Share

6. Tidak Diizinkan

Author: LiaBlue
last update Last Updated: 2022-12-09 13:23:29

Lavira menggelengkan kepalanya cepat saat kesadaran menghampirinya. Gadis itu kembali menoleh dan menatap Avram yang ternyata juga sedang menatapnya. Napas Lavira tercekat melihat tatapan intens mata tajam Avram. Merasa tidak sanggup, Lavira mengalihkan kepalanya dengan gerakan kaku.

“Ma-maaf, Tuan. Saya hanya ingin meminta izin kepada Anda. Saya akan pergi ke sekolah,” tutur Lavira dengan suara pelannya.

Avram menatap penampilan Lavira dari atas sampai bawah. Laki-laki itu baru menyadari jika gadis itu sedang memakai seragam sekolah. Setelahnya Avram kembali sibuk dengan laptopnya seakan tidak tertarik.

Lavira melirik ke arah Avram yang masih tidak bersuara. Melihat Avram kembali sibuk dengan pekerjaannya, membuat Lavira menghela napas pelan. ‘Anggap saja dia mengizinkan aku. Dia kan tidak membanta, itu artinya aku sudah dizinkan,’ batin Lavira.

“Ka-kalau begitu terima kasih, Tuan.” Lavira berucap sambil menundukkan kepalanya ke arah Avram.

Setelahnya gadis itu mulai melangkah mendekat ke arah tas sekolahnya. Namun, baru beberapa langkah, gadis itu kembali menghentikan langkahnya. Lavira kembali membalikkan tubuhnya dan menatap ragu ke arah Avram.

Glek ….

Gadis itu menelan salivanya susah payah sebelum memulai kembali suaranya. ‘Astaga, aku takut kalau aku kembali berbicara. Nanti dia malah mengamuk, tapi ini kan juga penting,’ ucap Lavira di dalam hati.

“Ekhm … maafkan saya kembali mengganggu, Tuan. Sa ….” Kalimat Lavira tergantung saat melihat tatapan tajam Avram kepadanya.

Jantung gadis itu langsung berdetak berkali lipat melihat Avram menatapnya begitu tajam. Sepertinya laki-laki itu tidak suka Lavira terus mengganggunya. Mata Lavira membola tanpa sadar saat melihat tatapan tajam itu.

‘Matilah aku,’ jerit Lavira di dalam hati. Gadis itu menundukkan kepalanya dengan tubuh ketakutan. Bayang-bayang kalimat yang mengatakan kekejaman Avram pun langsung melekat di benaknya.

Perlahan mata tajam Avram mulai melunak. Entah kenapa rasa marah laki-laki itu perlahan menghilang saat melihat binar takut di mata Lavira. Apalagi wajah polos gadis itu membuat Avram seakan tidak tega untuk memarahinya.

“Apa?” tanya Avram begitu dingin.

Lavira terlonjak saat mendengar suara berat yang begitu dingin itu. Gadis itu sangat terkejut tetapi juga merasa bersyukur karena Avram tidak marah kepadanya. “I-itu, mungkin Tuan tidak nyaman dengan keberadaan saya di sini. Jadi, mungkin saya pindah saja dari kamar ini,” lirih Lavira begitu pelan.

Avram nampak diam sambil menatap wajah pucat Lavira. “Tetap di sini,” ucap Avram datar.

Lavira mengangkat kepalanya menatap terkejut ke arah Avram. Gadis itu nampak terkejut dengan perkataan Avram yang seakan tidak mengizinkan dirinya pindah kamar. Lavira hanya mampu menghela napas pasrah tidak berani membantah.

“Ba-baiklah, kalau begitu saya permisi dulu, Tuan.” Lavira kembali melanjutkan langkahnya. Terlihat lesu sebab keinginannya untuk pindah kamar tidak terkabulkan. Entah apa maksud dan tujuan Avram tetap membiarkan dirinya tetap menginap di dalam kamar itu.

Avram menatap pergerakan lesu tubuh Lavira. Laki-laki itu pun tidak tahu dan tidak paham kenapa dirinya malah tidak mengizinkan Lavira keluar dari kamar itu. ‘Mungkin aku hanya sedang merasa ada sesuatu yang menarik dari dirinya,’ batin Avram menebak hatinya sendiri.

