Share

Istri, Genggam Aku!
Istri, Genggam Aku!
Penulis: Leuco_sapphire

Tertipu

Sore itu seorang pria sedang bergumul dengan wanita ramping di pelukannya, dan mereka berdua sedang berciuman seolah besok adalah akhir dari dunia. Sehingga mereka tidak dapat lagi memperhatikan sekeliling mereka.

Nayla berdiri di ambang pintu. Dia tidak yakin emosi mana yang dia rasakan saat ini. Marah? Sedih? Kecewa? Mungkin ke semuannya. Sebelum dia tinggal di keluar kota untuk pergi ke universitas, Kakak perempuan Nayla menyuruhnya untuk tidak pernah memiliki hubungan cinta dengan pria yang kaya dan tampan. Karena, tipe pria seperti itu mampu membuat mu terpesona hingga lupa daratan, tetapi juga sulit ditangani. Bodohnya, nasihat itu segera ia bantah dengan optimisme yang dangkal, "Kakak, saya orang yang berkepala dingin." Saat itu kakaknya tidak terlalu serius saat memberikan nasehat, terlebih lagi Nayla sebagai pendengarnya. Tetapi memikirkannya, Nayla sekarang harus mengakui bahwa kakaknya benar: pria yang kaya dan tampan benar-benar buruk.

Nayla selalu merasa bahwa dalam hidup ada tiga peristiwa melodramatis. Satu, saat menyadari nama Anda tidak ada di daftar dengan nilai terbaik. Kedua, saat menyadari bahwa anda bukan pengantin wanita dari pria mu sendiri; dan ketiga, melihat wajah yang akrab tetapi hubungan Anda satu sama lain tidak baik atau akrab.

Nayla memiliki kekasih tampan dan memiliki latar belakang keluarga yang baik. Setelah lulus dari universitas, Nayla mendapatkan pekerjaan di Kota A sementara kekasihnya bekerja di perusahaan keluarganya. Mereka berdua telah berencana membeli apartement sebelum pernikahan, karena apartement ini dekat dengan kantornya. Maka Nayla lah yang menempatinya meski terkadang Ray akan menginap saat ada keperluan di wilayah itu dan lihatlah apartement ini kini telah menjadi sarang cinta Ray dengan betina lain, menakjubkan.

Pada hari yang sama dia kehilangan dokumen proyeknya, tunangannya juga dicuri. Oleh Elena, yang selalu menatapnya dengan penuh rasa persaingan sejak dia muda. Nayla merasa keberuntungannya hari ini benar-benar buruk karena semua peristiwa yang terjadi khususnya adegan langsung di depannya sekarang.

"Nay!" Ekspresi Ray berubah ketika melihat Nayla di ambang pintu apartement. Ray segera mendorong Elena menjauh dan pergi ke sisi Nayla sebelum mengambil barang bawaannya.

"Bukankah kamu akan kembali besok siang? Apakah perjalanannya melelahkan? " Nayla meliriknya sekali tetapi dia tetap diam saat tatapannya pergi ke Elena yang masih duduk di sofa. Elena mengangkat dagunya yang runcing dan tersenyum pada Nayla, "Lama tidak bertemu, Nay." Tampak wajah penuh rasa kemenangan dan bangga.

Nayla merasa pening. Nayla tidak tahu betapa berbedanya pemikiran wanita ini dibandingkan dengan pemikirannya. Bagimana ia begitu bangga menjadi seorang selingkuhan? seolah-olah itu adalah sesuatu yang mulia. Dia juga tidak bisa mengerti betapa tidak malu seorang pria yang masih bisa bertindak tidak bersalah ketika tertangkap basah. "Belum lama. Bukankah kita sering bertemu sebelum lulus?" Nayla membalas senyumannya dan perlahan meminum segelas air di dapur yang menghadap ruang tengah.

Terlihat seolah-olah dia tidak menyadari ekspresi Ray yang semakin gelisah.Nayla bertanya,"Di mana Anda saat ini bekerja?"

