Masih di hari ke enam setelah aku menikah dengan Cedric. Matahari mulai terbenam. Sudah ketiga kalinya aku berpindah tempat untuk tinggal. Mungkin bisa dibilang ke empat kalinya apabila penjara dihitung.
Aku lelah. Aku sangat amat lelah tiada tara. Aku ingin pulang ke rumah ayah. Jangan bilang bahwa aku tidak bisa bersyukur. Sejak awal hidupku berbeda dengan rakyat jelata yang sejak lahir sudah hidup susah. Maaf saya beda kasta. Seorang pelayan membawakan beberapa piring makanan di lengkapi dengan hidangan penutup juga. Pelayan itu meletakkan makanan itu di meja kemudian berjalan keluar. Aku langsung berjalan menuju meja dan memakan makanan itu. Kali ini, makanannya normal. Tidak ada bau aneh di maknan ini. Aku melahap seluruh makanan itu tanpa sisa. Rasanya benar-benar nikmat dan memuaskan untuk sesaat. Kemudian aku teringat tentang Cedric sialan itu. Aku benar-benar membencinya. Entah apa lagi yang akan dia lakukan padaku besok. Sial. Aku ingin pulang. Aku merindukan ibu. Aku rindu saat aku bisa tiduran di pangkuan ibu. Ibu, pernikahan itu benar-benar menakutkan. Aku ingin pergi dari tempat ini. Aku tidak mau mengakuinya tapi aku juga merindukan adikku yang menyebalkan itu. Ayah, bisakah ayah membawaku pulang? Dadaku terasa sesak dan berat. Ah, air mataku jatuh lagi. Aku tidak bisa berhenti menangis. Aku menenggelamkan wajahku di antara lenganku di atas meja. Tiba-tiba seseorang menyentuh pundakku. Aku terkejut dan langsung mengangkat kepalaku untuk melihat ke arahnya. Ternyata dia adalah Cedric. Aku langsung menghapus air mataku saat melihat wajahnya. "Apa?!" tanyaku dengan nada tinggi. Saat ini aku benar-benar sedang emosional dan bodohnya dia datang ke sini. "Kau bilang kau ingin keadilan. Aku sudah menemukan orang yang meracunimu dan Alicia. Orang itu ingin mengadu domba kita," kata Cedric dengan datar. "Ya, terus? Entah kenapa aku sama sekali tidak merasa senang," kataku. "Kau tidak senang? Apa kau tidak senang telah lolos dari jebakannya?" tanyanya. "Apa kau pikir aku akan merasa senang setelah melalui semua itu? Apa kau pikir aku senang berada di sini? Tidak sama sekali," kataku. "Lalu apa lagi yang kau inginkan agar kau senang?" tanya Cedric. "Satu-satunya hal yang aku inginkan hanyalah pulang ke rumah ayahku," kataku. "Tidak. Kau sudah menjadi bagian dari keluarga kekaisaran. Kau tidak bisa seenaknya sendiri," kata Cedric. "Aku tidak bisa seenaknya sendiri, katamu? Kau lah yang seenaknya sendiri menikahiku tanpa persetujuanku. Lalu kau memperlakukan aku seperti kotoran babi. Aku tidak pernah mau menjadi istrimu meskipun kau adalah penguasa di kekaisaran ini," teriakku sambil melempar meja di depanku. Aku tidak peduli piring-piring yang ada di atas meja berjatuhan dan pecah di lantai. "Apa kau sadar apa yang kau lakukan di hadapan kaisar?" tanya Cedric. Raut wajahnya benar-benar marah. "Siapa itu kaisar?! Yang aku lihat di depanku adalah pria yang menikahiku seenaknya!" "Cukup! Sebaiknya kau berhenti sebelum aku menghukummu," ancamnya. "Hukum saja aku! Hukum! Aku yakin kau sangat ingin memenggal kepalaku. Aku yakin kau terbiasa memperlakukan orang lain seperti bidak dan siap membuangnya setiap saat jika sudah tidak