Home / Rumah Tangga / Istri Kecil Gus Faiz / bab 5 "Di Tengah Duka, Cinta dan Kekuatan"

Share

bab 5 "Di Tengah Duka, Cinta dan Kekuatan"

Author: Ae Ri
last update Last Updated: 2024-04-05 11:18:45

"Ibu, bangunlah," ucap Aisyah sambil mengguncang tubuh ibunya. "Kak Faiz, ayo kita bawa ibu ke rumah sakit," tambahnya, air mata mengalir dari matanya.

Faiz mengecek denyut nadi ibunya, lalu berkata, "Innalillahi wa inna ilahi raji'un, wa inna ila rabbina lamunqalibun. Allahummaktubhu indaka fil muhsinin, waj'al kitabahu fi'illiyyin, wakhlufhu fi ahlihi fil ghabirin, wa la tahrimnaa ajrahu wala taftinna ba'dahu."

Aisyah, ibu sudah tiada," ucap Faiz sambil memeluk Aisyah, turut menangis melihat keadaan istri dan anaknya yang terpukul. Faiz kemudian mengusap lembut kepala Aisyah, mencoba memberinya kekuatan.

Fatimah melangkah gontai mendekati Dinda, "Mengapa kamu pergi begitu cepat? Kamu udah janji akan sembuh dan sehat, tapi mengapa kamu meninggalkan kita semua?" Tangis Fatimah pecah, memeluk erat tubuh Dinda.

"Umi, tenanglah," ucap Abi Faizal menenangkan Fatimah, lalu menatap Aisyah, "Nak, seperti yang dikatakan ibumu, Allah lebih menyayangi beliau sehingga mengambilnya. Kita harus bersikap kuat, meski berat."

"Aisyah, ibumu sudah tiada," ucap Faizal sambil memeluknya. "Kita harus kuat, ya nak. Ini berat, tapi kita bisa melewatinya bersama," tambahnya, memeluk mereka erat, mencoba menyampaikan kekuatan.

Aisyah menggeleng, lalu berkata, "Aisyah masih ingin tinggal bersama ibu," sambil menarik tangan Faiz. "Tapi dek, ibu sudah tiada. Kita harus kuat," ucap Faiz, mencoba menghapus air mata Aisyah.

"Ayo, kita siapkan pemakaman ibumu," ucap Abi Faizal, memimpin mereka keluar. Aisyah memeluk jasad ibunya, bertanya, "Kenapa ibu meninggalkan Aisyah? Aisyah masih butuh ibu, dan selamanya."

Faiz tidak tega melihat Aisyah menangis, namun ia hanya bisa memberikan pundak untuk Aisyah bersandar.

Abi Faizal sungguh tidak tega melihat keadaan menantunya, ia berusaha memberikan kekuatan pada Aisyah. "Nak, lihatlah mata Abi," ucapnya dengan lembut. "Abi tahu ini sangat berat bagimu dan bagi kita semua. Tapi jika kamu terus berlarut-larut dalam kesedihan, ibu dan ayahmu akan merasa bersalah meninggalkanmu. Padahal, mereka yakin telah menitipkan anak kesayangan mereka kepada orang yang tepat. Jadi, nak, kamu harus kuat ya? Kamu memiliki Abi, Umi, dan Faiz yang selalu bersamamu. Sekarang, kita adalah keluargamu, anak Abi dan Umi," lanjut Faizal dengan lembut, menatap Aisyah.

Aisyah menangis terharu mendengar ucapan Abi Faizal. Lalu, ia memeluknya sambil mengucapkan terima kasih. "Terima kasih, Abi. Terima kasih," ucapnya sesegukan di pelukan Faizal. Faizal membalas pelukannya dengan erat, mengelus lembut kepalanya. "Iya, nak. Sama-sama," jawab Faizal sambil tersenyum.

"Jadi kalau sekarang ibumu dimandikan, sudah nggak apa-apa kan, nak?" tanya Abi Faizal dengan lembut. Aisyah mengangguk, "Iya, Abi, nggak apa-apa," ucapnya.

Faiz mengambil alih, memeluk Aisyah. "Udah dong, Abi. Ini istri Faiz," katanya sambil sedikit bergurau, berharap Aisyah tersenyum.

Abi Faizal pun berkata, "Dia memang istrimu, tapi dia juga adalah anak dan menantu perempuanku," ucapnya dengan tulus.

Aisyah merasa senang di tengah-tengah kesedihannya karena dia benar-benar diperlakukan baik oleh Faiz dan mertuanya.

