Di malam yang begitu hening, seorang pria sedang mondar-mandir dengan perasannya yang bimbang ditambah ponselnya terus berdering menimbulkan suara bising di telinganya. Dengan cepat Felix meraih ponsel yang berada di atas kasur, lalu dimatikan ketika melihat gagang pintu bergerak. Revalina yang saja masuk pun memandangnya dengan heran. Felix sedikit memalingkan wajahnya, ia pikir kalau yang datang adalah ibunya. Sedangan, Revalina bersiap untuk tidur di tempat biasa. Namun, aktivitasnya justru dihentikan Felix dengan menarik tangannya agak kasar. "Adakah yang bisa saya bantu?" tanyanya. "Hari ini adalah pesta ulang tahunnya Raisa," ungkapnya. "Kalau begitu pergi dan datang ke tempat pestanya, pasti Mbak Raisa menunggu Bapak." Felix tidak bisa datang ke tempat di mana Raisa mengadakan pesta karena hari sudah malam dan hari libur kantor juga. Ia tidak bisa pergi begitu saja, tidak ada alasan yang kuat jika ibunya bertanya. Maka dari itu, Felix membutuhkan bantuan Revalina untuk i
Dari kejadian yang membuat pesta ulang tahunnya Raisa rusak, sampai detik ini Felix belum juga dapat berbicara dengan kekasihnya itu. Tentu saja membuatnya setengah gila, ya Felix kalau sudah jatuh cinta memang tidak main-main begitupun jika sudah benci. Jadi, jangan coba-coba untuk membuat pria seperti itu kecewa atau akan ia tidak akan menerima orang itu kembali. Revalina yang meminta maaf pun tidak dianggapnya, ia hanya diam saja. Tidak ada akting yang biasa mereka mainkan di rumah itu. Semuanya begitu sepi, bahkan Vina pun merasakan ada yang hampa di hatinya. Ia tidak lagi melihat mereka begitu mesra seperti sebelumnya, ini adalah hal yang aneh. Rasa penasarannya membuat wanita itu mengintrogasi menantunya. Pertanyaan yang tiba-tiba saja dilayangkan oleh Vina membuat Revalina gelagapan karena tentu saja ia tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Felix. Namun, jawaban itu tidak berhak diketahui oleh Vina yang justru akan membuat bertambah masalah bagi Felix dan juga dirinya. "Ken
Melihat suami sekaligus bosnya yang setiap hari merana, Revalina tidak tega dengan keadaannya sehingga menemui Raisa. Padahal, sebelumnya Felix sudah melarang untuk tidak ke rumah kekasihnya, tetapi Revalina tidak mau mendengarkan, ia tetap bersih keras dengan caranya yang satu ini. Di hadapan Raisa, ia meminta maaf karena sumber kekacauan hubungan mereka adalah karenanya. Raisa yang sombong hanya menyunggingkan senyumannya saja dengan kedua tangan yang sengaja dilipat di dada. "Mbak boleh menghukum apapun pada saya, tapi jangan menghukum Pak Felix. Kasihan dia, Bapak sangat mencintai Mbak." "Hey gadis bayaran, ternyata kamu polos juga, ya. Ok, kalau begitu kamu tinggalkan Felix sekarang juga baru saya akan memaafkan dia." Itu adalah hal yang tidak mungkin bisa dilakukan oleh Revalina secara sepihak karena sudah menandatangani kontrak, sementara hartanya belum jatuh ke tangan Felix, bagaimana mungkin Felix akan melepaskan gadis itu secara cuma-cuma. Setelah kembali dari kediaman
Sudah lama, Felix tidak kunjung bisa bertemu kekasihnya yang membuat ia terus menjadi seperti orang hilang akal. Kini, Raisa sendiri yang mengajaknya bertemu di kafe. Tepat usai pelaksanaan bertemu dengan orang-orang penting kala bersama Revalina itu. Felix juga masih membawa istrinya ke tempat tersebut, hanya saja Revalina menunggunya di mobil. Jika saya memulangkan gadis itu secara mendadak sedangkan dirinya kembali pergi tentu saja akan menimbulkan banyak pertanyaan dari Vina. Felix langsung memeluk kekasihnya dengan erat karena sudah lama tidak bertemu, tetapi Raisa justru melepas paksa pelukan kerinduan itu. Felix menyentuh lengan gadis itu sambil meminta maaf, tetapi kata maaf yang keluar dari mulut pria itu tidak diterimanya. "Raisa, hal kemarin hanya salah paham. Kamu tahu sendiri kalau Revalina adalah perempuan yang paling disayangi oleh ibuku, kalau sampai dia terluka tentu ibuku akan meah padaku." "Aku gak peduli sama alasan yang kamu buat saat ini, kamu tahu ada hal ya
