Home / Romansa / Istri Jahat Presdir / Takdir yang Tidak Adil

Share

Takdir yang Tidak Adil

Author: Queen Moon
last update Last Updated: 2021-03-20 06:33:06

Yuriel berlari kencang menembus kerumunan orang di klub tanpa menoleh ke belakang, berlari keluar dari tempat jahanam itu.


"Berhenti!" Dua orang berjas hitam masih mengejarnya di belakang.


Yuriel panik dan terus berlari tanpa menoleh, menyebarang jalan sepi. Tidak ada lagi mobil lewat di jalanan sepi.

Dia berhenti di tengah jalan ketika napasnya sudah mencapai batas. Dia tidak bisa berlari lagi.


 Tiiinnn!


Sebuah mobil dengan cahaya lampu menyilaukan membunyikan klakson kencang. Yuriel membelalak ketika mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi dan menabrak tubuhnya, sebelum berbelok menabrak pohon besar di pinggir jalan.


Sementaranubuh gadis itu terpanting di aspal jalan. Darah segera mengalir dari keluar dari tubuhnya.


Dua orang yang mengejar Yuriel terpaku menyaksikan kecelakaan itu. Mereka berdua saling pandang sebelum berbalik melarikan diri.


Yuriel mengerjap-ngerjapkan matanya masih setengah sadar. Dia meringis merasakan seluruh tubuhnya seperti diremukkan.


Dengan susah payah dia mengalihkan pandangannya ke samping. Dalam pandangan buram dia dapat melihat sebuah mobil silver yang menabrak pohon besar.


Bagian depan mobil itu rusak parah. Pintu depan mobil setengah lepas dari engselnya dalam keadaan terbuka dengan kaca jendela hancur berkeping-keping.


Duduk di kursi pengemudi, terlihat seorang wanita yang tidak sadarkan diri dalam kondisi bersandar di jok. Gaun putih gading wanita itu berlumuran darah. Tangannya terkulai di sisi tubuhnya.


Yuriel mengerjap-ngerjapkan matanya untuk memperjelas penglihatannya. Setelah beberapa saat, pupil matanya bergetar. Napasnya tercekat di tenggorokan.


Tidak!


Mulut Yuriel terbuka hendak mengatakan sesuatu di tengah napasnya yang terengah-engah. Air mata mengalir di sudut matanya saat dia bergumam lirih memanggil nama wanita itu.


“Yu ... Yunifer!”

Wajah wanita itu sangat akrab dalam kepalanya. Wajah yang selalu dia lihat ketika bercermin.


“Yun ... nifer ....”


Napasnya putus-putus Dari ujung matanya dia dapat melihat api merambat di sekitar mobil itu. Yuriel mengerahkan kekuatannya mencoba untuk bangkit dari genangan darahnya, namun justru rasa sakit luar biasa yang dia dapatkan. Dia bahkan tidak bisa menggerakkan ujung jarinya.


“Ku ... moh ... hon!” Yuriel melihat dengan putus asa ke arah wanita dalam mobil itu ketika api mulai membesar.


Yunifer!


Pandangannya mulai memburam. Hal terakhir yang dia ingat adalah api besar membakar mobil itu diikuti suara ledakan sangat memekakkan telinga, lalu semua menggelap.


***

“Riel! Riel! Riel.”


Sosok gadis kecil berusia sepuluh tahun berlari dengan gembira menghampiri gadis yang duduk di ayunan.


Dia memiliki wajah yang sama persis dengan gadis yang duduk di ayunan.

Riel adalah nama panggilan Yuriel, mendongak dan tersenyum kecil melihat senyum penuh kebahagiaan di wajah saudarinya.


“Aku diadopsi! Riel, aku diadopsi! Aku akan memiliki keluarga.”


“Selamat ya Yunifer.” Yuriel tersenyum, lalu tertunduk dengan lesu.

Gadis kecil dipanggil Yunifer itu terdiam. Senyum kebahagiaan di wajahnya perlahan memudar. Dia terlalu bahagia hingga lupa memerhatikan perasaan Yuriel.


Dia memahami pikiran Yuriel. Bagaimana pun mereka adalah saudara kembar. Yunifer menunduk memandang muram sepatu lusuh yang dikenakannya.

“Aku dengar hanya aku saja yang diadopsi. Tapi jangan khawatir aku akan membujuk orang tua angkat untuk membawamu juga,” ujarnya meraih tangan Yuriel penuh tekad.

Yuriel langsung mengangkat kepalanya dan menggeleng.