"Kamu masih belum tahu?" Elena tertawa ringan saat jari-jarinya yang indah menutupi mulutnya dan mengungkapkan ekspresi genit, "Saya bekerja di perusahaan keluarga Ray. Saat ini saya adalah sekertarisnya. "

Nayla tersenyum menanggapi dan meraih kopernya untuk mengeluarkan sekotak kecil coklat kopi, sebelum memberikan kotak itu kepada Ray, "Ini yang Anda ingin nikmati dari Kota M."

Detak jantung Ray berangsur-angsur menjadi tenang saat dia melihat senyum di wajah Nayla. Dia hanya bermain-main, itu bukan masalah besar. Pria mana yang tidak bermain-main sesekali. Selain itu, wanita yang bertanggung jawab atas rumah, istri masa depannya, hanya Nadya. Jaminan ini seharusnya cukup untuk Nayla merasa puas.

Setelah merapikan koper, Nayla menyisir pinggirannya ke samping sebelum sedikit mengangkat dagunya, "Raynan Erfa. Saya, sebagai seorang wanita, tidak menginginkan Anda. Kotak teh kopi yang baru saja kuberikan padamu, anggap itu sebagai hadiah perpisahan. Silahkan melanjutkan permainan boss dan sekertaris anda."

Nayla memandang Ray lalu ke wanita lain, "Elena, karena kamu menyukai hal-hal bekas ku, maka aku akan murah hati memberikan pria ini kepadamu." Setelah berbicara dia pergi dengan barang bawaannya dan tidak pernah melihat ke belakang.

Satu-satunya hal yang membuatnya merasa baik hari ini adalah surat bank dan KTP-nya sudah ada di dalam kopernya dan cara dia pergi tidak terlihat terlalu buruk seperti wanita-wanita dalam drama saat mereka menyadari tunangan mereka selingkuh.

"Nayla," Ray tidak pernah mengira Nayla akan bereaksi seperti ini dan ia buru-buru mengejarnya sebelum menarik tangannya, "Aku hanya bermain-main dengan wanita itu. Jangan menganggapnya terlalu serius."

"Bermain-main sampai kalian berdua berpelukan dan bermain bibir?" Nayla melepaskan tangannya dari Ray dengan jijik dan mencibir dalam benaknya. Itu diketahui semua orang ketika Ray lah yang mendekati dia di Universitas. Dia berpikir bahwa pewaris ini akan berbeda dengan dari pewaris lainnya yang hanya tahu cara membuang-buang uang dan bermain-main dengan wanita. Tapi sekarang, dia tahu dia tidak berbeda. Saat itu, matanya pasti buta tetapi karena sekarang dia akhirnya bisa melihat semuanya dengan jelas.

Ray tahu seperti apa temperamen Nadya tapi melihat bahwa dia tidak memberinya pengertian apapun, perasaannya berubah menjadi jelek, "Jangan marah, Elena yang melemparkan dirinya ke arahku. Dia tidak bisa dibandingkan denganmu."

"Seorang wanita yang menyerahkan dirinya pada mu dan kau masih menerimanya. Lalu apa yang masih membuatmu pantas untuk bersamaku? Pernahkah aku juga menerima pria lain yang melemparkan diri pada ku? " Nayla mencibir pria tidak malu ini dan melihat Elena, Nayla berjalan melewati ambang pintu dengan ekspresi jelek. "Menurutku kalian berdua ditakdirkan untuk menjadi pasangan. Jangan mendekatiku, kamu akan mencemari udara dan pemandangan di sekitarku. "

Ray melihat bahwa Nayla tidak dapat dibujuk membuat wajahnya mendung, "Nayla, jangan berasumsi bahwa saya akan selalu mendengarkan dan mengalah kepada kau. Jika kau pergi hari ini, maka jangan pernah kembali. "

Nayla meliriknya dengan ejekan dan berjalan menuju pintu masuk lift dan menekan tombol turun. Sebelum masuk lift ia berbalik ke arah Ray, "Hari ini, setelah saya pergi, bahkan jika kau memohon kepada saya, saya tetap tidak akan pernah kembali. Jadi pergilah, bangsat!"

