Share

3 - Buah Legenda dan Naik Tingkat

Hari demi hari dihabiskan Yao Yulan di dalam gua untuk mempelajari kultivasi baru yang ternyata memang sangat cocok dengannya.

Pada hari ke-10, dia merasakan tubuhnya lebih kuat dan dipenuhi qi pedang yang menyegarkan.

“Hm, aku sudah menghapus kultivasi sekte iblis dan mengganti dengan kultivasi guru tengkorak. Rasanya aku tak perlu memakai nama sekte lagi.” Yao Yulan mulai memikirkan ini.

Di dunia Dixia, ketika seseorang memasuki sebuah sekte, maka nama keluarganya berganti dengan nama marga pendiri sekte.

Setelah dia keluar dari sekte iblis, maka dia tak perlu lagi memakai nama pendiri sekte. Dia kini akan kembali menggunakan nama keluarganya, Zhang Yulan.

“Ya, aku adalah Zhang Yulan!” Matanya memancarkan pendar keyakinan teguh.

Setelah berhari-hari di dalam gua, dia ingin keluar sejenak mencari udara segar.

Saat kakinya menginjak area luar gua, dia menatap pohon tempatnya tersangkut kala itu. Dia melihat-lihat pohon dengan lebih seksama.

“Ternyata pohon ini memiliki buah berwarna ungu keemasan.” Jemari lentik Zhang Yulan menyentuh salah satu buah yang bergelantungan rimbun di dahan pohon.

“Aku pikir ini sebesar buah persik, hanya saja terlihat lebih mengkilat dan ranum. Apakah ini aman jika aku makan?” Ia bertanya-tanya.

Baru saja Zhang Yulan mempertanyakan mengenai keamanan buah, mendadak saja dari arah depan, terbang mendekat seekor burung yang cukup besar.

“Ah! Kepodang Bertanduk Biru!” Zhang Yulan segera saja mundur ke belakang. Sepengetahuannya, itu merupakan burung besar yang cukup ganas yang tinggal di banyak hutan dunia Dixia.

“Cii cii ccuiitt! Kaakk! Kakk! Caaat!” Kepodang itu riuh membunyikan suaranya sambil menatap galak ke Zhang Yulan, seakan tidak senang adanya wanita itu di sana.

Zhang Yulan merasa terintimidasi seakan dia sedang dimarahi oleh burung di depannya. “Hei! Apa masalahmu?”

Kepodang Bertanduk Biru melesat hendak menyerang. Segera saja Zhang Yulan mengibaskan tangannya ke arah si burung. Tak terduga, bayangan pedang 3 meter lebih itu keluar dan hendak menebas si burung.

Bergegas, Kepodang Bertanduk Biru menghindari sabetan pedang bayangan Zhang Yulan. Karena merasa kalah dengan aura pedang tersebut, maka burung itu mundur dan kemudian dia memetik buah dengan paruhnya dan pergi.

Zhang Yulan melihat dalam kebingungannya. Dia sendiri tidak mengira qi pedang 3 meter lebih itu kembali bisa keluar.

Sejak dulu, dia bertanya-tanya, bagaimana cara mengeluarkan bayangan pedang panjang itu? Karena selama ini dia tidak bisa seenak hati mengeluarkannya, seakan pedang itu sendiri yang memilih kapan ingin keluar.

Memandangi tapak tangannya, Zhang Yulan bergumam, “Apakah ini hanya keluar ketika aku benar-benar terdesak dan dalam bahaya saja? Tapi … waktu aku didesak sekte, dia tidak muncul. Tsk! Sungguh pedang yang membingungkan.”

Namun, Zhang Yulan segera ingat bagaimana burung itu memetik buah ungu keemasan tadi. “Hm, kalau burung itu saja nekat ingin menyerangku karena buah ini, bukankah artinya buah ungu bisa dimakan?”

Maka, tidak lagi ragu, Zhang Yulan segera memetik beberapa yang terlihat matang dan ranum, dan memasukkannya di cincin spasial dia. “Karena tak ada makanan apapun di sini, maka aku hanya bisa mengandalkan buah ini.”

Kemudian, Zhang Yulan kembali ke gua tanpa kesulitan, tak perlu lagi membubuhkan darahnya di tombol seperti sebelumnya.

Yang dia pelajari dari catatan peninggalan tuan tengkorak, bahwa mekanisme pintu gua akan mengingat tapak dan aura darah yang pernah membuka sebelumnya.

Catatan dari tuan tengkorak didapatkan Zhang Yulan secara tak sengaja ketika sedang membolak-balik kitab kultivasi. Itu terselip di bagian belakang kitab. Ada beberapa lembar, namun belum dia baca seluruhnya karena kemarin ingin bergegas melatih kulitvasi baru.

Masuk ke dalam gua dan pintu tertutup secara otomatis, Zhang Yulan mengeluarkan buah ungu keemasan dari cincin spasialnya dan memakan satu.

