Share

5. Mengamati

Author: LiaBlue
last update Last Updated: 2022-11-25 17:13:28

Pelayan itu membantu Lavira untuk berdiri. Jelas hal itu membuat Lavira sangat terkejut. “Nona tidak apa-apa?” tanya pelayan itu nampak perhatian.

“Oh, saya tidak apa-apa. Terima kasih, Mbak,” balas Lavira nampak kikuk.

“Jeny, kenapa kamu malah membantunya? Tidak pantas sekali,” protes seorang pelayan.

“Apa yang tidak pantas? Perlakuan kalian itu yang tidak pantas. Dia ini adalah istri dari Tuan Dakasa, jadi sopanlah,” balas pelayan yang dipanggil Jeny itu.

“Heh, sopan? Seperti yang dikatakan oleh Nyonya Besar. Dia ini tidak lebih dari barang penebus hutang. Jadi untuk apa sopan kepadanya? Derajat dia di sini itu bahkan lebih rendah dari pada kita,” tutur seorang pelayan.

“Hei,” tegur Jeny.

“Tidak apa-apa, Mbak. Apa yang dia katakan memang benar,” sahut Lavira kaku.

“Jeny, kau harus sadar. Jika kau membantunya, itu sama saja dengan kau melawan Nyonya Siara. Kau pasti akan mendapat masalah nanti,” ujar seorang pelayan.

“Sudahlah, ayo kita pergi dari sini. Tidak penting,” papar satu pelayan lagi.

Lavira menoleh ke arah Jeny yang juga sedang menatapnya dengan senyum ramah. “Kenapa Mbak membantu aku? Apa yang mereka katakan memang benar, Mbak bisa mendapat masalah dari Nyonya Siara,” tutur Lavira.

Jeny tersenyum menaggapi kalimat Lavira. “Tidak apa-apa, Nona. Sudah seharusnya saya seperti ini. Nona tidak seharusnya mendapat perlakuan seperti itu dari para pelayan. Bagaimanapun, Nona adalah istri sah dari Tuan Dakasa. Pemilik sah mansion ini,” sahut Jeny sopan.

Lavira terdiam dengan setumpuk pikiran di dalam benaknya. Ada perasaan hangat yang menjalar di dalam hati gadis itu. Selama ini tidak ada satu orang pun yang bersedia berada di sampingnya hanya sekadar untuk menghargai keberadaannya di dunia ini.

“Terima kasih, Mbak. Tapi aku takut nanti Mbak terkena masalah karena membantuku,” tutur Lavira.

“Tidak akan apa-apa, saya bersikap sebagaimana seharusnya. Saya menganggap Anda sebagai salah satu Nyonya di sini. Jadi tidak ada yang salah. Sudahlah, Nona tidak usah mengkhawatairkan saya. Bukannya Nona harus segera bersiap ke sekolah? Nanti Nona terlambat,” tutur Jeny.

“Ah, astaga. Aku melupakan itu, hampir saja aku berleha-leha. Terima kasih, Mbak atas bantuan dan peringatannya. Aku harus bergegas ke atas untuk bersiap-siap. Aku pergi dulu, Mbak.” Tidak menunggu lama, Lavira segera bergegas masuk ke dalam lift.

Jeny menatap pergerakan pintu lift yang saat ini menyembunyikan tubuh kecil Lavira. Beberapa detik kemudian Jeny menghela napas pelan dengan pandangan berubah sendu. “Kasihan dia, sudah menjadi korban keegoisan orangtua. Sekarang di sini dia malah menderita. Melihatnya membuat aku seakan melihat Jina,” gumam Jeny kasihan.

*****

“Jadi dia masih akan bersekolah, Pa?” tanya Joana kepada Farhan.

“Seharusnya begitu, pernikahannya ditutupi. Jadi pihak sekolah tidak mengetahuinya. Kecuali kalau dia tidak diizinkan oleh Tuan Dakasa untuk bersekolah,” jawab Farhan.

Joana tersenyum miring mendengar kalimat Farhan. Perempuan yang sedang memakai seragam sekolah itu sedang memikirkan sebuah pikiran licik di dalam otaknya. “Aku akan lihat nanti, apa dia datang ke sekolah atau tidak. Aku juga penasaran melihat wajahnya setelah sehari pindah ke kediaman keluarga Dakasa,” papar Joana.