*****

Lavira berjalan cukup cepat ke arah ruangan tengah. Mansion luas itu cukup membuat Lavira kesulitan hanya untuk mencapai pintu utama. “Astaga, bagaimana aku bisa ke sekolah, ya? Mana gerbang utama sangat jauh dari sini. Kalau aku berjalan kaki sampai ke depan, bisa menghabiskan waktu seperempat jam. Aku harus cepat.”

Lavira terus memacu langkahnya ingin segera sampai di pintu utama. Namun, pergerakannya terhenti saat mendengar suara berat seseorang. “Wah, siapa ini? Adik manis dari mana ini?”

Lavira menoleh dan terkejut saat melihat seorang laki-laki yang cukup tampan, bersetelan kantor sedang menatapnya dengan pandangan mesum. Hal itu membuat Lavira merasa tidak nyaman. Apalagi saat melihat laki-laki mulai mendekat ke arahnya.

“Fero, jangan ganggu dia. Dia itu penebus hutang keluarga Amrin, dengan kata lain dia itu istri sah Avram,” ucap Siara yang baru sampai.

“Apa? Gadis secantik kamu menjadi penebus hutang? Bahkan harus menikah dengan laki-laki tidak jelas itu? Kasihan sekali nasibmu, lebih baik kamu bersamaku saja.” Laki-laki yang bernama Fero itu berbicara sambil membelai nakal dagu Lavira.

Lavira terdiam tidak mampu berkata-kata. Gadis itu juga tidak berani menepis tangan laknat Fero, meski sebenarnya gadis itu ingin. “Ck, kenapa juga kau memegang dia, Bang? Tidak level sekali,” celetuk Feria yang juga baru datang.

“Sudah, ayo kita ke ruangan makan. Kau sudah menyiapkan semuanya kan?” tutur Siara.

“Sudah, Nyonya. Saya sudah siapkan sesuai dengan yang Anda jadwalkan,” sahut Lavira.

“Bagus, dan apa kau sudah mendapat izin dari suamimu?” tanya Siara lagi.

“Sudah, Nyonya. Tadi saya sudah meminta izin kepada Tuan Dakasa,” balas Lavira.

Mendengar jawaban Lavira, Feria mendekat ke arah Lavira dengan pandangan penasaran. “Jadi kau sudah melihat wajahnya? Seperti apa wajahnya? Pasti sangat menyeramkan, iya kan?” tanya Feria penasaran.

“Feria,” tegur Siara nampak wapada.

“Seperti apa? Sejelek dan semenyeramkan apa wajahya sampai dia tidak berani memperlihatkan wajahnya itu?” sambung Feria tidak menghiraukan teguran Siara.

Lavira menggaruk kepalanya bingung ingin menyahut kalimat Feria seperti apa.’Dia sama sekali tidak jelek apalagi menyeramkan. Dia bahkan sangat tampan, bagaimana caranya aku memberitahu?’ ucap Lavira di dalam hati.

“Sudahlah, tidak usah kau hiraukan pertanyaannya. Ayo ke ruangan makan cepat, Mama sudah lapar,” papar Siara.

“Tapi aku kan penasaran, Ma,” balas Feria kesal.

“Tidak usah membahas itu, Feria. Kamu ingin kita ditendang dari sini? Diamlah,” tegur Siara tegas.

“Itu, Bang Fero malah dengan berani mengganggu istrinya.” Feria berucap sambil menunjuk Fero yang masih nampak mengganggu Lavira.

“Fero,” tegur Siara kesal.

“Aku jamin dia tidak akan menghiraukan gadis ini, Ma. Sudahlah, dari pada dia menganggur, lebih baik dia untukku.” Fero berucap dan berniat menyentuh tubuh Lavira sambil tersenyum mesum.

Lavira nampak ketakutan melihat wajah mengerikan milik Fero. Apalagi saat melihat laki-laki itu sedang berusaha untuk menyentuh tubuhnya. Beruntung suara berat seseorang menghentikan pergerakan Fero.

“Hentikan, Tuan Fero. Apa Anda sudah tidak menghargai Tuan Dakasa? Kenapa Anda malah berusaha mengganggu bahkan sampai berniat menyentuh istri Tuan Dakasa?”

