoh melakukan itu, Ellea!"

Elleana menghela napas panjang, kepalanya mengangguk setuju. Elleana memang sangat bodoh.

"Apa kau tahu siapa itu David Miller? Hah?!" Elleana menggelengkan kepalanya dengan ekspresi polos, membuat Rachel mendengus kasar. "Dia adalah pewaris sekaligus pemilik dari perusahaan terbesar di Manhattan ini, Miller Group. Keluarganya berada di urutan ketiga orang terkaya di dunia. Dan David pasti sedang mencarimu sekarang!"

**

"Salah!" David melempar dokumen biru itu ke mejanya dengan ekspresi datar.

Asisten pribadi David hanya bisa menundukkan kepalanya, takut. Entah apa yang terjadi pada David, tapi sejauh yang asistennya itu perhatikan, akhir-akhir ini David terlihat sangat uring-uringan. Emosinya juga begitu labil bak anak remaja.

Kemarin, bos muda itu memecat beberapa karyawan hanya karena mereka terdengar berbincang santai. Tadi pagi, ketika baru memasuki kantor, pria itu mengomel pada office boy perihal lantai yang kotor. Padahal, lantai lobby yang diprotes olehnya baru saja dibersihkan lima menit sebelum pria itu datang. Belum lagi segelas kopi yang dihancurkan begitu saja hanya karena menurutnya kopi itu terlalu pahit, padahal itu kopi yang biasa diminumnya.

“Perbaiki sekarang juga! Aku beri waktu satu jam!”

Mata sang asisten terbelalak, mulutnya terbuka hendak melayangkan protes. Tapi sorot mata David berubah tajam mengintimidasi seolah tahu asistennya itu hendak protes. "Baik, Sir! Kalau begitu saya permisi, Sir!"

David menghela napas kasar, ia menyandarkan punggung tegaknya ke kursi kebesaran. Dia memutar kursi itu menghadap jendela besar di belakangnya. David melipat tangannya di dada, sesekali jari telunjuknya mengetuk-ngetuk lengan. Mata hazel itu meneliti jalanan Manhattan yang selalu ramai dilalui mobil. Helaan napas berat lolos dari mulutnya.

“Ck!” David berdecak sebal sambil memejamkan matanya rapat, sebelah tangannya mengusap wajah datarnya itu.

David menyambar cangkir kopi miliknya yang tersisa setengah, lalu menenggaknya hingga tandas. David yakin bahwa semua karyawannya menyadari dan merasa aneh dengan sikap David yang emosian tidak menentu akhir-akhir ini. Pelacur seharga dua juta dollar itulah alasan dibalik sikap uring-uringan David.

Entah apa yang sudah jalang itu lakukan pada David sampai ia menjadi seperti ini. Kemarin saja David sengaja menyewa jalang senior dengan pelayanan yang terbaik, tapi yang selalu muncul dan memenuhi kepalanya hanyalah wajah si pelacur dua juta dollar itu! Semakin David berkeras untuk melupakannya, justru wajah wanita itu malah semakin menghantui David hingga ke alam mimpi! Sialan memang!

            Namun agaknya hari melelahkan untuk David belum juga berakhir. Ia baru ingat jika punya janji makan malam dengan keluarga Scott. Tak ingin mengecewakan ibunya–Samantha, David terpaksa menghadiri acara pertemuan keluarga yang diadakan di sebuah restoran.

Sementara itu, di tempat kerjanya, Elleana yang seharusnya sudah bisa pulang tiba-tiba diminta atasannya untuk lembur. Alasannya tak lain karena restoran tempat ia bekerja akan kedatangan tamu penting.

“Ellea!”

Jam enam tepat para karyawan yang bertugas untuk menyambut tamu sudah berkumpul di tepian karpet merah untuk menyambutnya. Semua karyawan restoran pun sibuk. Mulai dari memasak menu makanan terbaik sampai menghidangkan sebaik mungkin ke tamu penting itu. Elleana yang merasa namanya dipanggil itu pun menoleh. Sang atasan menghampirinya.

"Tolong sajikan ini untuk tamu penting kita ya. Layani mereka semua dengan baik, jangan sampai mereka mengeluh apalagi merasa kecewa dengan pelayanan kita!"

Elleana menganggukkan kepalanya mantap. Tangan mungil Elleana mengambil piring makanan yang masih di tutupi oleh tudung saji stainless. Dia berjalan dengan penuh kehati-hatian tak lupa juga memasang senyum semanis mungkin di wajah cantiknya itu.

Dua meter lagi sampai, tapi kaki jenjang Elleana mendadak berhenti melangkah. Kelopaknya terbelalak sempurna, bahunya menegang dahsyat seolah baru saja tersengat listrik.

Pria itu…

Elleana mengerjapkan matanya berkali-kali. Pria bermata hazel tajam itu kini berada tepat di hadapannya. Jadi, tamu penting yang dimaksud oleh atasannya itu tidak lain dan tak bukan adalah; David Matheo Miller! Dan ternyata, proyek besar yang selalu dibanggakan dan dibicarakan oleh atasannya sejak dua hari yang lalu itu adalah proyek Keluarga Miller?! Apa-apaan ini?!

Oh astaga, sudah hampir satu bulan, namun tidak ada perubahan yang signifikan dari pria bermata hazel itu. Tatapannya masih tetap tajam mengintimidasi lawan bicaranya, rahangnya kokoh, dan kadar ketampanannya makin hari kian meningkat.

Merasa sedang diperhatikan, David menoleh. Namun, Elleana yang lebih dulu menangkap gerak-gerik pria itu sudah pergi ke dapur dengan langkah tergesa-gesa.

“Apa aku bisa minta bantuanmu?” Elleana memanggil salah satu teman kerjanya. “Tolong sajikan makanan ini pada tamu penting itu. Kau bisa, ‘kan?” Seharusnya ia yang mengantarnya, tapi Elleana belum siap untuk bertemu pria bermata hazel itu saat ini.

Pelayan yang dimintai tolong itu mengangguk, kemudian mengambil alih makanan itu dan melenggang pergi mendekati meja keluarga Miller.

Dari kejauhan Elleana memandanginya dengan seksama. Wanita yang tengah tersenyum bahagia di samping David Miller itu adalah Isabelle Scott. Siapa yang tidak mengenal wanita itu? Dia adalah model cantik yang tengah naik daun. Namun yang jadi pertanyaan Elleana, ada hubungan apa mereka berdua?

"Dia tunangannya, Isabelle Scott. Dan bulan depan mereka akan menikah."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status