“Heh, palingan juga dia tidak akan keluar dari mansion itu. Mungkin saja sekarang dia sudah menjadi bahan pelampiasan sifat iblis Tuan Dakasa,” sahut Marni.

“Atau mungkin juga dia sudah mati ketakutan saat melihat wajah menyeramkan suaminya sendiri. Hahaha … astaga, kasihan sekali nasib saudara tiriku itu.” Joana bersuara sambil tertawa jahat mengingat nasib buruk Lavira.

“Diamlah, jangan berbicara lagi. Makan saja makanan kalian,” tegur Farhan tegas. Bukannya merasa kasihan dan prihatin dengan kondisi putrinya. Farhan malah nampak biasa saja, bahkan merasa lebih bebas setelah hutangnya kepada keluarga Dakasa lunas.

‘Aku menjadi tidak sabar ingin segera ke sekolah. Jika dia bisa tetap bersekolah, berarti itu bagus juga. Dengan begitu aku masih akan ada bahan mainan di sekolah,’ batin Joana licik.

*****

Lavira berjalan begitu pelan ke dalam kamar mewah itu. Bola mata gadis itu bergerak melihat ke arah ranjang luas kamar utama mansion. Kening gadis itu berkerut saat tidak menemukan sosok Avram di atas benda empuk itu.

“Apa dia sudah bangun?” gumam Lavira menebak.

Gadis itu terus berjalan mendekat ke arah tas kecil di mana seluruh pakaian dan perlengkapannya disimpan. Setelahnya Lavira mengambil sebuah seragam sekolah yang biasa dia gunakan. “Oh, iya. Sepertinya aku harus meminta izin dulu kepada Tuan Dakasa. Bagaimanapun, keberadaanku sekarang adalah miliknya,” ucap Lavira kembali bergumam.

Cklek …

Lavira terdiam saat mendengar suara pintu terbuka. Bisa dia tebak sepertinya Avram baru saja keluar dari kamar mandi. Seperti hari kemarin, tidak ada suara dan tidak ada percakapan di antara mereka. Sampai akhirnya suara pintu tertutup membuat Lavira bernapas lega.

Gadis itu menoleh dan mengintip ke arah pintu ruangan walk ini closet. Dia merasa heran, sudah hari kedua dia di sini. Namun, Avram berlagak seakan tidak melihat keberadaannya.

“Bagaimana cara aku mengumpulkan keberanian untuk berbicara dengannya? Aku hanya ingin mengucapkan pindah kamar. Mungkin saja dia tidak suka aku ada di kamarnya.” Lavira berbicara sambil mengayun langkahnya ke arah kamar mandi.

Avram sendiri saat ini sudah selesai dengan penampilannya. Penampilan santai yang memang setiap hari dia gunakan. Laki-laki itu benar-benar tidak keluar mansion bahkan untuk sekadar menenangkan pikiran. Avram lebih suka mengurung dirinya dengan setumpuk pekerjaan kantor.

Mata tajam Avram melirik ke arah sebuah tas. Setelahnya laki-laki itu duduk di atas ranjang sambil menyibukkan dirinya dengan laptop. Sesekali kening laki-laki itu berkerut melihat setiap laporan yang diberikan oleh Rino ke akun emailnya.

“Laki-laki ini sepertinya ingin menjadi korbanku selanjutnya,” desis Avram.

Cklek …

Lavira menatap sosok tampan yang sedang duduk di atas kasur luas itu. Wajah serius Avram saat bekerja membuat Lavira semakin merasa terpana. Gadis itu berjalan pelan mendekat ke arah Avram yang sedang sibuk dengan pekerjaannya.

“Ma-maaf, Tuan,” cicit Lavira mencoba memberanikan diri. Suara pelan Lavira mengalihkan perhatian Avram dari layar laptop.

Deg … glek …

Lavira menelan salivanya kasar saat melihat bola mata abu-abu yang nampak begitu tajam. Napas gadis itu tercekat merasa pesona wajah tampan Avram mengikat detak jantungnya. Lavira kembali jatuh sejatuh-jatuhnya ke dalam pesona psikopat tampan itu.