“Umh! Sangat berair dan dagingnya empuk serta tebal!” Matanya membola menyadari keistimewaan buah tersebut. Mendadak, ketika buah itu melewati tenggorokannya, Zhang Yulan merasa dia semakin bertenaga dan seakan gelombang aliran qi baru memasuki dirinya.

“Buah apa ini?” Zhang Yulan menatap buah di tangannya yang sudah dia gigit seperempatnya. Memikirkan itu, dia segera mengambil catatan tuan tengkorak, siapa tahu ada tulisan mengenai buah di depan gua.

Benar saja!

Mata Zhang Yulan kembali membulat ketika dia mengetahui buah apa yang sedang dia pegang. “Buah Qishu!”

Zhang Yulan tentu saja mengetahui nama tersebut sebagai buah legenda di dunia Dixia yang kini sudah tidak diketahui keberadaannya. Wawasan mengenai buah Qishu diketahuinya dari sebuah buku di sekte Mogui Yao.

Dikatakan, buah Qishu bisa menggantikan makanan dan minuman sehingga orang tidak akan merasakan lapar dan haus hingga satu bulan ke depan dengan hanya memakan satu buah saja.

“Ini pastinya akan sangat membantu aku. Apalagi ada banyak sekali buah Qishu di pohonnya.” Zhang Yulan tersenyum lebar. Dia menemukan buah legendaris! Dia tak akan kelaparan selama di gua!

Selain itu, buah Qishu juga bisa meningkatkan qi. “Pantas saja Kepodang Bertanduk Biru tadi begitu gigih ingin menyerangku, pasti karena buah ini.”

Setelah mengetahui itu, Zhang Yulan kembali ke pohon Qishu dan mengambil sebanyak mungkin buahnya untuk dimasukkan ke dalam cincin spasialnya. Tak ada yang tahu seberapa banyak burung atau hewan hutan lainnya yang akan datang untuk buah ini nantinya. Dia harus mengamankan bagiannya demi keberlangsungan hidupnya.

Dalam 2 tahun di gua, Zhang Yulan tekun berlatih kultivasi Pedang Abadi dan meningkatkan qi dengan bantuan batu roh tuan tengkorak dan buah Qishu. Dia begitu beruntung menemukan hal-hal baik ini.

Dengan begitu, tidak terasa dia mulai merasakan adanya tanda-tanda kenaikan tingkat kultivasi, dan dia bisa merasakan ini tidak sederhana.

Tak ingin Petir Surgawi menghancurkan tebing, maka Zhang Yulan bergegas keluar untuk pergi ke pohon lain yang ada di dinding tebing.

Dia sudah mempelajari tebing tempatnya berada dan menemukan ada beberapa pohon tumbuh di dinding tebing meski bukan pohon Qishu.

Zhang Yulan bergegas melompat ke salah satu pohon terdekat dan bersiap menerima Petir Surgawi. Ini merupakan petir hukuman dari langit jika ada kultivator yang naik tingkat, entah minor maupun mayor.

Semakin tinggi tingkatnya, maka petir yang akan diterima tentu saja makin tebal dan kuat, serta tak akan bisa menghindarinya di manapun kultivator itu berada.

Ketika kultivator menerima Petir Surgawi, biasanya akan bersembunyi dari sekitarnya karena bisa saja dia terluka usai mendapatkan petir hukuman tersebut.

Disebut petir hukuman karena sebenarnya langit kurang berkenan dengan kultivasi yang menentang surga. Inilah kenapa ada Petir Surgawi datang ketika kultivator naik tingkat, sebagai hukuman sekaligus ujian kekuatan.

Zhang Yulan menatap ke langit dan mendapati awan di atasnya semakin bergulung hitam.

Tepat ketika Zhang Yulan menjejakkan kaki di dahan besar sebuah pohon, Petir Surgawi datang menghantam dirinya. Dia melindungi kepalanya dari hantaman petir tersebut.

“Arrghh!” Dia menjerit kesakitan saat petir turun di lengan yang digunakan untuk melindungi kepala. Dahan besar yang dia pijak mulai goyah dan nyaris putus, maka menggunakan sisa tenaganya, Zhang Yulan kembali ke gua.

Sekarang, dia sudah mencapai alam Pemurnian Qi! Tingkat yang tidak berhasil dia gapai ketika masih di sekte hingga kerap dihina karenanya.

Setelahnya, Zhang Yulan semakin tekun berlatih hingga tak terasa 10 tahun berlalu semenjak dia menemukan gua.

“Tsk! Aku macet lagi! Kali ini aku harus bisa menembus alam Kondensasi Qi. Hm, mungkin aku harus keluar dan berpetualang sejenak untuk mematangkan ilmuku.” Zhang Yulan membulatkan tekadnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status