Empat pasang mata menoleh saat mendengar suara berat itu. Lavira dapat melihat sosok laki-laki masuk kategori tampan berwajah datar mendekat ke arah mereka. Laki-laki bersetelan jas kantor lengkap dan nampak begitu rapi.

“Selamat pagi, Tuan Rino,” sapa Feria dengan suara yang dibuat begitu lembut. Sangat terlihat jika gadis itu menyukai Rino yang bahkan tidak meliriknya sama sekali.

“Selamat pagi, Nyonya Dakasa. Mari saya antar Anda ke sekolah,” tutur Rino menghiraukan Ferian dan Siara yang nampak tidak terima dengan sapaan Rino untuk Lavira.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Arnanda Arnanda
di tunggu lanjutannya
goodnovel comment avatar
LiaBlue
siap kakak, terima kasih sudah mampir ...️
goodnovel comment avatar
Emon
di tunggu next nya ka lia......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Kecil Penebus Hutang   184. Tamat

    “Makan yang banyak, kamu tadi malam juga tidak makan, ‘kan? Banyak-banyak lauknya, ini, kamu suka ini.” Lavira memberikan sepotong ikan bakar kepada Elina. Elina terkekeh menatap Lavira yang begitu perhatian. “Makasih, Ma. Mama juga makan yang banyak, biar nanti kita sama-sama bulet, hehe.” Lavira ikut tertawa mendengar kalimat menantunya. Dia tak menyangka jika gadis kecil yang bertahun-tahun dia cari, akhirnya sekarang berada di depannya. Meski Elina belum mengingat siapa Alano dan keluarga, setidaknya sekarang Elina sudah menjadi istri Alano. Hal itu membuat Lavira merasa lebih tenang, dia juga tak menuntut Elina untuk mengingat dirinya. Seperti ini saja sudah membuat Lavira merasa senang. Sett ... Elina terkejut ketika tiba-tiba Alano memberikan secentong sayur brokoli di atas nasinya. Elina menoleh dan menatap Alano dengan wajah polos. Alano sendiri nampak santai, terus menyuap makanannya dengan ekspresi datar seperti biasa. Lavira tersenyum menatap itu, dia merasa senang keti

  • Istri Kecil Penebus Hutang   183. Nakal

    “Ini masuknya ke mana?”“Aku juga tidak tahu.”“Makanya lebih tarik, lebarkan sedikit lagi.”“Sudah tidak bisa ini, Mas.”Lavira dan Avram saling tatap tepat di depan pintu kamar Alano. Kamar yang mulai hari itu akan dihuni pula oleh Elina. Setelah tadi sepasang pengantin baru itu meminta izin untuk ke kamar lebih dulu. Lavira ingin menyusul dan mengantarkan makanan untuk Elina, sebab setahunya Elina belum makan malam.Namun, siapa sangka niat mereka malah mendapatkan perkata-perkataan demikian. Lavira tersenyum, dia berfikir hal yang diinginkannya. Kegiatan malam pertama para pengantin baru pada umumnya. Avram pun menatap senyum sang istri, dia terkekeh kecil.“Mereka akan kasih kita cucu ‘kan, Pa?” tanya Lavira cukup terdengarn polos.Avram kembali terkekeh geli. “Biarkan saja mereka, ayo kita kembali ke bawah. Kamu juga harus segera tidur, ini sudah larut.”“Iya, tapi ... Elin belum makan, Pa.”“Nanti kalau mereka sudah selesai, mungkin akan terasa lapar. Alan bisa bantu Elin ambil