‘Astaga, dia benar-benar tampan,’ batin Lavira kagum.

Gadis itu sibuk dengan perasaan kagumnya sampai tidak menyadari jika Avram juga sempat tertegun dengan wajah cantik nan polos milik Lavira. Mata bulat dan binar polos dari gadis itu ternyata mampu menarik sedikit perhatian dari laki-laki dingin tersebut. Bahkan Avram saat ini sedang mengamati wajah Lavira yang masih belum tersadar dari rasa kagumnya.

‘Manis,’ batin Avram.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ling - Ling
Seruuu....lumayan ikutan Lavira tegang...
goodnovel comment avatar
LiaBlue
Jangan lupa beri komentar supaya author lanjut up......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Kecil Penebus Hutang   184. Tamat

    “Makan yang banyak, kamu tadi malam juga tidak makan, ‘kan? Banyak-banyak lauknya, ini, kamu suka ini.” Lavira memberikan sepotong ikan bakar kepada Elina. Elina terkekeh menatap Lavira yang begitu perhatian. “Makasih, Ma. Mama juga makan yang banyak, biar nanti kita sama-sama bulet, hehe.” Lavira ikut tertawa mendengar kalimat menantunya. Dia tak menyangka jika gadis kecil yang bertahun-tahun dia cari, akhirnya sekarang berada di depannya. Meski Elina belum mengingat siapa Alano dan keluarga, setidaknya sekarang Elina sudah menjadi istri Alano. Hal itu membuat Lavira merasa lebih tenang, dia juga tak menuntut Elina untuk mengingat dirinya. Seperti ini saja sudah membuat Lavira merasa senang. Sett ... Elina terkejut ketika tiba-tiba Alano memberikan secentong sayur brokoli di atas nasinya. Elina menoleh dan menatap Alano dengan wajah polos. Alano sendiri nampak santai, terus menyuap makanannya dengan ekspresi datar seperti biasa. Lavira tersenyum menatap itu, dia merasa senang keti

  • Istri Kecil Penebus Hutang   183. Nakal

    “Ini masuknya ke mana?”“Aku juga tidak tahu.”“Makanya lebih tarik, lebarkan sedikit lagi.”“Sudah tidak bisa ini, Mas.”Lavira dan Avram saling tatap tepat di depan pintu kamar Alano. Kamar yang mulai hari itu akan dihuni pula oleh Elina. Setelah tadi sepasang pengantin baru itu meminta izin untuk ke kamar lebih dulu. Lavira ingin menyusul dan mengantarkan makanan untuk Elina, sebab setahunya Elina belum makan malam.Namun, siapa sangka niat mereka malah mendapatkan perkata-perkataan demikian. Lavira tersenyum, dia berfikir hal yang diinginkannya. Kegiatan malam pertama para pengantin baru pada umumnya. Avram pun menatap senyum sang istri, dia terkekeh kecil.“Mereka akan kasih kita cucu ‘kan, Pa?” tanya Lavira cukup terdengarn polos.Avram kembali terkekeh geli. “Biarkan saja mereka, ayo kita kembali ke bawah. Kamu juga harus segera tidur, ini sudah larut.”“Iya, tapi ... Elin belum makan, Pa.”“Nanti kalau mereka sudah selesai, mungkin akan terasa lapar. Alan bisa bantu Elin ambil

  • Istri Kecil Penebus Hutang   182. Panggilan

    Sepasang insan sekarang sedang duduk di tepian ranjang sambil saling lirik. Mereka adalah sepasang pengantin baru yang baru saja sah setelah acara ijab qabul beberapa jam lalu. Alano dan Elina, mereka duduk dengan sudut mata sama-sama melirik satu sama lain.Alano pun menghela napas pelan. Dia nampaknya cukup bingung harus melakukan apa setelah ini. Lavira dan Avram tadi sempat menggoda dirinya. Alano si kaku, dia tak pernah memiliki kekasih. Dia tak tahu cara berhubungan dengan perempuan, tetapi dia adalah pria normal dan tak sepolos Avram dulu. Alano sudah dewasa, sehingga dia tahu kegiatan apa biasa dilakukan sepasang pengantin baru.Hanya saja, masalahnya sekarang adalah mereka pribadi. Alano dan Elina terbilang menikah tanpa ada kata cinta. Mereka hanya saling merasa nyaman satu sama lain untuk saat ini. Elina pun tertarik kepada Alano karena ketampanan pria itu, dan tentunya merasa nyaman. Elina sejujurnya tak paham dengan perasaannya sendiri, setiap kali melihat dan berdekatan