***

Begitu dia meninggalkan lingkungan apartement itu, Nayla naik taksi dan dengan lelah menutup matanya. Dia mengenang saat-saat yang dia habiskan bersama Ray. Dia dan Ray telah bersama selama dua tahun terakhir. Banyak teman kuliahnya yang iri padanya karena memiliki pacar yang kaya dan tampan. Pada era ini, di mana tanah dan emas dihargai, Keluarga Ray memiliki vila dan perusahaan. Dalam padangan dan otak banyak wanita, pria seperti ini jelas akan menjadi suami yang menguntungkan.

Saat di masa lalu, pria kaya itu biasa membelikannya sarapan setiap pagi dan akan menemaninya dalam sesi belajar mandiri setiap sore. Pada akhirnya, dia membangun hubungan dengan pewaris ini yang juga mudah menarik banyak gadis lain. Hanya saja, dia tidak pernah menyangka bahwa hubungannya dengan pria itu akan berakhir seperti ini ketika satu tahun bahkan belum berlalu sejak kelulusannya.

Seperti yang diharapkan, pria yang kaya dan tampan tidak bisa diandalkan. Nayla menurunkan tangannya dan melihat pemandangan malam di luar dari jendela, lampu jalan yang redup menambah suasana melodramatis.

Nayla menunduk. Mulai sekarang, ketika mencari pria, lebih baik menemukan orang yang jujur, tulus dan biasa karena setidaknya dengan cara itu dia akan merasa nyaman bahkan di dunia yang mana banyak wanita simpanan berkeliaran.Ketika Nayla turun dari taksi, dia mendengar suara temannya, "Nay Nay."

Dia mengangkat kepalanya dan melihat sahabatnya dari universitas, Dewi, melambai gembira padanya. Hidung Nayla mulai terasa menyengat dan dia bergegas menuju temannya, " Wiwi wiu."

"Apakah aku akan membunuhmu jika tidak mengejek namaku selama satu hari," Dewi mengambil koper Nayla dan kemudian menarik pipi halus Nyala dengan gemas, "Ayo naik."

***

Ketika mereka berdua akhirnya beristirahat di tempat tidur, Dewi bertanya dengan hati-hati, "Apa yang terjadi antara kau dan Ray?"

Nayla melebarkan matanya dan menatap langit-langit, "Kami putus. Aku baru saja kembali dari Kota M dan kebetulan melihat Ray dan Elena berciuman dan melupakan ku yang sudah berdiri di ambang pintu." Nayla tertawa getir, "Itu sebabnya aku mencampakkannya."

"Ini Elena lagi hah! cewek murahan satu ini!" Dewi duduk dengan marah. "Kenapa kau endak gampar itu pasangan selingkuh? Apa yang kau pikir!"

Nayla juga duduk dan mengangkat alisnya, "Tanganku akan sakit jika ditampar. Pokoknya, putus sekarang lebih baik daripada bercerai setelah menikah. " Dia melihat cincin pertunangan yang dia kenakan di tangan kanannya sebelum melepasnya. "Ngomong-ngomong, kalau cincin ini dijual, menurutmu berapa harganya?"

Dewi dengan hati-hati memperhatikan cincin berlian itu dan menyimpulkan, "Berlian ini enggak kecil, harusnya punya nilai lumayan kalau di jual."

"Oh," Nayla mengelus dagunya dan meletakkan cincin berlian di meja samping tempat tidur dan berbicara setelah beberapa saat, "Kalau begitu aku cukup beruntung."

"Apa kau tau tentang reuni fakultas besok?" Dewi segera mengubah topik setelah melihat ekspresi Nayla yang tidak benar dan menyodok dahi Nayla, "Aku dengar 'Suami Idaman Universitas' kami juga bakal dateng ke reuni."

"Siapa yang kau sebut 'Suami Idaman' kami ini, wi?" Nayla bertanya dengan heran.Dewi terus menyodok dahi Nayla dengan frustasi, "Kating kita, Hardinata, lebih tua dari kita dua tahun, Nata! Nata, yang terkenal itu loh. Setiap semester dia dapat beasiswa juga presiden Badan Eksekutif Mahasiswa and yang paling tampan dalam sejarah Universitas kita. Aku denger dia sekarang ini ngelola perusahaan publik."