  • Istri Kecil Penebus Hutang   182. Panggilan

    Sepasang insan sekarang sedang duduk di tepian ranjang sambil saling lirik. Mereka adalah sepasang pengantin baru yang baru saja sah setelah acara ijab qabul beberapa jam lalu. Alano dan Elina, mereka duduk dengan sudut mata sama-sama melirik satu sama lain.Alano pun menghela napas pelan. Dia nampaknya cukup bingung harus melakukan apa setelah ini. Lavira dan Avram tadi sempat menggoda dirinya. Alano si kaku, dia tak pernah memiliki kekasih. Dia tak tahu cara berhubungan dengan perempuan, tetapi dia adalah pria normal dan tak sepolos Avram dulu. Alano sudah dewasa, sehingga dia tahu kegiatan apa biasa dilakukan sepasang pengantin baru.Hanya saja, masalahnya sekarang adalah mereka pribadi. Alano dan Elina terbilang menikah tanpa ada kata cinta. Mereka hanya saling merasa nyaman satu sama lain untuk saat ini. Elina pun tertarik kepada Alano karena ketampanan pria itu, dan tentunya merasa nyaman. Elina sejujurnya tak paham dengan perasaannya sendiri, setiap kali melihat dan berdekatan

  • Istri Kecil Penebus Hutang   181. Ijab Qabul

    Elina menatap ke samping, di mana kedua orang tuanya berada. Dia tak menyangka jika dirinya benar-benar akan segera menikah dengan Alano. Kemarin-kemarin dia masih berpikir jika Alano hanya bercanda. Sampai akhirnya satu minggu kemudian kedua orang tua Elina datang ke Indonesia dan mengatakan jika mereka senang tahu Elina akan menikah dengan Alano.Elina meminta pernikahan ini tak usah ada pesta sebelum dirinya wisuda. Sebab dia tak ingin diserbu oleh para fans Alano selama di kampus. Hal itu akhirnya dituruti oleh Alano. Akhirnya mereka hanya akan mengadakan ijab qabul saja dulu, sebelum nanti mengadakan pesta mewah setelah Elina benar-benar wisuda.“Kami keluar dulu, Sayang. Nanti akan Mama jemput kalau sudah selesai.”“Iya, Ma,” sahut Elina sambil menarik napas.Cklek ...“Astaga, sahabatkuu ini. Kau menikungkuu!”Elina terkejut ketika tiba-tiba Mei masuk ke dalam ruangan tempatnya menunggu, Mei berteriak. Hari ijab qabul yang begitu tiba-tiba. Tak hanya mengejutkan Elina, tentu sa

  • Istri Kecil Penebus Hutang   180. Baru Kenal

    Elina menatap Lavira yang terlihat begitu antusias memperlihatkan berbagai macam bentuk mode gedung pernikahan. Perempuan itu masih tak paham dengan keadaan tiba-tiba ini. Baru tadi Alano mengatakan dia akan mengurus pernikaha, pria itu sudah memberitahu Lavira dan Avram. Sekarang Lavira nampak sangat semangat memperlihatkan berbagai macam dekorasi gedung pernikahan.“Kamu suka yang ini? Ini cantik juga, astaga, jadi bingung,” celoteh Lavira.“M-maaf, Tante. Ini beneran bakalan nikah?”Lavira menoleh dan menatap Elina yang nampak sangat bingung. Perempuan itu terkekeh, dia melirik Alano di samping Avram. Dua pria itu juga berada di sana, mereka duduk tak jauh dari tempat Lavira serta Elina berada. Kini mereka berempat sedang berada di sofa ruangan keluarga mansion Dakasa, setelah tadi Elina sudah sempat diajak makan malam oleh Alano.“Kamu tidak bilang lebih jelas sama, Elin, No? Dia kebingungan loh, ini,” ucap Lavira kepada Alano.“Udah, Ma. Dia mau.”“Masa iya, terus kenapa dia nany

  • Istri Kecil Penebus Hutang   179. PHP?

    “Kata orang-orang, dia itu psikopat. Jadi dia suka bunuh orang, aku ngeri kalau nanti menikah dengannya ... pas aku lagi tidur, malah dicekik dan mati.”Alano menatap Elina yang melanjutkan kalimatnya. Dia berdeham sambil tertawa kecil mendengar kalimat takut Elina. “Kalau memang begitu, seharusnya kau sedari tadi sudah aku cekik dan mati,” cetus Alano santai.Kalimat Alano itu membuat Elina terdiam. Perempuan itu kembali menggeliat pelan, sampai kelopak matanya bergerak pelan pula. Kening Elina berkerut ketika dia berniat membuka mata. Dengan mata sedikit memicing, akhirnya kini dua bola mata itu terbuka. Elina menatap sekitar sambil menggeliat, sampai pergerakannya terhenti ketika melihat paha seseorang tepat di samping tubuhnya.Mengikuti paha tersebut, Elina mendongak sampai akhirnya kedua bola matanya menangkap wajah tampan seseorang. Saat dua pasang bola mata itu beradu pandang, tepat ketika itu pula Elina melotot. Dia melotot karena terkejut melihat wajah tampan Alano di saat d