“Jangan, kita tidak boleh merepotkan orang tua angkatmu.”


“Tapi aku mau kita tetap bersama.” Yunifer cemberut dengan mata berkaca-kaca.


Yuriel hanya tersenyum sedih dan menggenggam tangannya.


“Tapi tidak mudah untuk mendapat orang tua angkat. Kau tahu sulit bagi anak-anak di sini untuk diadopsi. Kamu jangan sedih hanya karena kamu satu-satunya yang diadopsi.”

Sejujurnya dia tidak ikhlas. Yunifer adalah satu-satunya saudara kandungnya dan mereka tidak pernah berpisah selama ini.


Tetapi ada orang mengadopsi Yunifer karena menyukai sifatnya yang ceria. Sayang kedua orang tua itu tidak bisa mengadopsi mereka berdua sekaligus.


Orang tua angkat Yunifer hidup berkecukupan dan memiliki penghasilan pas-pasan. Mereka hanya sanggup membesarkan satu anak.


Yuriel merelakan adiknya karena itu yang terbaik untuknya.


Air mata Yunifer mengalir.


“Jangan khawatir. Kita pasti akan bertemu lagi.” Yuriel menghapus air mata adiknya.


“Baik kak, saat aku besar dan sukses nanti, aku pasti akan membawamu bersamaku.”

Yunifer tersenyum lebar memamerkan deretan gigi putihnya. 

Orang tua angkat Yunifer datang untuk menjemputnya. Yuriel hanya bisa menyaksikan saat saudari kembarnya dibawa pergi oleh orang tua angkatnya.

Yunifer berbalik dan melambai padanya sebelum masuk ke dalam mobil silver orang tua angkatnya.

Yuriel menyaksikan saat mobil yang dinaiki Yunifer berjalan meninggalkan panti asuhan. Tiba-tiba sebuah truk melaju dan menabrak mobil itu.

Mata Yuriel membelalak kala mobil silver itu terbakar dalam ledakan keras

“Tidaaak! Yunifer!”

Yuriel tersentak bangun. Dia terengah-engah, matanya terbuka lebar-lebar menatap langit-langit putih di atasnya.

Mimpi buruk, pikirnya. Sekujur tubuh basah oleh keringat.

Setelah beberapa saat menenangkan napasnya, Yuriel mengerjap menatap ke sekelilingnya. Dia tampak berada di sebuah ruangan bercat dinding putih dengan bau obat-obatan yang menusuk penciumannya.

Ini rumah sakit, batinnya memejamkan matanya dan menenangkan napasnya yang tidak beraturan. Bunyi monitor yang memantau organ vitalnya bergema di kamar rawatnya menunjukkan pergerakan organ vitalnya.

Sunyi.

Tidak ada siapa pun di kamar rawatnya. Hanya suara gema monitor mengisi keheningan kamar. Yuriel sudah terbiasa dengan kesunyian seperti saat dia tinggal sendiri di kamar kosnya dengan ditemani suara jam yang berdetak detik demi detik.

Dia tidak membutuhkan siapa pun untuk menemaninya. Dia sudah terbiasa sendirian. Namun sekarang kesendirian ini sangat mencekiknya.

Yuriel tiba-tiba membuka matanya.

Tidak! Dia tidak sendiri. Dia masih memiliki Yuriel, saudara kembarnya yang selalu dirindukannya.

Gadis itu bangkit dengan terburu-buru. Seketika pening menyerang kepalanya. Yuriel menggelengkan kepalanya mengusir pening. Dia mencabut infus di tangannya lalu turun dari ranjang.

Seketika rasa sakit menyerang sekujur tubuhnya. Yuriel jatuh terduduk gemetar di lantai. Tapi dia tidak peduli dengan luka-lukanya yang belum sembuh pasca kecelakaan.


Sambil memegang lengannya yang dibalut gips, dia bangkit dan berjalan keluar dari kamar rawatnya dengan menopang di dinding.

Seluruh wajah Yuriel pucat pasi dengan keringat dingin mengalir keluar melalui pori-pori kulit menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Tapi dia tidak memedulikannya. Hanya ada Yunifer, saudara kembarnya di kepalanya.

Yuriel tidak bisa melupakan gambar api besar membakar mobil dan suara ledakan yang memekakkan telinga. Dia memejamkan matanya membiarkan air matanya mengalir. Bibirnya bergetar menyebut nama saudarinya.

Yunifer, kau juga selamatkan?