Vina mengatakan pada anaknya bahwa mulai Sekar Felix harus memberikan makan dan semua keperluan untuk Revalina karena sedang sakit. Felix sangat keberatan dengan perintah tersebut karena memang ia tidak menyukai Revalina, ia bersamanya hanya karena kesepakatan saja. Namun, demi membuat ibunya percaya kalau dirinya sangat mencintai istrinya. Felix pun melakukan semua yang dibutuhkan oleh Revalina, Vina yang melihatnya pun sangat senang karena pada akhirnya Felix benar-benar telah melupakan Raisa. Akan tetapi, pada saat Vina pergi, Felix mengatakan pada Revalina kalau semua yang dilakukannya hanya untuk membuat Vina yakin pada dirinya saja. Revalina pun mengerti jika saja tidak diberitahu pun. "Tapi terima kasih walaupun Bapak melakukan semuanya demi Nyonya, tetap saja Bapak udah banyak bantuin saya." "Jangan menyia-nyiakan kebaikan saya, kamu harus mengikuti apa yang saya katakan. Saya tidak suka ketika kamu membantah," jelas Felix. Revalina mengakuinya kalau ia memang suka memban
Revalina melihat suaminya baru pulang dari kantor. Ia menunggu suaminya sejak tadi, setelah beberapa menit kemudian ketika Felix istirahat, Revalina mendekatinya membicarakan kalau sudah lama tidak mengajak Felicia jalan-jalan sebaiknya ketika libur tiba harus mengajaknya jalan-jalan. Felix melirik istrinya, ja pikir apa yang dikatakan oleh Revalina ada benarnya juga selama ini ia tidak mengajak Felicia bermain karena terlalu fokus terhadap masalahnya dengan Raisa. Revalina berkata kalau Felix harus bisa memberikan kasih sayang yang lebih besar untuk anaknya. "Kamu tahu apa tentang anak?" tanya Felix yang menyepelekan Revalina karena tidak mungkin tahu tentang mengurus anak. "Saya memang tidak mempunyai pengalaman dalam hal merawat anak, tapi saya tahu pasti apa yang dinginkan seorang anak. Bukan harta atau kedudukan lainnya, anak hanya ingin kasih sayang dari orang tuanya aja." Felix tahu dan mengakui kalau dalam berpikir Revalina jauh lebih dewasa daripada Raisa, padahal usianya
Sore hari, Revalina tengah menyaksikan suaminya yang sedang bertemu sang kekasih. Revalina duduk di bangku kafe yang ajak pojok lumayan jauh dari dua insan yang sedang berbincang-bincang. Felix sangat kesal karena sikap Revalina yang tidak bisa diajak kompromi, padahal sejak awal sudah sepakat membuat rencan tersebut, tetapi pada akhirnya malah bersikap tidak setuju. "Aku gak mau lihat kamu terlalu berlebih-lebihan sama perempuan itu, dia bukan aku. Kamu harus peduli hanya padaku, bukan dia!" "Aku gak pernah berlebihan, kamu aja yang pikirannya berlebihan. Kalau kamu terus-terusan kayak gini, lebih baik kita udahan aja!" Raisa terdiam, tentu ia tidak ingin hubungannya berkahir dengan Felix tanpa mendapatkan apapun. Terpaksa, Raisa meminta maaf dengan mengatakan kalau ia tidak akan mengulanginya lagi. Anggap saja itu sikap cemburu dari Raisa, bukan yang lainnya. "Lain kali aku gak mau lihat sikap kamu yang kayak anak-anak," tegas Felix. "Bukan apa-apa, tapi aku cuma gak mau kehila
Dalam perjalanan pulang, sesekali Felix berbicara sambil melihat ke arah belakang yang terdapat Istri dan anaknya. Felix menegur Felicia untuk tidak mengulangi hal ceroboh, bagaimana mungkin kabur dari rumah demi menemui Revalina yang tidak tahu kemana perginya. Jika tidak segera bertemu dengan keluarga, mungkin saja Felicia diculik orang jahat yang nantinya akan diberikan pendidikan yang buruk. Revalina angkat bicara, "Kasian Felicia, dia masih kecil gak tahu apa-apa." "Ya karena dia gak tahu apa-apa jadi mulai sekarang harus tahu, kalau tindakan itu sangat buruk." Gadis muda itu tahu betul kalau Felix pasti kesal bercampur khawatir terhadap anaknya, begitulah yang dirasakan sosok orang tua yang menyayangi anaknya, jelas tidak ingin terjadi hal-hal di luar dugaan. Hanya saja, bagi Revalina tidak seharusnya Felix terlalu memarahi anak itu karena Felicia belum mengerti apa-apa.Ponsel Felix tiba-tiba saja berbunyi karena Vina menghubunginya setelah tahu kalau Felicia tidak ada di ru