Beberapa jam kemudian, Dinda dimandikan dan diantar ke tempat peristirahatan terakhirnya, tepat disamping makam suaminya.

Faiz dan Abi Faizal ikut menggotong jenazah ibu Aisyah. Mata Aisyah dan Fatimah tak henti-hentinya mengeluarkan air mata, mereka saling menguatkan. "Umi, Aisyah benar-benar tidak menyangka bahwa ibu akan meninggalkan Aisyah secepat ini," ucapnya sesegukan.

"Iya, nak. Umi juga tidak menyangka hal ini terjadi. Padahal baru saja ibu bahagia karena sahabat umi menjadi besan umi, namun Allah merenggut nyawa Dinda," ucap Fatimah sambil menangis.

Setelah sampai di pemakaman, Dinda dikuburkan. Aisyah menyaksikan detik-detik terakhir, ia melihat ibunya. Rasa tak rela didalam hatinya begitu menyakitkan.

Aisyah menatap kedua makam orang tuanya, "Ayah, ibu, doakanlah Aisyah dari sana. Doakan agar Aisyah tetap kuat," ucapnya.

Faiz mendekat, memeluk Aisyah, "Aku yakin ibu dan ayah senang melihat putri kesayangan mereka mengikhlaskan mereka. Mereka tidak ingin kamu terus berlarut-larut dalam kesedihan," ucapnya lembut.

"Umi, jangan nangis. Nanti Aisyah juga ikut sedih," ucap Abi Faizal kepada Fatimah, sambil menghapus air matanya.

"Aku juga nggak mau nangis, Abi. Tapi air mataku keluar sendiri," ucap Fatimah.

Setelah cukup lama di pemakaman, Abi Faizal membimbing dalam membacakan surah Al-Fatihah dan mengucapkan doa, Allāhumma anzilir rahmata, wal maghfirata, was syafā'ata 'alā ahlil qubūri min ahli lā ilāha illallāhu Muhammadun rasūlullāh. Artinya: Ya Allah, berikanlah ampunan, kasih sayang, afiat, dan maaf untuk mereka.

"Ayah, ibu, Aisyah pamit dulu ya? Aisyah akan selalu menyempatkan waktu untuk menjenguk kalian," ucap Aisyah, mencium nisan ibu dan ayahnya bergantian.

Merekapun pulang kerumah. "Aisyah, Faiz, kalian istirahat dulu. Umi akan membuat makan malam," ucap umi Fatimah.

"Aisyah bantu umi saja," usul Aisyah.

"Tidak usah, sayang. Kamu istirahat saja," jawab Fatimah, meminta Faiz membawa Aisyah ke kamar.

Faiz mengangguk, lalu membawa Aisyah ke kamar. Aisyah memperhatikan kamar Faiz yang rapi dan harum.

"Aku yang mandi dulu atau kamu?" tanya Faiz.

"Aku saja," jawab Aisyah, namun resleting bajunya tersangkut di rambutnya. Lalu berteriak "kak Faiz tolongin Aisyah."

Faiz yang mendengar teriakan Aisyah, segera bangkit dan menuju kamar mandi. "Ada apa, Aisyah?" tanya Faiz khawatir.

"Resleting bajuku tersangkut," jawab Aisyah.

"Astagfirullah, aku kira ada apa-apa," ucap Faiz lega, melepaskan rambut Aisyah dari resleting bajunya.

"Ayo, setelah mandi kita sholat maghrib bersama," ucap Faiz, Aisyahpun, menutup pintu kamar mandi, setelah itu Aisyah berwudhu. Dan segera keluar dari kamar mandi.

Faiz sudah menunggu tepat di depan pintu,"Udah wudhu ya, Humairaku?" tanya Faiz.

"Humaira?" Aisyah heran.

"Iya, panggilan sayangku padamu, karena ketika kamu tersipu pipimu merona " ucap Faiz, membuat Aisyah merasa kikuk. "Ututu," tambahnya, kemudian mencium pipi Aisyah.

"Aduh, kak Faiz, janganlah," sahut Aisyah, sambil sedikit kesal namun juga bahagia di hatinya.

sedangkan Faiz sudah menutup pintu kamar mandi, dan didalam sana Faiz memegang dadanya, yang berdetak lebih cepat lalu memegang bibirnya. "Apa aku benar-benar mencium Aisyah tadi?" Tanyanya pada diri sendiri, dan tidak bisa ia pungkiri rasa bahagianya.