Yuriel jatuh terduduk di lantai lorong rumah sakit. Dia tidak memedulikan pandangan aneh orang-orang di lorong itu. Seluruh tubuhnya bergetar, air mata perlahan mengalir di pipinya.

“Nona, apa kau baik-baik saja? Sini saya bantu.” Salah satu perawat menghampirinya dan memegang lengannya, membantunya untuk berdiri.

Yuriel menepis kasar tangannya. Dia berdiri dengan susah payah. Suster itu mencoba membantunya tapi Yuriel menepisnya sekali lagi

“Nona, kondisi Anda sangat buruk.”

“Enyah!” Dia membentak suster itu.

Yuriel merasakan kebencian terhadap orang-orang di sekitarnya.

Dia tidak membutuhkan bantuan siapa pun! Mereka tidak akan pernah mengulurkan tangan padanya bahkan jika dia memohon.

Wajah Yuriel memucat, napasnya terengah-engah. Pandangannya terlihat kabur. Dia terus tidak memedulikan hal itu.

Yuriel menggelengkan kepalanya. Dia ingin cepat-cepat bertemu dengan Yunifer. Hanya dia satu-satunya keluarganya dan orang yang paling dia pedulikan.

Yuriel tidak bisa berjalan lebih jauh lagi. Pandangannya semakin memburam. Tubuhnya terhuyung ke depan. Sebelum dia jatuh ke lantai, sebuah tangan kekar menahan tubuhnya.

“Apa lagi yang coba kau lakukan!”

Suara itu sedingin es, dan penuh dengan kemarahan yang tersembunyi menyapa pendengaran Yuriel.

Dalam pandangan buram dia melihat wajah tampan seorang pria menatapnya dingin.

“Kau siapa?”


Hanya itu yang dikatakannya sebelum kehilangan kesadaran.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Tety Nora Simanjuntak
kerennn novelnya
goodnovel comment avatar
Hafidz Nursalam04
ajjwjwjwkwkwllw
goodnovel comment avatar
Nabila Salsabilla Najwa
Bagus ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Jahat Presdir    Akhir

    Pernikahan Yuriel dan Aleandro bertempat di sebuah hotel pinggir pantai. Dekorasi pesta di dekor dengan serba putih dan dihias bunga Lily tulip seperti taman khayangan. Altar pengantin dibuat menyerupai gapura bunga. Para tamu sudah duduk di kursi mereka masing-masing. Keluarga Aleandro berbincang keluarga Flint yang hadir. Di altar sosok Aleandro berdiri dengan gagah dalam balutan setelan putih. Rambut hitamnya disisir rapi ke belakang. Dia sangat tampan hari ini. Banyak wanita maupun gadis-gadis muda mencuri-curi pandang ke arahnya. Terdengar dentingan piano di mainkan, dan semua orang berdiri melihat ke arah sosok pengantin berdiri di ujung jalan menuju altar. Yuri menjadi pendamping mereka, berdiri di depan sambil memegang keranjang berisi bunga. Dia menaburkan bunga di sepanjang jalan. Lewis secara pribadi menuntun Yuriel menyusuri jalan mengantarnya menuju ke altar, di mana Aleandro menunggu. Le

  • Istri Jahat Presdir    Hari Pernikahan

    Ginny mendorong dada Lewis untuk melepaskan pelukannya.Lewis membeku, menatapnya dengan mata membelalak.“Ka-kamu …. Dari mana kamu ….” Dia tidak melanjutkan kata-katanya. Terdiam menatap air mata mengalir dari mata hijau wanitu.“Aku sudah tahu kamu membunuh kakakku dan mengambil jantung keponakanku untuk menyelamatkanku. Meski aku berterima kasih padamu sudah menyelamatkan aku, aku tidak bisa hidup dengan perasaan bersalah ini seumur hidup.”Ginny terisak memejamkan matanya membiarkan air matanya mengalir di pipinya. Dia menarik napas dalam-dalam dan mendongak menatap Lewis.“Aku tidak hidup bersamamu. Lewis, kamu pembunuh, berdarah dingin dan egois. Aku tidak bisa memaafkanmu karena sudah membunuh kakakku. Setiap bersamamu terasa mencekikku dan membuatku sangat muak.”Lewis terdiam sambil mengepalkan tangannya, menatap tanpa daya wanita di depannya.“Maafkan aku,” ujarn

