Zhang Yulan benar-benar meneguhkan niatnya berpetualang di luar. Ini dilakukan agar kultivasi bela dirinya semakin matang dan memperkaya pengalaman.
Dia harap, dengan melakukan petualangan, dia bisa menerobos ke alam Kondensasi Qi, tingkat kultivasi paling tinggi di dunia Dixia.
Kemajuan kultivasi seseorang tidak hanya ditentukan dari pil alkimia, buah roh, batu roh, dan meditasi tertutup semata, tapi juga dari banyaknya pertarungan hidup dan mati sang kultivator yang akan membuat ilmunya makin matang secara organik.
Dia benar-benar membutuhkan banyak pengalaman pertempuran nyata.
Tak lupa, sebelum dia keluar dari gua, dia membawa serta tuan tengkorak di cincin spasialnya. Dia tak tega meninggalkan sang guru di gua dan berniat menguburkannya secara layak di dalam tanah.
Selain itu, dia juga mengambil semua buah Qishu di pohonnya untuk bekal petualangan dia. Toh, pohon itu akan kembali berbuah nantinya.
Menggunakan langkah ringan, Zhang Yulan menuruni dinding tebing dengan berpijak dari satu pohon ke pohon lainnya yang tersebar secara acak.
Orang-orang pasti tidak akan mengira dinding tebing ini memiliki banyak pohon karena tebing kerap tertutupi kabut tebal.
Setelah mencapai dasar tebing, ternyata itu merupakan hutan lebat hingga sinar matahari susah menerobos masuk di karenakan banyaknya pohon yang daunnya menutupi langit.
Baru saja dia menjejakkan kaki di hutan, sudah ada Musang Cula Besi yang ditemui.
“Hewan roh?” Kening Zhang Yulan berkerut melihat musang di depannya.
Hewan roh berbeda dengan hewan biasa, baik itu dari ukuran maupun karakteristik tubuhnya. Ini karena hewan roh merupakan hewan biasa yang berkultivasi sehingga mereka kuat seperti kultivator manusia.
Musang di depan Zhang Yulan sebesar anjing dan sepertinya tidak menyukai kehadiran Zhang Yulan. Dia mulai menggeram memperlihatkan taringnya.
Karena adanya ancaman bahaya, Zhang Yulan bersiap, dia mengeluarkan pedang Youzu warisan tuan tengkorak.
Musang melompat menerjang. Untung saja Zhang Yulan sigap dan lekas menghindar sembari kibaskan pedang di tangannya.
Tapi, kibasan pedang berhasil dihindari musang dan hewan itu kembali berputar menghadap ke Zhang Yulan untuk menerjang lagi dengan kecepatan lebih gesit.
Zhang Yulan menyambutnya menggunakan pedang di tangan, dia melakukan secepat yang dia sanggup.
Crass!
“Arrghh!” Meski berhasil menebas tubuh musang, tapi Zhang Yulan juga terkena cakar tajam hewan roh itu di lengan kirinya.
Musang terkena tebasan di pahanya, namun sepertinya hewan itu gigih dan menerjang di udara dengan kecepatan mengagumkan. Dia hendak menusukkan culanya pada Zhang Yulan.
Zhang Yulan melonjak tinggi menghindari cula dengan ekspresi tenang di wajah sebelum secara kuat mengalirkan qi pedang, menebas dengan titik akurasi yang mengagumkan, sehingga pedang Youzu menebas tubuh musang roh.
Crass!
Segera saja, musang roh tergeletak tak berdaya. Sebelum musang itu bangkit kembali, Zhang Yulan segera hujamkan bilah pedangnya pada tubuh hewan tersebut diiringi suara dengkingan terakhir si musang.
Zhang Yulan memiliki wawasan mengenai hewan roh, maka dia membedah kepala Musang Bertanduk Biru untuk mengambil kristal roh di dalam tempurung dahi si musang.
Semua hewan roh pasti memiliki kristal roh karena itu merupakan sumber qi mereka yang berakumulasi menjadi kristal.
Sama seperti batu roh, kristal roh juga bisa digunakan sebagai mata uang dan juga alat pembayaran. Nilainya lebih tinggi daripada batu roh.