  • Istri Kecil Penebus Hutang   181. Ijab Qabul

    Elina menatap ke samping, di mana kedua orang tuanya berada. Dia tak menyangka jika dirinya benar-benar akan segera menikah dengan Alano. Kemarin-kemarin dia masih berpikir jika Alano hanya bercanda. Sampai akhirnya satu minggu kemudian kedua orang tua Elina datang ke Indonesia dan mengatakan jika mereka senang tahu Elina akan menikah dengan Alano.Elina meminta pernikahan ini tak usah ada pesta sebelum dirinya wisuda. Sebab dia tak ingin diserbu oleh para fans Alano selama di kampus. Hal itu akhirnya dituruti oleh Alano. Akhirnya mereka hanya akan mengadakan ijab qabul saja dulu, sebelum nanti mengadakan pesta mewah setelah Elina benar-benar wisuda.“Kami keluar dulu, Sayang. Nanti akan Mama jemput kalau sudah selesai.”“Iya, Ma,” sahut Elina sambil menarik napas.Cklek ...“Astaga, sahabatkuu ini. Kau menikungkuu!”Elina terkejut ketika tiba-tiba Mei masuk ke dalam ruangan tempatnya menunggu, Mei berteriak. Hari ijab qabul yang begitu tiba-tiba. Tak hanya mengejutkan Elina, tentu sa

  • Istri Kecil Penebus Hutang   180. Baru Kenal

    Elina menatap Lavira yang terlihat begitu antusias memperlihatkan berbagai macam bentuk mode gedung pernikahan. Perempuan itu masih tak paham dengan keadaan tiba-tiba ini. Baru tadi Alano mengatakan dia akan mengurus pernikaha, pria itu sudah memberitahu Lavira dan Avram. Sekarang Lavira nampak sangat semangat memperlihatkan berbagai macam dekorasi gedung pernikahan.“Kamu suka yang ini? Ini cantik juga, astaga, jadi bingung,” celoteh Lavira.“M-maaf, Tante. Ini beneran bakalan nikah?”Lavira menoleh dan menatap Elina yang nampak sangat bingung. Perempuan itu terkekeh, dia melirik Alano di samping Avram. Dua pria itu juga berada di sana, mereka duduk tak jauh dari tempat Lavira serta Elina berada. Kini mereka berempat sedang berada di sofa ruangan keluarga mansion Dakasa, setelah tadi Elina sudah sempat diajak makan malam oleh Alano.“Kamu tidak bilang lebih jelas sama, Elin, No? Dia kebingungan loh, ini,” ucap Lavira kepada Alano.“Udah, Ma. Dia mau.”“Masa iya, terus kenapa dia nany

  • Istri Kecil Penebus Hutang   179. PHP?

    “Kata orang-orang, dia itu psikopat. Jadi dia suka bunuh orang, aku ngeri kalau nanti menikah dengannya ... pas aku lagi tidur, malah dicekik dan mati.”Alano menatap Elina yang melanjutkan kalimatnya. Dia berdeham sambil tertawa kecil mendengar kalimat takut Elina. “Kalau memang begitu, seharusnya kau sedari tadi sudah aku cekik dan mati,” cetus Alano santai.Kalimat Alano itu membuat Elina terdiam. Perempuan itu kembali menggeliat pelan, sampai kelopak matanya bergerak pelan pula. Kening Elina berkerut ketika dia berniat membuka mata. Dengan mata sedikit memicing, akhirnya kini dua bola mata itu terbuka. Elina menatap sekitar sambil menggeliat, sampai pergerakannya terhenti ketika melihat paha seseorang tepat di samping tubuhnya.Mengikuti paha tersebut, Elina mendongak sampai akhirnya kedua bola matanya menangkap wajah tampan seseorang. Saat dua pasang bola mata itu beradu pandang, tepat ketika itu pula Elina melotot. Dia melotot karena terkejut melihat wajah tampan Alano di saat d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status