terpakai. Kau seharusnya bisa memenggalku saat ini juga tapi kau tidak melakukan hal itu. Karena kau masih memerlukan bantuan ayahku!" "Cukup! Kau tidak mengerti," kata Cedric. "Ya! Aku tidak mengerti dan mau mengerti!" "Dasar wanita egois," kata Cedric. "Ya, aku egois. Terus kenapa? Apakah jadi masalah jika aku hanya memikirkan diriku sendiri?!" "Sebagai salah satu dari istri kaisar, kau seharusnya tidak boleh egois dan harus menjaga sikap," kata Cedric. "Persetan dengan semua itu! Sejak awal aku tidak pernah mau menjadi istri kaisar. Siapa juga yang mau menjadi istri kaisar?" "Apa kau tidak menyadari posisimu? Ada banyak wanita di luar sana yang menginginkan posisimu," kata Cedric. "Lalu kenapa? Mereka semua pasti sudah gila!" kataku. "Cukup! Kau harus beristirahat," kata Cedric. Sepertinya dia ingin mengakhiri perdebatan ini. "Kalau kau tidak puas denganku, ceraikan saja aku dan cari saja wanita lain!" Teriakku. Dia mengabaikanku dan keluar dari kamar ini. *** Hari ketujuh setelah pernikahan. Aku terbangun masih di kamar yang sama. Cahaya matahari terlihat sangat terang. Sepertinya aku bangung terlalu siang. Aku melihat ke sekeliling. Pecahan piring kemarin sudah tidak ada. Sepertinya para pelayan sudah membersihkannya. Tiba-tiba aku mendengar seseorang mengetuk pintu. "Yang Mulia Ratu, apakah Anda sudah bangun?" tanya seorang wanita dari balik pintu. "Ya, masuk lah," kataku. Wanita itu pun masuk. Wanita itu menggunakan pakaian pelayan dengan posisi tinggi. Wanita itu berdiri di depanku kemudian membungkuk hormat kepadaku. Anna dan Clara tidak pernah membungkuk seperti itu padaku. Ternyata sejak awal mereka sama sekali tidak berniat untuk menghargaiku dan memiliki niat buruk padaku. "Bangun lah," kataku. "Yang Mulia, saya akan menjadi pelayan pribadi Anda mulai saat ini. Nama saya Lucy," kata pelayan itu. "Lucy, ya. Kenapa seorang pelayan pengawas menjadi pelayan pribadiku?" tanyaku. "Sudah sewajarnya untuk pelayanan pengawas menjadi pelayan pribadi istri kaisar," kata Lucy. Sewajarnya katanya? Sebelumnya hanya ada dua pelayan pekerja yang melayaniku. Ternyata aku benar-benar tidak dihargai di sini. "Ngomong-ngomong, apa yang terjadi pada dua pelayan yang melayaniku?" tanyaku. "Mereka berdua sudah dipenggal. Awalnya, mereka berdua adalah pelayan Permaisuri. Tapi mereka tiba-tiba mereka dipindah tugaskan menjadi pelayan Anda. Mereka sangat menyayangi Permaisuri. Mereka merasa sangat kecewa karena harus melayani Anda. Menurut pengakuan mereka, mereka diprovokasi oleh sepupu Permaisuri untuk mencelakai Anda agar dapat kembali melayani permaisuri." "Lalu siapa pelaku yang mencelakai Permaisuri?" tanyaku. "Orang yang sama dengan orang yang memprovokasi pelayan Anda," kata Lucy. "Orang yang sama? Dia pasti sangat ingin menjadi wanita kaisar," kataku dengan nada mengejek. "Iya, dia mengakui bahwa ia ingin menjadi istri kaisar," kata Lucy. "Dasar wanita bodoh," kataku. Ternyata Cedric menyinggung soal posisiku tadi malam karena kejadian ini. "Yang Mulia, saya akan mengambilkan makan siang Anda," kata Lucy. Lucy keluar selama beberapa saat kemudian kembali dengan membawa troli berisi makanan. Lucy menghidangkan makanan itu di