Faiz pun mandi dan mengambil wudhu, sementara Aisyah menyiapkan alat sholat. Setelah selesai, mereka bersiap untuk sholat maghrib bersama untuk pertama kalinya.

Setelah Faiz selesai, Aisyah buru-buru masuk kekamar mandi untuk mengambil wudhu kembali. Lalu ia menatap dirinya di pantulan kaca, dan berucap "PIPI TOLONG JANGAN MERONA YA?? Plisss," ucap Aisyah menepuk nepuk pipinya.

Setelah mengambil wudhu, Aisyah keluar dan melihat Faiz sudah rapi dengan pakaian kokohnya. Aisyah tertegun sejenak, lalu segera mengenakan mukenah dan berdiri di belakang Faiz sebagai makmum.

"Bismillahirrahmanirrahim," ucap Faiz dengan mulai membacakan surah Al-fatihah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kecil Gus Faiz   Bab 19 "Penuh Cinta, Penuh Kerja Sama"

    Faiz memegang ubun-ubun Aisyah lalu membaca: الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوب "Allaziina aamanuu wa tathma'innu quluubuhum bizikrillaah, alaa bizikrillaahi tathma'innul-quluub" Artinya: (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Q.S Ar-Ra’d: 28). Keesokan paginya, seperti biasa Aisyah dan Faiz berbagi tugas membersihkan rumah. Sementara Aisyah membuat sarapan dan mencuci baju, Faiz menyapu dan mengepel lantai. Kemudian, setelah pakaian selesai dicuci oleh Aisyah, Faiz menjemurnya. Saat menjemur pakaian, ibu-ibu julid datang dan berkata, "Ehh, pak Faiz, untungnya punya istri, apa sih segala pekerjaan rumah kok pak Faiz yang mengerjakan? Istrinya kemana?" Kemudian, ibu-ibu lain menjawab, "Istri pak Faiz pemalas ya? Taunya habisin duit pasti." Dengan ekspresi julitnya. Faiz tersenyum lal

  • Istri Kecil Gus Faiz   Bab 18 "Menyambut Kehidupan Baru dengan Cinta"

    Aisyah menyaksikan Faiz dari jauh, tersenyum malu-malu. "Ihh, Mas Faiz apasih, kan aku jadi malu," ucap Aisyah sambil berteriak, "Mas, masuk aja. Malu sama tetangga." Faiz pun masuk, segera menyerahkan pesanan Aisyah. "Sayang, makan dulu ya," ucap Faiz sambil menyuapi Aisyah. Aisyah menerima suapan itu dengan senang hati dan menikmatinya. Setelah merasa kenyang, Faiz membereskan sisa makanan lalu kembali ke kamar. Ia duduk di samping Aisyah, menatapnya lekat dan memeluknya erat. Aisyah yang kebingungan ingin melepaskan pelukan, namun Faiz berucap, "Aku mau peluk kamu, Sayang. Boleh kan?" Aisyah mengangguk perlahan. "Sayang, dalam rumah tangga, pasti ada aja masalah. Baik itu masalah besar maupun kecil, tapi aku mau kita bisa selesaikan masalah itu dengan kepala dingin. Tanpa marahan berhari-hari atau bahkan nggak ngomong sama sekali," ucap Faiz lirih. "Sayang, aku tahu kamu nggak siap. Banyak hal yang kamu khawatirkan. Aku nggak merasakan beratnya mual, pusing, pegal-pegal

  • Istri Kecil Gus Faiz   Bab 17 "Kehamilan Aisyah"

    "Aku benar-benar belum siap! aku nggak siap menerima bayi inii!" teriak Aisyah penuh frustasi "Kenapa sih, Mas, aku harus hamil?" teriak Aisyah, menatap Faiz dengan mata yang berkaca-kaca. "Kalau bukan karena kamu, Aisyah nggak bakalan hamil."Faiz menatap mata Aisyah kemudian memeluknya, diam, tidak tahu harus berkata apa. Aisyah menangis terisak, tak membalas pelukan Faiz. "Kenapa kamu lakukan itu, Mas! Aisyah belum siap untuk hamil, belum siap menjadi ibu, belum siap melewati hari-hari merawat bayi ini," bisik Aisyah dengan suara yang meredam.Setelah Aisyah mulai tenang, Faiz membuka suara, "Udah lebih tenang sekarang, Sayang? Kita pulang dulu ya, nanti kita bahas di rumah, oke?" ucap Faiz lembut, mengelus kepala Aisyah dan tersenyum.Setelah sampai di rumah, Faiz mendudukkan Aisyah di sofa. Ia mengambil segelas air dan duduk di samping Aisyah. "Minum dulu, Sayang," kata Faiz. Aisyah menerima gelas itu dan meneguk airnya sampai habis."Sayang, lihat aku," ucap Faiz lembut, memega

