Masih di hari ketujuh setelah aku menikah dengan Cedric. Baru satu minggu aku menikah dengan Kaisar Kekaisaran Eqara dan aku sudah menjadi topik berita utama dalam surat kabar kekaisaran. Ini adalah pencapaian terbesar dalam hidupku. Aku yakin mereka semua sedang membicarakan aku.
Aku membaca berita tentangku yang mengamuk di persidangan. Mereka menulis semua kata-kata yang aku ucapkan di persidangan. Termasuk kata-kataku yang menghina anggota dewan dan menghina kaisar itu sendiri. Aku tertawa saat membaca ini. "Semua orang sedang membicarakan tentang berita itu, Yang Mulia," kata Lucy. "Ya, itu cukup lucu untukku," kataku sambil tertawa. "Apa Anda tidak takut, Yang Mulia?" tanya Lucy. Aku tertawa terbahak-bahak karena mendengarkan pertanyaannya. "Takut? Takut dengan apa? Takut dengan gunjingan orang-orang? Apa kau benar-benar menanyakan itu pada orang yang berani menghina kaisar di depan dewan?" tanyaku balik. Lucy tersenyum mendengar pertanyaanku. Entah apa yang dia pikirkan. "Yang Mulia, saya benar-benar mengagumi keberanian Anda. Terutama saat Anda di persidangan. Bulu kuduk saya berdiri saat mendengar ucapan Anda di persidangan walau saya hanya mendengar suara Anda dari balik tembok," kata Lucy. "Eh, begitukah?" tanyaku. "Iya, Yang Mulia. Semalam, Yang Mulia Kaisar mengumpulkan semua pelayan pengawas dan menawari kami untuk menjadi pelayan pribadi Anda. Saya langsung mengajukan diri saat itu juga," kata Lucy. "Kau masih terlihat sangat muda. Berapa usiamu?" tanyaku. "Saya akan berusia dua puluh lima tahun dua hari lagi," kata Lucy. "Ternya benar-benar masih muda. Biasanya pelayan pengawas berusia tiga puluh lima tahun keatas. Bagaimana kau menjadi pelayan pengawas semuda ini?" tanyaku. "Saya sudah mejadi pelayan di istana sejak berusia empat belas tahun," kata Lucy. "Empat belas tahun? Kau masuk istana di usia empat belas tahun? Hebat juga dirimu. Katanya ujian untuk menjadi pelayan istana lumayan sulit," komentarku. "Ya, saat itu ada kondisi yang memaksa di rumah saya. Jadi saya sangat berambisi agar bisa kabur dari rumah," kata Lucy. "Kau masuk istana agar bisa kabur dari rumah? Apa yang terjadi? Ah, kau tidak perlu menceritakannya padaku kalau itu terlalu sensitif," kataku. Lucy menggelengkan kepalanya lalu berkata, "Dulu ayah saya terjerat hutang yang lumayan banyak karena dia ketagihan judi. Lalu ayah saya berniat menikahkan saya pada orang yang meminjamkan uang pada ayah saya. Orang itu berjanji akan menganggap hutang ayah saya lunas apabila saya menikah dengan orang itu. Tentu saja saya tidak mau. Orang itu bahkan berusia lebih tua dari ayah saya. Dia juga memiliki bayak istri. Oleh karena itu, saya mencari cara agar bisa kabur dari rumah dan tidak akan pernah bisa tertangkap. Kebetulan saat itu istana kekaisaran sedang merekrut orang untuk menjadi pelayan. Saat itu, saya berusaha keras agar bisa menjadi salah satu pelayan di istana. Dengan begitu ayah saya tidak bisa mengusik saya lagi." "Kau benar-benar perempuan yang hebat, Lucy. Aku kagum padamu," kataku. "Saya tidak sehebat itu, Yang Mulia," kata Lucy malu-malu. "Tidak, tidak. Kau benar-benar hebat. Aku tidak yakin apakah aku