Usai membereskan musang roh, Zhang Yulan menatap luka pada lengan kirinya. “Aku harus lekas kabur dari sini atau hewan roh lainnya akan mencium baru darah.”
Segera, Zhang Yulan berkelebat dari satu dahan ke dahan lain dengan cepat, menjauh dari bangkai musang roh, mencari tempat aman untuknya menyembuhkan diri.
Setelah menemukan rerimbunan pohon yang dia yakini aman, dia berhenti untuk merawat lukanya. Beruntung dia masih memiliki sisa pil obat dari sekte yang disimpan di ikat pinggangnya.
Menelan pil itu, Zhang Yulan merasa tenang.
Namun, ketenangan tidak bisa berlangsung lama karena di dekatnya sudah ada ular yang siap meludahkan bisanya. Untunglah dia lekas berkelit dan terhindar dari semburan berbisa si ular.
“Ular Sisik Perak!” Zhang Yulan tidak menyangka akan bertemu ular roh. “Sebenarnya tempat apa ini? Kenapa sepertinya ada banyak hewan roh di sini?” Dia tak bisa menahan diri bertanya meski tak ada yang bisa memberikan jawaban.
Zhang Yulan tak bisa bersantai karena ular roh ternyata memburu dia. Besar Ular Sisik Perak dewasa memang mirip anaconda dan sepertinya sedang lapar. Bisa ular itu banyak digunakan kultivator untuk membuat Racun Tiga Kematian yang berbahaya.
Dia terpaksa turun ke tanah diikuti ular roh.
“Enyah!” Zhang Yulan meraung keras pada ular roh yang hendak memangsanya sembari pedangnya dikibaskan, membawa ledakan qi cukup besar untuk menampar kepala ular roh.
Ular roh hanya terpukul mundur beberapa langkah dan terus saja maju ke Zhang Yulan dengan mulut terbuka lebar hendak menelan wanita itu.
Pedang Youzu menjawab ular roh, menyambar ke depan dan menimbulkan derak suara di udara ketika qi pedang menyelimutinya dan menghantam mulut ular roh.
Ular roh bergegas mundur sebelum terkena amuka qi pedang yang disemburkan Zhang Yulan. Meski begitu, masih saja terkena tebasan meski di ujung mulut, menimbulkan luka berdarah di sana.
Akibat provokasi tersebut, amukan niat membunuh terlihat menebal di mata ular roh sehingga dia mulai mengumpulkan energi qi yang lebih banyak sambil menggunakan ekornya untuk memukul Zhang Yulan.
Pedang Zhang Yulan menghantam ekor ular roh, tapi tidak memberikan pengaruh apapun. “Sial! Sisik ular ini benar-benar keras!”
Tiba-tiba saja, dia teringat akan ajaran kakak seniornya di sekte saat dia diajak berburu hewan roh di hutan dekat sekte.
“Kau harus membidikkan seranganmu pada sisik terbalik dari hewan seperti ular atau naga, itulah tempat paling rentan mereka, letaknya di leher atas mereka.” Demikian yang dikatakan seniornya saat itu.
Karenanya, mau tak mau, Zhang Yulan harus mencari sisik terbalik itu di leher si ular roh. Dia harus memancing agar ular roh bersedia menaikkan tubuh atasnya.
Zhang Yulan bergerak ke kanan dan kiri untuk memancing ular roh mau tegakkan leher. Dia berlari sana dan sini sambil menghindari pukulan ekor atau semburan racun si ular yang disemprotkan padanya.
Hingga pada sebuah kesempatan, Zhang Yulan berhasil memancing si ular roh menegakkan leher. Matanya segera fokus melihat ke sisik di leher ular roh.
“Itu dia!” teriak Zhang Yulan ketika menemukan apa yang dia cari. Benar seperti yang dikatakan seniornya, bahwa memang hewan seperti ular dan naga memiliki sisik terbalik di bagian leher.
Zhang Yulan segera saja menembakkan pedang Youzu dia ke arah sisik terbalik ular roh sembari membungkusnya dengan qi pedang besar.
Pedang Youzu terbang lurus menuju sisik terbalik ular roh dan ….