meja. Aku berjalan menuju meja dan duduk di kursi. Aku mengamati makanan itu. Semuanya tampak lezat dan menggugah selera. "Bukankah ini terlalu banyak untukku seorang?" tanyaku. "Tidak, Yang Mulia. Semua ini sudah sesuai dengan standar," kata Lucy. Sesuai dengan standar katanya? Sial, aku langsung merasa marah karena perlakuan yang mereka lakukan padaku sebelumnya. Aku menarik nafas panjang untuk menenangkan emosiku. Aku memakan makananku dan mencoba untuk tenang. Baiklah makanan ini sangat enak. Setidaknya makanan ini bisa meredakan emosiku. "Ngomong-ngomong, Yang Mulia. Anda menjadi topik berita utama dalam surat kabar kekaisaran." "Apa?!" ***Hari ke- ... keberapa ya? Sudah lama aku tidak menghitung hari di buku harianku. Lagi pula aku juga sudah tidak pernah meluangkan waktu untuk menulis buku harianku lagi sejak aku menjadi permaisuri karena aku benar-benar sangat sibuk. Kebetulan hari ini aku menemukan buku harianku lagi jadi aku akan menulis sedikit di buku harianku. Ini mungkin akan jadi terakhir kalinya aku menulis di buku harianku. Baiklah, mari kita mulai dengan anak-anak. Brandon dan Caelan sekarang sudah berusia tujuh tahun. Lalu aku punya dua anak lagi sekarang yaitu Darren dan Elliana. Darren berusia lima tahun dan Elliana berusia tiga tahun. Istana ini jadi sangat ramai karena adanya mereka. Lalu tentang Cedric, dia masih sama saja. Tidak ada yang berubah darinya. Dia masih saja pilih kasih pada anak-anak. Tapi mau bagaimana lagi? Aku sudah berusaha untuk membujuknya namun dia tetap saja seperti itu. Lalu Caelan, dia memang kurang mendapatkan perhatian dari Cedric. Namun, sebisa mungkin aku meluangkan waktu
Hari ke-1214 setelah aku menikah dengan Cedric. Sudah sekitar dua bulan sejak pemakaman Arion. Hari ini, adalah hari penobatanku sebagai permaisuri. Aku sama sekali tidak pernah menyangka bahwa aku harus menggantikan posisi Alicia sebagai permaisuri. Sebenarnya aku tidak ingin menduduki posisi permaisuri karena aku tidak akan bisa bermalas-malasan di kamar lagi. Tapi mau bagaimana lagi? Posisi permaisuri harus diisi oleh seseorang. Baiklah, mari kita lihat dari sisi positifnya. Sisi positifnya aku punya kekuasaan yang legal di istana. Aku juga bisa mengarahkan para kesatria kaisar jika kaisar tidak ada di tempat. Lalu sisi negatifnya, aku akan sangat amat sibuk mengurus pekerjaan. Dan itu akan menyita banyak waktu dan tenaga. Aku harap aku bisa meluangkan waktu untuk Brandon. Saat ini aku sedang berdandan untuk acara penobatan. Tentu saja aku dibantu oleh Lucy untuk memakai gaun yang berlapis-lapis ini. Gaun ini bahkan lebih berat dari pada gaun pernikahanku. Aku menoleh ke arah
Hari ke-1154 setelah aku menikah dengan Cedric. Saat ini aku berada di ruang kerja Cedric. Aku berdiri di sebelah tempat duduk Cedric.Pintu ruangan ini terbuka, beberapa kesatria masuk ke dalam sambil membawa Alicia. Para kesatria itu memposisikan Alicia agar berlutut di hadapan kami.Aku melihat Alicia dengan perasaan dendam yang tidak bisa hilang dari hatiku. Rasanya aku ingin memenggal kepalanya. Namun, sepertinya hukuman mati terlalu ringan untuknya. Dia harus merasa tersiksa hingga dia memiliki keinginan untuk mati."Apa kau sudah puas?" tanya Cedric pada Alicia."Kenapa? Apa apa kau sangat sedih kehilangan anak dari wanita itu?" tanya Alicia dengan nada menantang.Dia benar-benar membuatku kesal. Bolehkah aku menonjok wajahnya lagi? Aku benar-benar ingin menonjok wajahnya lagi."Jaga bicaramu, Alicia!" kata Cedric dengan nada tegas."Oh, ayolah, Sayang. Jangan bersikap seperti itu pada istrim