  • Istri Kecil Penebus Hutang   178. Setengah Tidur

    “Kami senang, akhirnya sekarang bisa tenang melepas Elin di Indonesia. Kemarin kami risau, masalahnya Elin keras ingin berkuliah di Indonesia, padahal kami belum bisa kembali ke sana. Akhirnya kalian bertemu lagi, kami senang. Maaf karena tidak memberitahu lebih cepat, sebab kemampuan kami yang serba terbatas.”Suara seorang perempuan dewasa di layar ponsel milik Avram terdengar. Ada sepasang suami istri di sana sedang berbicara dengan Lavira. Mereka adalah kedua orang tua Elina. Sesuai kalimat Alano tadi, mereka akan menghubungi kedua orang tua Elina. Akhirnya setelah sekian lama, mereka kembali bisa berkomunikasi. Orang tua Elina meminta maaf karena tidak bisa memberitahukan keberaaan Elina nan masih selamat dari kejadian kebakaran kala itu.“Tidak masalah, Kak. Kami mengerti, bukan salah kalian juga. Kalian juga sudah berusaha menghubungi, kami senang sekarang bisa melihat Elin lagi. Dia masih sama, tumbuh semakin cantik, dan gadis polos nan cerewet,” terang Lavira dengan nada rama

  • Istri Kecil Penebus Hutang   177. Menghubungi

    Rasanya Alano tak terlalu lama beraktivitas di dalam kamar mandi. Namun, ketika dia keluar, Alano sudah menemukan Elina terbaring di atas tepian ranjangnya. Sebelah kaki perempuan itu terjuntai dengan kedua mata tertutup. Hembusan napas perempuan polos itu terlihat tenang dan teratur, itu pertanda jika dia sedang tidur.Hanya beberapa menit ditinggal mandi. Elina tertidur di atas ranjang Alano, mungkin sudah terlalu lelah. Biasanya perempuan itu akan tidur siang jika pulang dari kampus. Hari ini kegiatannya terasa padat, pergi ke mansion Alano dengan segera alasan untuk melarikan diri. Apalagi setelah semua rencana dan alasannya gagal, perempuan itu bercerita cukup lama dengan Lavira. Sampai akhirnya masuk ke dalam kamar Alano dan diajak jahil oleh si pemilik kamar.“Dia benar-benar masih sama, suka tidur sembarangan. Kalau bergerak sedikit, dia bisa jatuh.” Alano menatap tubuh Elina yang memang begitu mepet di tepian ranjang.Perlahan pria itu menarik pinggang Elina, kemudian mengang

  • Istri Kecil Penebus Hutang   176. Kamar

    Elina duduk kaku di tepian ranjang kamar Alano. Setelah tadi sempat berbincang sebentar dengan Lavira. Akhirnya kini Elina berada di kamar Alano. Pria itu katanya sedang menyelesaikan pekerjaan di ruangan kerjanya di mansion tersebut. Lavira malah menyuruh Elina menunggu Alano di dalam kamar pria itu.“Aduh, aku harus apa sekarang? Masa aku harus berbaring di sini? Kalau nanti Pak Alan marah bagaimana?”Meski Lavira yang menyuruh Elina untuk menunggu di dalam kamar tersebut. Tetap saja Elina merasa tak enak jika harus tidur di kamar seorang pria. Apalagi pria itu adalah dosennya sendiri. Pergerakan Elina bahkan cukup terbatas. Sejujurnya dia penasaran ingin melihat-lihat isi kamar Alano, tetapi dia takut jika nanti Alano keburu kembali ke dalam kamar.“Emm, itu apa?” Elina melihat sebuah lemari dan terfokus kepada sebuah kotak kecil tanpa penutup di dalam lemari tersebut.Elina melangkah mendekat ke arah lemari dengan wajah penasarannya. Dia memicingkan mata sambil meraih sebuah kotak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status