  • Istri Kecil Gus Faiz   Bab 16 "Kehamilan yang Tak Terduga"

    "Wahh, ini enak sekali, sayangku, kalau mas punya jempol banyak, dua jempol ini nggak cukup untuk masakan kamu ini." puji Faiz dengan antusias, memberikan dua jempol untuk masakan Aisyah. Mata Aisyah berbinar-binar, menatap Faiz yang lahap memakan masakannya. "Aku mau mencoba juga, nih," ucap Aisya, mengambil sendok. Namun, tindakannya dihentikan oleh Faiz. "Aku yang suapin kamu, buka mulutnya... Aaaa..." ucap Faiz, ikut menganga sambil menyuapi Aisyah. Aisyah dengan senang hati membuka mulutnya dan menggoyangkan kepalanya menikmati rasa masakan tersebut. "Wow, benar-benar enak, Mas," ucap Aisyah. Faiz, dalam kegembiraannya, melap sudut bibir Aisyah yang terkena kecap. "Masyaallah, istriku pintar sekali," puji Faiz. "Terima kasih, Mas," balas Aisyah tersenyum manis. Mereka lalu saling suap-menyuap, menikmati makanan mereka. *Berbicara dengan Orang Tua* Setelah selesai makan, mereka mencuci piring dan bekas masak. Aisyah mencuci, dan Faiz membilas. Tiba-tiba, dering telepon berbun

  • Istri Kecil Gus Faiz   Bab 15 "Antara Aku, Kamu, dan Kecoak"

    "A Faiz, katanya?" Gerutu Aisyah sambil menatap kesal pada wanita itu. Faiz yang melihat mimik wajah istrinya itu sedang kesal berucap. "Menyukai saya adalah hakmu, tapi jika kamu berusaha lewat jalur langit, maka saya juga akan meminta agar kamu di jauhkan dengan saya, dan hak saya untuk melakukan itu. Saya hanya akan mencintai istri saya, saya berharap kamu akan mendapatkan lelaki yang lebih baik dari saya, Dan oh ya, Humairaku, sayang sini”. Panggil Faiz kepada Aisyah untuk naik keatas panggung. Di bawah sana, Aisyah menolak dengan gelengan kepala, merasa malu. Tapi Faiz tetap bersikeras, "Gapapa, Humairaku naik sini." Aisyah akhirnya mendekat, disinari lampu yang menyorotinya. "Perkenalkan, ini istriku. Satu-satunya dan untuk selamanya, sampai maut memisahkan insyaallah," ucap Faiz dengan bangga, merangkul Aisyah. Aisyah tersipu malu, kemudian dengan ragu membuka suara. "Halo, aku Aisyah. Aku mungkin tidak pantas berada di samping Gus Faiz, tapi aku berusaha menjadi wanita

  • Istri Kecil Gus Faiz   Bab 14 "Meminang atau Pacaran? Menavigasi Cinta dalam Islam"

    Kemudian para wanita di sana berseru, "Tentu saja dia akan dipinang". "Nah, dengar itu, para lelaki," ucap Faiz dengan senyuman. "Hahahaha!" tawa mereka serempak di dalam ruangan. “Cinta dalam Islam bukan sekadar perasaan atau nafsu belaka, melainkan ikatan yang dilandaskan pada ketakwaan kepada Allah SWT. Pacaran sering kali berpotensi melanggar nilai-nilai moral dan agama yang telah ditetapkan. Sebaliknya, meminang merupakan langkah yang lebih terhormat dalam mencari jodoh,” ucap Faiz. “Pacaran, dalam konteks modern, sering dipandang sebagai proses untuk saling mengenal antara dua individu. Ini adalah fase di mana kita dapat membangun kedekatan, saling memahami, serta menemukan kesamaan dan perbedaan. Namun, pacaran yang sehat haruslah…” lanjutnya. “Bagaimanapun, pacaran itu haram! Ya, sekalipun kalian semakin rajin sholat Dhuha dan tahajjud, itu tetap tidak diperbolehkan dalam Islam. Seperti yang dijelaskan dalam Surah Al-Isra: وَلَا تَقْرَبُوا۟ ٱلزِّنَىٰٓ ۖ إِنَّهُۥ كَ

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status