bisa melakukan hal yang sama jika aku berada di posisimu saat itu. Kau sudah berjuang untuk dirimu sendiri dan kau harus mengapresiasi kerja kerasmu sendiri hingga kau bisa berada di titik ini. Berterimakasih lah pada dirimu sendiri," kataku. Lucy tertegun saat aku memujinya. Reaksinya benar-benar lucu. Tiba-tiba air matanya mengalir. Eh? Kenapa? Apa aku mengatakan sesuatu yang salah. Apa aku membuatnya menangis? Apa yang harus aku lakukan? Eh? "Tidak ada yang mengatakan itu pada saya sebelumnya," kata Lucy sambil mengusap air matanya. "Terima kasih, Yang Mulia." "Eh? Tapi aku tidak melakukan apa-apa," kataku. Kenapa dia berterimakasih padaku? "Saya akan setia pada Anda dan akan selalu mengikuti Anda selamanya," katanya dengan sangat yakin. "Tapi kita baru saja saling kenal. Apa kau yakin mengucapkan janji seperti itu?" tanyaku. "Ya, saya sangat yakin. Saya yakin saya telah memilih tuan yang tepat," kata Lucy dengan sangat yakin. Dia benar-benar sangat lucu. "Kau mungkin tidak punya kesempatan untuk menikah bila kau terus mengikuti selamanya," godaku. "Saya tidak akan pernah menikah dan akan mengabdikan diri saya sepenuhnya pada Yang Mulia Ratu Stella," katanya dengan yakin. Aku tertawa kecil dan berkata, "Kau tidak perlu seekstrem itu." "Saya tidak melakukan hal eksrem, Yang Mulia. Saya hanya ingin melayani Anda," katanya. "Iya, iya, terserah kau saja," kataku sambil tertawa kecil. "Ah, saya hampir lupa. Ada surat untuk Anda, Yang Mulia," kata Lucy. Lucy berjalan untuk mengambil surat-surat yang ditujukan untukku lalu menyerahkan surat-surat itu padaku. Aku membuka surat-surat itu dan membacanya. Surat-surat itu berasal dari teman-temanku. Mereka menuliskan surat yang isinya hampir sama. Mereka menanyakan kabarku dan menyinggung tentang tingkahku di pengadilan kamarin. Aku tertawa kecil karena mereka terlalu mengkhawatirkan aku. "Lucy, apa aku boleh keluar dari istana hanya untuk sehari?" tanyaku. "Untuk itu, Anda butuh izin dari Yang Mulia Kaisar untuk sekarang. Kemungkinan besar Yang Mulia tidak mengizinkan Anda keluar untuk beberapa saat setelah kejadian kemarin. Sebenarnya, di luar kamar ini ada sekitar sepuluh penjaga yang berjaga," kata Lucy. Aku berdecak kesal saat mendengar hal itu. "Kalau begitu apakah aku bisa mengundang dua orang nyonya bangsawan ke sini?" tanyaku. "Anda bisa melakukan itu tapi Anda memerlukan cap segel resmi agar orang yang Anda undang bisa memiliki akses masuk ke area pribadi istana utama," kata Lucy. "Cap segel resmi? Apa aku punya sesuatu seperti itu?" tanyaku. "Sepertinya Yang Mulia Kaisar belum memberikan cap segel resmi untuk Anda," kata Lucy. Aku berdecak kesal lagi. "Aku tidak mau berurusan dengan kaisar sialan itu untuk saat ini. Tapi aku sangat ingin bertemu dengan teman-temanku," kataku. Aku menarik nafas panjang. "Sialan! Sepertinya aku tidak bisa bertemu dengan teman-temanku dalam waktu dekat. Lucy, ambilkan kertas dan pena. Aku akan membalas surat-surat ini sekarang." "Baiklah, Yang Mulia." Lucy segera mengambil beberapa kertas dan pena. Ia meletakkan kertas dan pena itu di atas meja di depanku. Tidak lupa dia memberesi piring-piring bekas makananku agar aku lebih leluasa untuk menulis surat. Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Lebih baik aku menanyakan itu pada Lucy. "Oh iya, apa yang sebenarnya terjadi pada Permaisuri? Maksudku bagaimana kejadiannya?" "Saya juga tidak terlalu tahu bagaimana detailnya. Yang saya tahu, saat itu, Permaisuri sedang makan malam bersama Kaisar. Lalu Permaisuri tiba-tiba batuk darah dan tak sadarkan diri. Kaisar langsung panik saat itu," kata Lucy. "Ah, sayang sekali Kaisar tidak terkena racun juga," candaku. "Yang Mulia, Anda tidak boleh berkata seperti itu," tergur Lucy. "Iya, iya." ***Hari ke- ... keberapa ya? Sudah lama aku tidak menghitung hari di buku harianku. Lagi pula aku juga sudah tidak pernah meluangkan waktu untuk menulis buku harianku lagi sejak aku menjadi permaisuri karena aku benar-benar sangat sibuk. Kebetulan hari ini aku menemukan buku harianku lagi jadi aku akan menulis sedikit di buku harianku. Ini mungkin akan jadi terakhir kalinya aku menulis di buku harianku. Baiklah, mari kita mulai dengan anak-anak. Brandon dan Caelan sekarang sudah berusia tujuh tahun. Lalu aku punya dua anak lagi sekarang yaitu Darren dan Elliana. Darren berusia lima tahun dan Elliana berusia tiga tahun. Istana ini jadi sangat ramai karena adanya mereka. Lalu tentang Cedric, dia masih sama saja. Tidak ada yang berubah darinya. Dia masih saja pilih kasih pada anak-anak. Tapi mau bagaimana lagi? Aku sudah berusaha untuk membujuknya namun dia tetap saja seperti itu. Lalu Caelan, dia memang kurang mendapatkan perhatian dari Cedric. Namun, sebisa mungkin aku meluangkan waktu
Hari ke-1214 setelah aku menikah dengan Cedric. Sudah sekitar dua bulan sejak pemakaman Arion. Hari ini, adalah hari penobatanku sebagai permaisuri. Aku sama sekali tidak pernah menyangka bahwa aku harus menggantikan posisi Alicia sebagai permaisuri. Sebenarnya aku tidak ingin menduduki posisi permaisuri karena aku tidak akan bisa bermalas-malasan di kamar lagi. Tapi mau bagaimana lagi? Posisi permaisuri harus diisi oleh seseorang. Baiklah, mari kita lihat dari sisi positifnya. Sisi positifnya aku punya kekuasaan yang legal di istana. Aku juga bisa mengarahkan para kesatria kaisar jika kaisar tidak ada di tempat. Lalu sisi negatifnya, aku akan sangat amat sibuk mengurus pekerjaan. Dan itu akan menyita banyak waktu dan tenaga. Aku harap aku bisa meluangkan waktu untuk Brandon. Saat ini aku sedang berdandan untuk acara penobatan. Tentu saja aku dibantu oleh Lucy untuk memakai gaun yang berlapis-lapis ini. Gaun ini bahkan lebih berat dari pada gaun pernikahanku. Aku menoleh ke arah
Hari ke-1154 setelah aku menikah dengan Cedric. Saat ini aku berada di ruang kerja Cedric. Aku berdiri di sebelah tempat duduk Cedric.Pintu ruangan ini terbuka, beberapa kesatria masuk ke dalam sambil membawa Alicia. Para kesatria itu memposisikan Alicia agar berlutut di hadapan kami.Aku melihat Alicia dengan perasaan dendam yang tidak bisa hilang dari hatiku. Rasanya aku ingin memenggal kepalanya. Namun, sepertinya hukuman mati terlalu ringan untuknya. Dia harus merasa tersiksa hingga dia memiliki keinginan untuk mati."Apa kau sudah puas?" tanya Cedric pada Alicia."Kenapa? Apa apa kau sangat sedih kehilangan anak dari wanita itu?" tanya Alicia dengan nada menantang.Dia benar-benar membuatku kesal. Bolehkah aku menonjok wajahnya lagi? Aku benar-benar ingin menonjok wajahnya lagi."Jaga bicaramu, Alicia!" kata Cedric dengan nada tegas."Oh, ayolah, Sayang. Jangan bersikap seperti itu pada istrim