  • Istri Jahat Presdir    Seorang Lewis Flint

    Para pengawal Ludwig langsung bersiaga melihat Lewis menerobos pengawalan Raja. “Tuan Anda tidak bi—” Lewis meraih tangan seorang pengawal yang mencoba menahannya dan membantingkannya ke lantai. Pengawal Ludwig langsung mengeluarkan senjata mereka mencoba menghentikan Lewis mendekati Ludwig. “Berhenti atau kami akan menembak—!” Lewis dengan cepat menjatuhkan senjata pengawal terdekat dan mengalahkan mereka dengan keterampilan bertarungnya. Anak buah Lewis juga membantunya mengalahkan pengawal Ludwig. Senjata mereka dilempar jauh dan mereka terlibat pertarungan fisik. Terjadi kekacauanya di bandara akibat pertarungan mereka. “Gawat, keadaan darurat. Cepat kirim petugas keamanan. Terjadi perkelahian di tempat ini.” “Tuan-tuan mohon berhenti. Kalian tidak bisa berkelahi di tempa ini.” Para stas bandara panik dan memanggil keamanan untuk menghentikan mereka. Ludwig menatap dingin Lewis yang bertarung dengan pe

  • Istri Jahat Presdir    Salam Perpisahan

    “Ibu, aku harap kamu akan bahagia.” Yuriel memeluk Ginny erat, sangat enggan melepaskannya.“Jangan khawatir,” ucap Ginny balas memeluknya dengan erat sebelum melepaskannya.“Apa yang kamu rencanakan setelah aku pergi? Apa kamu akan tinggal bersama ayahmu?” tanya Ginny khawatir sambil mengelus rambut Yuriel.“Jangan khawatir Bu, aku akan membawa Yuriel dan anak-anak kembali ke Capital. Kami tidak akan tinggal bersama Lewis. Aku berjanji akan mencintai dan menjaganya.” Aleandro yang menjawab sambil memeluk pinggang Yuriel dan menatap Ginny dengan tatapan tegas.Ginny menoleh menatap Aleandro dan tersenyum.“Syukurlah. Aku tidak akan mencemaskannya lagi. Aku harap kamu akan menepati janjimu.” Ginny menghela napas memandang Yuriel dan Aleandro.“Aku harap kalian selalu bahagia. Terutama kamu Yuriel, jangan bersikap keras kepala dan perlakukan Aleandro dengan lebih baik. Kamu tida

  • Istri Jahat Presdir    Keputusan

    “Apa yang kamu lakukan?!” Dia meringis merasakan hidungnya sakit usai menabrak dada keras Aleandro.Aleandro menarik pinggangnya untuk semakin menempel di tubuhnya.“Apa Freyan sudah tidur?” tanya menunduk menatap Yuriel dengan tatapan panas.“Ya, kenapa?” Yuriel tersipu dan menghindari tatapan panasnya.Aleandro menyeringai dan menunduk untuk berbisik di samping telinganya.“Kalau begitu waktunya kamu menjadi milikku. Sayang mari kita mandi bersama,” bisiknya dengan suara rendah mulai menurunkan jubah mandi Yuriel.Wajah Yuriel memanas. Dia menahan tangan Aleandro dan mendorong dadanya dengan malu-malu.“He-hentikan, aku sudah mandi. Mandilah sendiri. Aku tidak bisa meninggalkan Freyan lama. Bagaimana kalau dia terbangun dengan suara berisik kita,” ujarnya tersipu malu.“Jadilah baik sayang. Bocah itu sudah tidur, dia tidak bangun. Aku akan melakukannya dengan c

  • Istri Jahat Presdir    Like Father Like Son

    Freyan melepaskan dada ibunya dan menangis keras. Tangisannya mengagetkan Yuriel. Dia dengan cepat membujuknya.“Sayang, sayang, kenapa kamu nangis?” ujarnya cemas mencoba membujuk Freyan dan menyusuinya lagi.Namun Freyan tidak berhenti menangis dan tangisannya semakin keras. Yuriel cemas dan memeriksa apa putranya buang besar.Dia berbalik untuk meletakkan Freyan di atas tempat tidur. Dia menoleh melihat Aleandro. Tatapan tajam pria itu tertuju pada putranya.Yuriel menunduk menatap putranya yang menangis dan Aleandro yang memelototi Freyan. Dia seketika marah.“Aleandro Gilren, apa kamu menakuti putraku!” seru Yuriel memarahinya.Freyan terisak kecil di pelukan ibunya, tampak seolah merasakan ibunya membelanya dan memarahi ayahnya.“Bagaimana aku bisa menakutinya? Bocah itu terlalu manja.” Aleandro berkata dengan enggan dan memelototi Freyan.Tangisan bayi kecil itu mengeras.Yuriel

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status