Kekaguman Dewi pada Nata ini membuat Nayla gemetar. Dia menepis tangan Dewi dari dahinya. "Hardinata, Nata...." Memijat area yang sakit karena tusukan jari

Dewi kemudian dia berkata dengan tenang, "Saya tidak mengenalinya. Wiwi wiu, menjadi tergila-gila akan mempengaruhi citra 'wanita anggung' anda. "

"Sobat ku yang paling baik Nayla, akan ada hari ketika kamu mati karena informasi yang tidak memadai!" Dewi mengatupkan bibirnya.

Nayla mengangkat alisnya, "Orang biasa yang tinggal di tempat-tempat berita atau gosip tidak beredar, tidak akan tertekan oleh kalimat itu."

"Ini tahun 2021, kamu tidak akan berhasil kalau buta informasi kayak gini!" kata Dewi dengan muram.

Nayla mengangkat lengan rampingnya, menyibak rambut panjangnya ke belakang telinga, "Bahkan jika ada gosip kau membeli perusahaan wiski, aku tetap tidak akan perduli."

"Nay, kau benar-benar gak tahu siapa kating kita ini? Hardinata, Nata!" Dewi masih belum menyerah membuat Nayla mengingat kakak tingkat mereka yang sepektakuler ini.

Nayla merasa sedikit sungkan ketika melihat Dewi yang tak percaya dan dia merasa malu karena tidak mengetahui siapa ini Hardinata, "Apakah aku harus tahu siapa ini orang?" Dewi meletakkan tangan di dahinya yang sedikit pening karena ingatan dangkal Nayla, "Apa kamu enggak ingat Kating Nata yang jadi Komisi Disiplin Fakultas di tahun pertama ketika kau baru saja masuk universitas?"

Nyala dengan serius mencoba mengingat, "Aku cuman ingat ada seorang Kating cowok yang membimbing aku setengah jalan ke asrama kita sebelum pergi gitu aja. Itu ngebuat aku harus nyari jalan ke asrama hampir seharian. Pengalaman yang membagongkan!"

Wajah Dewi menegang karena senang Nayla mengingat Kating ini, "Lalu, apa kau ingat acara yang diadakan Prodi Hubungan Internasional pada semester terakhir tahun pertama kata dan Kak Nata memberi kamu beberapa arahan?"

Nayla dengan sungguh-sungguh memikirkan kembali, "Kau sedang berbicara tentang orang yang mengatakan bahwa aku menggambar pemandangan yang buruk?" Sayangnya, Nayla tidak ingat seperti apa rupa orang itu dan hanya ingat bahwa seseorang telah memberitahunya bahwa gambar pada posternya tidak memiliki cukup bagus. "Lalu bagaimana dengan semester pertama tahun kedua? Di acara makrab kamu tertidur mirip babi, siapa orang yang menggendongmu kembali ke asrama ?! " Dewi hampir meraung pada saat ini, melihat Nayla belum benar-benar ingat 'Suami Idaman' di Universitas mereka.

Nayla melebarkan matanya kaget, "Maksudmu orang yang, menggendongku kembali ke asrama itu Kak Nata?"

Dewi yang melihat Nayla akhirnya tercerahkan dan dengan senang hati bertanya, "Kamu ingat?"Nayla mengangguk dengan keras, "Aku ingat bangun di pagi dengan benjolan di kepala saya. Dia pasti orang yang menyebabkannya kan!" Nayla mendesah dalam hati. Benar saja, pria kaya dan tampan tidak bisa diandalkan. Jika mereka bisa, lalu mengapa dia mendapat benjolan di kepalanya.

Dewi menyerah berkelahi verbal dan menepuk kepala Nayla, "Nak, pergi tidur." Nayla menepuk bahu Dewi untuk menghiburnya juga. "Cukup, jadilah baik dan berhentilah memikirkan pria tampan ini. Besok, aku akan menemanimu berbelanja, oke? " Dewi menatap Nayla dalam diam. Dewi tau, terlalu banyak peristiwa yang menguras mental Nayla hari ini. Nayla segera berbaring dan meraih selimut, memejamkan mata untuk tidur.

Besok hari pertama ia menjadi seorang pengangguran.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Shawty Ajeng
Gregetttt bangettt
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status