Share

Bab 6 "Percikan Cinta di Tengah Tegarnya Kekuatan"

"Assalamualaikum warahmatullah, Assalamualaikum warahmatullah"

Setelah salam selesai, Faiz berbalik, dan Aisyah segera mencium punggung tangan Faiz, sementara Faiz mencium pipi Aisyah berkali-kali, mengelus rambutnya, dan memeluknya. "Humairaku, mungkin akan banyak masalah yang menghampiri kita, namun kita akan melaluinya bersama. Mungkin juga banyak kebahagiaan yang akan kita rasakan bersama," ucap Faiz dengan penuh kasih.

Faiz melanjutkan, "Humairaku, mungkin di luar sana ada banyak pria yang lebih sholeh dariku, dengan iman yang lebih kuat, dan ketampanan yang lebih. Namun aku merasa sangat beruntung, bisa mendapatkan kasih sayangmu. Percayalah, aku tidak akan pernah meninggalkanmu saat kau jatuh atau sedang terbang tinggi."

Aisyah tersenyum bahagia mendengar ucapan Faiz. "Kak Faiz, dipertemukan denganmu adalah hal paling bahagia bagiku. Terima kasih telah menjadikanku istrimu, dan terima kasih karena telah membuatku percaya bahwa kehilangan bukanlah akhir segalanya."

Mereka saling bertatapan, mendekat, namun tiba-tiba pintu kamar terbuka dan memotong momen romantis mereka. Aisyah, refleks mendorong Faiz sehingga Faiz terjatuh ke belakang.

Umi Fatimah muncul dengan cengengesan, meminta maaf karena mengganggu. Sedangkan Aisyah dan Faiz berusaha menyembunyikan kekacauan di antara mereka.

Sementara Aisyah seperti ketangkap basah, berucap terbata-bata, "Emm, nggak kok, umi. A-Aisyah dan Kak Faiz nggak ngapa-ngapain."

"Ya, Humairaku, kita sudah sah, nggak papa dong kalau ngapa-ngapain," ucap Faiz sambil menggoda Aisyah.

"Aduh, apasih," kata Aisyah sambil memukul lengan Faiz, lalu beranjak keluar dari kamar menuju ruang makan.

Abi Faizal yang sudah duduk di meja bertanya, "Ada apa sih ribut-ribut?"

Umi Fatimah menjawab, "Nggak, Abi. Tadi Faiz mau nyosor Aisyah, tapi keburu umi datang," ucap Fatimah sambil tertawa.

Sementara Aisyah menatap Faiz tajam dan mencubit perutnya, memberi isyarat bahwa Faiz sering menggoda.

Faiz yang mengerti, berucap, "Umi kan kami pengantin baru, ketuk dulu dong sebelum masuk kamar. Kan Faiz nggak jadi nyium Aisyah, malah kena tabok," ucap Faiz sambil bergurau.

"Iya sayang, maafin umi ya. Sudah, ayo makan," ucap Umi Fatimah sambil mengambilkan piring nasi dan lauk-pauk untuk Faizal.

Abi Faizal meminta sayur dan ayam untuk lauknya, sementara Aisyah memperhatikan mereka dan mencontoh Umi Fatimah.

"Kalau Kak Faiz mau makan apa?" tanya Aisyah sambil tersenyum. Kemudian Faiz menjawab, "Aku makan apa pun yang kamu ambilkan untukku, Humairaku."

Aisyah pun tersipu oleh kata-kata Faiz, lalu mengambilkan nasi dan lauk-pauknya.

Mereka semua menikmati makan malam bersama dengan tenang, hanya terdengar dentingan sendok dan garpu.

Setelah makan malam, mereka menuju ruang keluarga untuk sekedar mengobrol. "Jadi, Faiz, kamu tetap mau pindah ke rumah yang baru kamu beli?" tanya Abi Faizal.

Faiz mengangguk, "Iya, Abi. Tapi bagaimana pendapatmu, Humairaku? Apakah kamu mau pindah ke rumah baru kita?" tanya Faiz sambil menatap Aisyah.

Aisyah tersenyum, "Emm, kalau Aisyah sih ngikut Kak Faiz aja."

Umi Fatimah menyahut, "Memang seharusnya begitu, Nak. Kita sebagai istri sebaiknya mengikuti suami. Dan lebih baik lagi kalau kalian tinggal berdua, biar kalian punya privasi. Bukannya umi melarang kalian tinggal di sini, rumah umi dan Abi selalu terbuka lebar untuk kalian," ucap Umi Fatimah lembut.

Faiz mengangguk, "Kami mengerti, Umi. Dan insyaallah besok Faiz akan membawa Aisyah pindah ke rumah baru kami, biar Faiz cepat punya waktu berduaan dengan Aisyah," ucap Faiz sambil bercanda.

Abi Faizal menggoda, "Kalau begitu, Abi minta cucu laki-laki ya, Nak?"

Umi Fatimah ikut meminta, "Ihh, umi maunya cucu perempuan, biar bisa umi dandani."

Aisyah tersenyum kikuk, sementara Faiz menjawab, "Apapun yang Allah berikan nanti, anak perempuan atau laki-laki, kami akan mencintai dan menyayanginya. Dan umi Abi pun harus begitu," ucap Faiz.

Keduanya mengangguk setuju.