“Kaakkk!” Ular roh meraung saat lehernya tertusuk pedang Zhang Yulan. Tak berapa lama, ular itupun mati dengan mulut terbuka.
Zhang Yulan mencabut pedang dari leher ular roh dan seperti yang dilakukan pada musang, dia membuka tempurung kepala si ular dan mengeluarkan kristal roh di sana.
“Hm, lebih besar dari milik si musang.” Dia tersenyum senang.
Sekali lagi, dia lekas pergi dari bangkai ular roh dan mencari tempat aman.
“Hutan apa ini sebenarnya? Kenapa sepertinya banyak hewan roh di sini. Jangan katakan ini hutan Qian Diyu (Hutan Seribu Neraka).” Dia berbicara sendiri dan melanjutkan perjalanan.
Sayangnya, langkah Zhang Yulan belum terlalu jauh dari bangkai ular roh ketika mendadak saja sudah ada geraman rendah dari makhluk di depannya.
“Ha—Harimau Sayap Baja!” Betapa terkejutnya Zhang Yulan ketika dia melihat hewan roh di depannya. Itu berukuran lebih besar dari harimau normal.
Tapi dia tak bisa pasrah. Maka, ketika harimau roh itu menerjangnya sambil terbang ke arahnya, Zhang Yulan menahan dengan pedangnya.
Namun, sayap setajam belati itu sudah berhasil menggores dada Zhang Yulan. Darah mulai merembes pada pakaiannya yang sudah compang-camping dan usang.
Zhang Yulan mendadak saja lemas. Bukan karena ketakutan, melainkan karena merasa dirinya terkena racun. “Apakah … ular tadi ….” Pandangannya berkunang-kunang dan mulai kabur.
Tak bisa ditahan lagi, Zhang Yulan jatuh pingsan di depan Harimau Sayap Besi.
Harimau roh hendak menerkam ke Zhang Yulan, namun kelebatan cepat seseorang berhasil memukul mundur hewan tersebut, tepat sebelum moncong besar hendak meraih tubuh tak sadar Zhang Yulan.
Kemudian, dengan gerakan cepat dari orang itu, Harimau Sayap Besi yang biasanya ditakuti banyak kultivator dunia Dixia sudah tersungkur mati di tanah.
“Kau ingin mencelakai wanitaku, hm?” Sosok itu berdiri angkuh di depan bangkai harimau roh. Dia adalah Wang Qifeng. Kemudian, dia menoleh ke Zhang Yulan di belakangnya.
Wang Qifeng membopong Zhang Yulan dan membawanya ke sebuah pondok kayu yang biasa digunakan pemburu untuk beristirahat ketika mereka datang ke hutan.Setelah merebahkan tubuh Zhang Yulan di kasur, Wang Qifeng keluar sebentar untuk mengatur formasi pelindung sekaligus penghalang, sehingga hewan roh maupun manusia yang tidak berkepentingan tak bisa masuk ke pondok.Gerakan lelaki itu terkesan luwes saat dia melempar beberapa batu roh level atas dan bendera formasi di beberapa sudut pondok, seakan dia sudah terbiasa melakukannya.Setelah formasi terbangun dengan kuat, dia kembali masuk ke pondok dan menatap Zhang Yulan yang terbaring pingsan di kasur. “Tsk, malangnya dirimu.”Menggunakan beberapa totokan qi, Wang Qifeng kemudian merobek pakaian di bagian dada Zhang Yulan untuk melihat lebih jelas luka di sana.Segera saja, terekspos kulit putih mulus bagaikan giok terlihat beserta gundukan kenyal yang masih tertutupi kain bebat khas yang biasa dipakai kultivator wanita zaman itu.Wang Qi