Hari ke-1152 setelah aku menikah dengan Cedric. Hari ini adalah hari pemakaman Arion. Hatiku terasa sangat hampa saat melihat peti yang berisi tubuh Arion dimakamkan di pemakaman keluarga kerajaan di ibu kota.Aku menatap kosong ke arah makam Arion. Aku sudah tidak bisa menangis lagi untuk saat ini. Sepertinya air mataku sudah terkuras habis dan butuh waktu untuk mengisi stok air mataku lagi.Setelah prosesi pemakaman selesai, Cedric membawa aku kembali ke istanaku. Sesampainya di istanaku, Cedric tidak langsung meninggalkan aku. Sepertinya dia ingin menemaniku.Aku duduk di atas tempat tidurku dan Cedric duduk di sebelahku. Kami hanya diam saja di sini selama beberapa saat."Kau tidak perlu menemaniku terus, kau tahu," kataku memecah keheningan.Cedric menghela napas lalu menatapku selama beberapa saat. Cedric berkata, "Aku hanya khawatir padamu.""Aku baik-baik saja," kataku."Kau jelas-jelas tida
Hari ke-1150 setelah aku menikah dengan Cedric. Pagi ini, keadaan Arion sangat membaik dari pada hari sebelumnya. Dokter tidak melarang kami untuk membawa Arion ke kastil.Saat ini Arion, Brandon, Cedric, dan aku berkumpul di taman kastil. Kami akan merayakan ulang tahun Arion walaupun sudah terlambat beberapa hari.Kami berada di sebuah gazebo. Kami duduk sambil menikmati makanan kami dengan tenang.Hari ini semuanya terasa begitu damai. Aku bisa mengistirahatkan pikiranku sejenak karena Arion sudah lebih baik saat ini.Arion duduk di pangkuanku sambil memelukku erat. Dia benar-benar tidak mau lepas dariku dari tadi. Tapi aku sama sekali tidak mempermasalahkan hal ini.Sementara itu, Brandon berada di pangkuan Cedric. Kalau dilihat-lihat, tampang dan tingkah mereka sangat mirip. Terlebih lagi saat mereka sedang makan. Gerakan mereka saat mengunyah sangat mirip."Arion, apa kau tidak merindukan Ayah?" tany
Hari ke-1147 setelah aku menikah dengan Cedric. Aku terbangun di kamar lamaku yang ada di kastil Gilmond. Ternyata aku sudah sampai di sini. Ingatan terakhirku sebelum aku tidur adalah Cedric, Arion, dan aku sedang dalam perjalanan menuju ke Gilmond untuk mendapatkan pengobatan untuk Arion. Aku duduk di tempat tidurku. Aku meraih segelas air yang ada di nakas lalu aku meminumnya sampai habis.Pintu kamarku terbuka lalu Cedric Cedric masuk ke dalam sambil menggendong Brandon. Sudah lama aku tidak melihat Brandon. Ternyata dia tumbuh dengan cepat. "Akhirnya kau bangun juga. Kau sudah tidur selama dua hari," kata Cedric sambil berjalan mendekat. "Aku benar-benar kelelahan karena Alicia terus memaksaku untuk bekerja," kataku. Aku menghela napas panjang. "Kau juga terlihat lebih kurus," kata Cedric. "Lalu, bagaimana dengan Arion?" tanyaku. "Arion berada di rumah sakit," kata Cedric. "Apa dia baik-baik saja?" tanyaku. "Aku tidak bisa mengatakan bahwa dia baik-baik saja untuk sekaran