Untuk pertama kalinya Annabelle memindai wajah Yunita, seolah merekam wajah dan penampilan wanita tersebut dalam memorinya. Namun, semakin menyadari bahwa wajah Yunita begitu mulus dan pandai bersolek, Annabelle semakin membandingkan dirinya dengan wanita itu, dan tak salah jika dia berkecil hati untuk saat ini.Yunita mengenakan jeans hitam ketat, dipadu atasan merah muda yang juga ketat, sehingga membentuk setiap lekuk tubuh wanita itu. Bahkan, kerah bajunya yang berpotongan rendah sedikit memperlihatkan payudaranya yang penuh dan tampak sintal.Harus Annabelle akui, bahwa dirinya lebih pendek dari pada Yunita. Posisi mereka yang berdekatan membuatnya tersadar bahwa tinggi Annabelle hanya sebatas dagu Yunita. Dari awal melihat wanita itu, pandangan Annabelle memang hanya terfokus pada bibir dan mata Yunita, tetapi kini dia juga bisa melihat hidung Yunita sedikit lebih mancung dibanding dirinya.Hal tersebut membuat Annabelle berpikir, pantas saja dulu Samuel langsung menceraikan Ann
Tepat pukul sepuluh malam, Annabelle dan Samuel bersama anak mereka tiba di villa. Annabelle sudah terlihat sangat lelah, seolah ingin segera melemparkan tubuhnya ke tempat tidur— tak berbeda dengan Samuel.Namun, sayangnya Samuel tak bisa langsung beristirahat, terutama karena dia sudah ditunggu Dika sejak tadi.Selama tinggal di villa, Annabelle sudah terbiasa melihat kehadiran adik lelaki Samuel yang datang setiap malam, dan dia tak pernah mempertanyakan apa yang dilakukan Samuel dan adiknya.Saat itu, dia memilih untuk sama sekali tak peduli dengan apa yang dilakukan Samuel, atau pun ke mana pria itu pergi.Akan tetapi, kali ini mungkin dia harus sedikit peduli dan mencari tahu lebih banyak tentang suaminya. Terutama setelah dia Annabelle menyadari bahwa rumah tangganya dengan Samuel kali ini benar-benar dimulai dari awal, dengan status yang jelas berbeda dari sebelumnya."Kamu istirahat duluan, nanti aku nyusul," kata Samuel setelah mengantar Annabelle ke kamar. "Kalau mau mandi
"Banyak, Om, banyak ..." Annabelle menaikkan dagu dan menatap Samuel dengan angkuh."Misalnya?" Samuel menaikkan sebelah alis, mendesak penjelasan yang sama sekali tidak bisa dia pahami."Kan waktu itu kamu kasih aku sembilan juta, waktu kamu bilang mau pergi ke Bali sama istri dan anakmu selama sebelas hari, kamu janjinya mau luangin waktu seharian buat aku kalau udah pulang—""Anna, aku udah hampir dua minggu ini nemenin kamu seharian, masa kamu masih mau ungkit—""Dengerin dulu ih!" gerutu Annabelle kesal.Jadi, Samuel mengamati Annabelle sambil menahan sorot geli. Samuel menatap Annabelle lekat-lekat sementara dia menanti untaian kalimat yang akan bergulir di bibir ranum istrinya."Nih, yah, dengerin ... Kalau sebelas hari kepergian kamu sama dengan satu hari buat aku, aku perkirakan waktu kita berpisah itu selama dua ratus dua puluh hari, yang artinya utang waktu kamu buat aku itu ada dua puluh hari ..."Annabelle memelototi Samuel ketika pria itu hampir menertawainya, dan saat S