Zhang Yulan terbangun dengan pusing di kepala akibat terlalu banyak minum arak. Dia seharusnya ingat bahwa dia bukan peminum yang baik.Ketika duduk di tepi tempat tidur rotan, dia heran karena suasana terlalu sunyi. Apakah Wang Qifeng sedang di luar? Atau mungkin saja Lelaki itu masih berburu hewan roh?Segera, Zhang Yulan duduk bersila dan memutar energi qi dia untuk memulihkan diri. Sebagai kultivator yang sudah mencapai Alam Pemurnian Qi tingkat tinggi, tentunya mudah mengenyahkan efek mabuk.Dalam hitungan 5 helaan napas, Zhang Yulan sudah pulih sepenuhnya. Dia turun dari tempat tidur dan matanya menemukan surat di atas meja. Itu dari Wang Qifeng.“Ternyata dia pergi,” bisik Zhang Yulan usai membaca surat dan menyimpannya di cincin spasial.Dia memutuskan keluar kamar. Suasana benar-benar sunyi meski masih ada suara burung samar-samar di kejauhan.Sewaktu Zhang Yulan berdiri diam di depan pondok cukup lama, mendadak saja dia teringat akan kerangka gurunya. Bukankah dia ingin meng
Baru saja Zhang Yulan membatin betapa damai kehidupan di pondok, itu dipatahkan dengan adanya geraman rendah kawanan serigala yang terdengar dekat.Apakah serigala itu sedang meledek pemikirannya?Sebenarnya, pemikiran Zhang Yulan tidak salah karena Wang Qifeng sudah memberikan formasi pelindung di sekitar pondok kayu untuk menghalau hewan roh agar tidak menerjang masuk seenaknya.Maka, tak heran jika kawanan serigala roh hanya bisa mengepung pondok saja tanpa mereka bisa menerjang masuk.Ketika ada serigala yang mencoba menerobos pertahanan formasi buatan Wang Qifeng, hewan roh itu terpental dan mendengking kesakitan. Adegan ini dilihat Zhang Yulan saat dia mengintip keluar.Otak Zhang Yulan segera memproses kejadian tersebut. Dia hanya bisa menduga bahwa ada formasi yang mengelilingi pondok kayu. Pikirannya menentukan satu nama saja, Wang Qifeng.“Sepertinya memang perbuatan kak Feng.” Zhang Yulan berbisik rendah sambil menyebut nama pria Wang. Hubungan mereka sudah cukup akrab hing
Zhang Yulan benar-benar diam tak melakukan apa-apa ketika keenam pria itu mulai membasmi serigala roh yang tersisa. Tidak membutuhkan waktu lama bagi mereka mengumpulkan kristal roh.“Nona, kau baik-baik saja, kan?” tanya pemimpinnya. “Ah, maafkan aku langsung saja menyerbu kemari karena aku melihat pertarunganmu dengan para serigala itu sehingga membuatku cemas.”Akhirnya Zhang Yulan kembali ke nalarnya dan tersenyum. “Oh, aku baik-baik saja, terima kasih atas kepedulian kalian. Sungguh merepotkan kalian.” Dia melakukan soja (menangkupkan kedua tangan di depan dada atau wajah sebagai bentuk salam kesopanan).“Ah! Sama sekali tidak merepotkan! Sesama penghuni dunia Dixia ini tentu sudah sewajarnya saling menolong.” Pria itu tersenyum ramah sembari mengibaskan tangannya. Dia membalas soja dari Zhang Yulan dan berkata, “Mohon Nona tidak keberatan dengan kedatangan kami. Saya, Li Moyun, mewakili rekan pemburu mengucap salam ke Nona.”Kelima pria lainnya melakukan soja dan memperkenalkan
“Baiklah, silahkan saja tinggal di sini malam ini.” Zhang Yulan tidak menampik keinginan para kultivator pemburu. Toh, sebenarnya tingkat kultivasi dia lebih tinggi dari mereka, ini membuatnya percaya diri apabila mereka hendak berbuat macam-macam padanya.Malam itu, Zhang Yulan membuatkan teh hangat untuk enam pemuda menggunakan teh hutan yang rutin dia petik.“Kuharap kalian tidak keberatan dengan teh sederhana ini.” Dia menyuguhkannya di meja di ruang depan tempat keenam pemuda berada.“Wah, terima kasih sekali atas perhatian dan kebaikan Nona Zhang.” Li Moyun tersenyum gembira melihat Zhang Yulan datang dengan teh hangat. “Kami benar-benar merepotkan Nona.”“Sama sekali tidak merepotkan. Aku hanya kebetulan memiliki persediaan teh cukup banyak. Silahkan diminum.” Zhang Yulan bersiap kembali ke kamarnya sendiri.Namun, Li Moyun berkata, “Nona, apakah Anda akan segera berangkat tidur?”Zhang Yulan menoleh ke Li Moyun. “Ada apa, Tuan Li?”Li Moyun sedikit gugup ketika dia menggaruk b