Umi Fatimah kemudian membuka suara lagi, "Kamu tahu, Nak, laki-laki adalah layang-layang dan perempuan adalah benang. Tanpa perempuan, laki-laki tak akan menjadi apa-apa. Di balik ketinggian laki-laki, ada kita di baliknya. Putriku, jadilah benang yang berkualitas terbaik. Buatlah layang-layangmu kelak terbang setinggi-tingginya. Karena setinggi apa pun dia terbang, dia selalu terikat olehmu dan akan bergantung padamu. Jagalah dia agar tidak putus dan hilang arah, ingatlah bahwa layang-layang selalu ingin terbang tinggi," ucap Fatimah tulus, menatap Aisyah.

Aisyah kemudian mengangguk, "Aisyah akan berusaha menjadi benang yang kuat, umi," ucapnya sambil memeluk Fatimah.

Setelah cukup lama ngobrol, waktu sholat Isya pun tiba. Faiz dan Aisyah pamit untuk melaksanakan sholat Isya sebelum istirahat, dan diangguki oleh umi dan Abi.

"Humairaku, yuk ambil wudhu," ucap Faiz lembut kepada Aisyah sambil mengelus kepalanya. Saat Aisyah mulai mengambil wudhu, Faiz berkata, "Humairaku, bolehkah aku memberitahumu tata cara wudhu yang benar?".

Aisyah berbalik, "Emang cara aku berwudhu salah ya?" tanya Aisyah. Faiz menggeleng, "Bukan salah, Humairaku, tapi kurang tepat," ucap Faiz lembut. "Jadi ketika kita berkumur-kumur, ini adalah Sunnah untuk dilakukan sebanyak 3 kali. Lalu kita menghirup airnya juga, setengahnya di berkumur-kumur dan setengahnya lagi dihirup oleh hidung kita, atau disebut dengan istinsyakh. Nah, tangan kita ini mengeluarkan air dari hidung yang disebut dengan istinsyahr. Udah paham kan, Humairaku?".

Aisyah mengangguk, "Aku paham," ucap Aisyah antusias diiringi senyuman. Mereka pun berwudhu dan segera melaksanakan sholat Isya.

Setelah selesai sholat, Faiz tiba-tiba berbaring di pangkuan Aisyah, dan mengambil tangan Aisyah menggunakannya sebagai tasbih. Kemudian Faiz bangun, meraih handphonenya, dan kembali berbaring, memotret tangannya dan tangan Aisyah. Lalu Faiz mempostingnya di media sosialnya dan menandai Aisyah.

"Aku senang bisa berbagi tasbih baru denganmu," tulis Faiz sebagai caption dalam postingannya.

Aisyah tersenyum senang, sementara para penggemar mereka memberikan komentar-komentar yang menyenangkan di bawah postingan tersebut.

Setelah itu, Faiz mengajak Aisyah tidur di atas kasur. Faiz membiarkan Aisyah berbaring di lengannya, sementara itu, Faiz melantunkan surah Al-Rahman.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

الرَّحْمَٰنُ

عَلَّمَ الْقُرْآنَ

Setelah Aisyah tertidur, Faiz menatap Aisyah lalu berucap, "Terima kasih, ibu melahirkan sosok yang begitu indah untuk ditemui. Semesta dengan berbagai rencananya, mempertemukan kita sekarang. Entah reaksi energi apa yang sedang terjadi, but I'm so in love with you. Dan ibu Faiz berjanji akan menepati segala ucapan Faiz dan janji-janji Faiz kepada ibu sebelumnya," ucap Faiz tulus.

Setelah mengatakan itu, Faiz ikut menutup matanya, mencium kening Aisyah, lalu memeluknya. Aisyah merasakan kenyamanan dalam pelukan Faiz sehingga ia tertidur begitu lelap.

Namun, lama kelamaan Aisyah tertidur dengan berbagai posisi tidur yang berbeda. Kakinya menjadi di atas, dekat kepala Faiz, dan dengan sabar Faiz membetulkan posisi tidur Aisyah. Namun, tidak lama kemudian kaki Aisyah berada di perut Faiz, dan untuk kedua kalinya Faiz memperbaiki posisi tidur Aisyah. Aisyah menendang Faiz hingga Faiz jatuh dari tempat tidur. Faiz bangkit, memegang pantatnya yang sakit, lalu berucap, "Astaghfirullah, Aisyah ini sangat banyak gerak," ucap Faiz sambil geleng-geleng kepala. Untuk mencegah Aisyah banyak bergerak, Faiz menjadikan Aisyah bantal guling sehingga Aisyah sulit untuk bergerak dalam tidurnya, dan akhirnya Faiz pun ikut terlelap dalam tidur.

Kringgkringkring alarm berbunyi, Faiz terbangun, lalu mematikan alarm itu, dan segera membangunkan Aisyah untuk sholat tahajjud.

"Humairaku, ayo bangun sayang, kita sholat tahajjud yuk?" ucap Faiz lembut, sesekali mencium Aisyah.

"Emmm, kak Faiz aja deh," mata Aisyah nggak mau terbuka, "Aisyah ngantuk," ucap Aisyah, menutup tubuhnya dengan selimut.

"Nggak boleh gitu dong, emang Humairaku ini doanya mau ditunda-tunda juga sama Allah?" ucap Faiz, mencoba membujuk Aisyah.

"Aaa, mata Aisyah sangat berat, kak Faiz nggak bisa bangun!" ucap Aisyah dalam selimut, "Aku gendong deh, ambil wudhunya," ucap Faiz lagi.

"Emmm, airnya sangat dingin, bisa-bisa aku menggigil," ucap Aisyah, beralasan lagi. Namun Faiz punya ide brilian dan membisik tepat di telinga Aisyah, "Kalau nggak bangun, aku unboxing sekarang juga."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status