Hari ke-1152 setelah aku menikah dengan Cedric. Hari ini adalah hari pemakaman Arion. Hatiku terasa sangat hampa saat melihat peti yang berisi tubuh Arion dimakamkan di pemakaman keluarga kerajaan di ibu kota.Aku menatap kosong ke arah makam Arion. Aku sudah tidak bisa menangis lagi untuk saat ini. Sepertinya air mataku sudah terkuras habis dan butuh waktu untuk mengisi stok air mataku lagi.Setelah prosesi pemakaman selesai, Cedric membawa aku kembali ke istanaku. Sesampainya di istanaku, Cedric tidak langsung meninggalkan aku. Sepertinya dia ingin menemaniku.Aku duduk di atas tempat tidurku dan Cedric duduk di sebelahku. Kami hanya diam saja di sini selama beberapa saat."Kau tidak perlu menemaniku terus, kau tahu," kataku memecah keheningan.Cedric menghela napas lalu menatapku selama beberapa saat. Cedric berkata, "Aku hanya khawatir padamu.""Aku baik-baik saja," kataku."Kau jelas-jelas tida
Hari ke-1150 setelah aku menikah dengan Cedric. Pagi ini, keadaan Arion sangat membaik dari pada hari sebelumnya. Dokter tidak melarang kami untuk membawa Arion ke kastil.Saat ini Arion, Brandon, Cedric, dan aku berkumpul di taman kastil. Kami akan merayakan ulang tahun Arion walaupun sudah terlambat beberapa hari.Kami berada di sebuah gazebo. Kami duduk sambil menikmati makanan kami dengan tenang.Hari ini semuanya terasa begitu damai. Aku bisa mengistirahatkan pikiranku sejenak karena Arion sudah lebih baik saat ini.Arion duduk di pangkuanku sambil memelukku erat. Dia benar-benar tidak mau lepas dariku dari tadi. Tapi aku sama sekali tidak mempermasalahkan hal ini.Sementara itu, Brandon berada di pangkuan Cedric. Kalau dilihat-lihat, tampang dan tingkah mereka sangat mirip. Terlebih lagi saat mereka sedang makan. Gerakan mereka saat mengunyah sangat mirip."Arion, apa kau tidak merindukan Ayah?" tany
Hari ke-1147 setelah aku menikah dengan Cedric. Aku terbangun di kamar lamaku yang ada di kastil Gilmond. Ternyata aku sudah sampai di sini. Ingatan terakhirku sebelum aku tidur adalah Cedric, Arion, dan aku sedang dalam perjalanan menuju ke Gilmond untuk mendapatkan pengobatan untuk Arion. Aku duduk di tempat tidurku. Aku meraih segelas air yang ada di nakas lalu aku meminumnya sampai habis.Pintu kamarku terbuka lalu Cedric Cedric masuk ke dalam sambil menggendong Brandon. Sudah lama aku tidak melihat Brandon. Ternyata dia tumbuh dengan cepat. "Akhirnya kau bangun juga. Kau sudah tidur selama dua hari," kata Cedric sambil berjalan mendekat. "Aku benar-benar kelelahan karena Alicia terus memaksaku untuk bekerja," kataku. Aku menghela napas panjang. "Kau juga terlihat lebih kurus," kata Cedric. "Lalu, bagaimana dengan Arion?" tanyaku. "Arion berada di rumah sakit," kata Cedric. "Apa dia baik-baik saja?" tanyaku. "Aku tidak bisa mengatakan bahwa dia baik-baik saja untuk sekaran