Zhang Yulan tak tahu harus memberikan respon apa akan kalimat lamaran Li Moyun yang sangat mendadak. “K—Kak Yun ….”“A—ahh! Lupakan saja!” Li Moyun malah jadi salah tingkah, mengira dirinya sangat keterlaluan menyatakan lamaran secara tiba-tiba, padahal hubungan mereka baru sebatas teman akrab saja. “Lupakan tentang lamaranku tadi! Tapi, kumohon ikutlah kami ke kota, tak aman di sini.”Kepala Zhang Yulan tertunduk saat dia berkata, “Aku akan memikirkan hal ini, Kak. Tolong beri aku waktu semalam.”“Baiklah! Aku akan sangat menantikan jawabanmu, dan kuharap itu seperti yang aku inginkan.” Li Moyun sadar dia masih menggenggam tangan Zhang Yulan dan mulai melepaskannya sambil meminta maaf.Malam itu, Zhang Yulan berdiam di kamarnya, sendiri seperti biasanya. Dia terus memikirkan ucapan Li Moyun. Mengenai lamaran pemuda itu, termasuk kembali ke kota.Sudah begitu lama dia tinggal di hutan ini, dia sedikit merasakan kerinduan hawa kota, hawa kehidupan dengan manusia pada umumnya.Zhang Yul
Wajah Zhang Yulan tersipu ketika dia menundukkan kepalanya saat teman pemburu Li Moyun berbicara mengenai pernikahan.Sementara itu, mata Li Moyun membelalak ke Shang Weiyuan. “Kau ini! Kenapa mulutmu tidak memiliki penyaring?”“Ka—Kakak Li! Bukankah kau sendiri yang mengatakan pada kami di hari pertama kita di pondok hutan, bahwa kau sangat terpesona dengan kak Yulan?” Shang Weiyuan adalah anggota termuda dari kelompok mereka, dia juga masih berusia 18 tahun, maka wajar saja apabila dia bertingkah manja kepada senior yang sudah dia anggap kakak sendiri.Mata Li Moyun semakin mendelik, tangannya terangkat hendak memukul Shang Weiyuan meski itu hanya terhenti di udara karena tak serius.Sementara itu, Shang Weiyuan terkekeh nakal dan kawan Li Moyun lainnya menggoda hal serupa.“Sudahlah, saudara Li, kenapa masih menutupinya? Kalian ini sangat cocok bersama. Segerakan meminta restu pada langit dan bumi.” Zhou Liming menepuk pelan meja dengan gaya sedikit mendesak.Luo Penghao mengangguk
“Wah, wah … sungguh tidak disangka bisa melihat iblis betina ini di sini! Kau ini hantu atau manusia? Kenapa belum mati?” Suara Yao Xiuwen lantang menyeru sambil menatap Zhang Yulan penuh cemoohan.Yao Xiren yang pernah menjadi suami Zhang Yulan menatap mantan istrinya dari atas sampai bawah. “Tidak kusangka, kau sekarang menjadi orang dusun? Atau kau menjadi siluman yang menyamar menjadi manusia dusun?”Pakaian yang dikenakan Zhang Yulan memang tidak seglamor ketika dia dulu di sekte iblis Mogui Yao. Pakaiannya sebagai istri Li Moyun sangat sederhana dan jauh dari kesan nona muda kaya.Ini sungguh berbeda dengan yang biasa ditampilkan Zhang Yulan sebelum menikah.“Ka—kalian ….” Zhang Yulan rasanya ingin berbalik dan berlari saja ketika di depannya sudah ada pasangan Yao Xiren dan Yao Xiuwen. Terlebih, keduanya menghina dia sampai ada banyak mata mulai memandang ke arahnya.“Yulan, siapa mereka? Kerabatmu?” tanya Li Moyun karena heran dengan dua sosok yang menyapa istrinya.Yao Xiuwen