Samuel berhasil tiba di rumah ketika waktu menunjukkan pukul lima subuh, persis seperti yang Annabelle ingatkan.Selimut tebal berbulu lembut menggulung di atas betis Annabelle, dan Samuel memperkirakan wanita itu tampaknya berulang kali terbangun. Lalu, keadaan kembali menyeret Samuel pada realita tentang Annabelle. Menyadarkan dirinya tentang apa yang sudah dia lakukan pada wanita itu.Wanita yang sekali lagi Samuel paksa untuk masuk ke kehidupan dirinya dengan sisa-sisa kebahagiaan yang mungkin masih dia miliki. Jika Samuel berpikir masa lalunya begitu mengerikan, lalu bagaimana dengan Annabelle yang tadi siang histeris di rumah sakit?Samuel berjalan mengendap-endap ke arah tempat tidur, menarik selimut dan menutupi tubuh Annabelle. Meski gerakan Samuel begitu hati-hati, tetapi tetap saja hal itu membuat Annabelle terperanjat dengan mata terbelalak sekaligus. Untuk beberapa saat, keterkejutan jelas mewarnai Annabelle.Lalu, kemudian wanita itu mengembuskan napas lega— meskipun wa
Ruangan redup dengan musik stereo yang memanjakan telinga, begitu ramai malam Minggu itu. Demikian pula dengan malam-malam sebelumnya. Cozy Karaoke dan Bar itu selalu ramai dengan alunan musik, atau nyanyian sumbang dari mereka yang tengah melepas kepenatan dengan bernyanyi.Ruang VIP nomor enam di lantai dua sesak dengan kepulan asap rokok, serta bau alkohol yang nyaris mengalahkan pengharum ruangan otomatis yang terpasang di sudut ruangan.Seorang PL—Pemandu Lagu wanita berpakaian seksi, adalah orang yang berperan di balik lagu Mabuk Janda—karya Tuti Wibowo. Sang PL begitu cekatan menyanyikan bait-bait lagu dari layar lebar yang diarahkan proyektor, sesekali disambut sorak sorai empat lelaki yang menggerakkan tubuh mereka, meliuk beriringan dengan irama musik.Dua gadis berpakaian terbuka lainnya sedang duduk bercengkrama di sofa merah besar yang empuk. Mereka duduk menyilangkan kaki, memamerkan kulit paha mulus di bawah gemerlap lampu aneka warna. Seolah menyuguhkan kemolekan mereka
Cengkeramannya semakin kencang di rambut Annabelle. Pria itu mengerang beriringan dengan gerakan tubuh yang semakin intens. Sesekali Samuel meracau dan mengumpat—seolah tak bisa menahan nikmatnya penyatuan mereka.Annabelle tak memperdulikan hal itu, hasratnya kini sama-sama terbakar saat Samuel mencium lehernya dengan penuh gairah.Untuk pertama kalinya Annabelle begitu hanyut oleh sentuhan pria yang harus dilayani. Bahkan, saat pertama kali Samuel mengecup bibirnya ketika mereka tiba di penginapan dua puluh menit lalu, Annabelle benar-benar bergetar oleh permainan bibir Samuel.Memang, Annabelle bukan wanita yang menyukai pria yang mengonsumsi alkohol. Namun, entah mengapa aroma anggur yang berpadu dengan lumatan lembut bibir Samuel membuat Annabelle benar-benar seperti orang mabuk.Kepalanya terasa melayang saat Samuel menyentuh lehernya ketika memperdalam pagutan bibir mereka. Awalnya Annabelle berpikir Samuel akan langsung melakukan permainan ranjang tanpa foreplay, seperti para p
Tepat pukul 02.30 dini hari, Annabelle meminta Samuel menurunkan dia di depan pos ronda—yang nyatanya tak ada satu pun warga yang sedang meronda di sana."Beneran nggak mau dianterin sampe rumah?" Untuk kesekian kalinya Samuel bertanya sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling kampung."Beneran, paling cuma jalan lima menit dari sini," sahut Annabelle sambil tersenyum. "Makasih, Om."Entah karena sudah menjadi kebiasaan, wanita yang baru saja turun dari motor itu mengulurkan tangan pada Samuel.Samuel berkedip terkejut, tetapi dia mengulurkan tangan untuk menyalami Annabelle. Keterkejutan Samuel berlipat saat Annabelle menyalami dia sebagaimana orang yang lebih muda menghormati yang tua. Wanita itu sedikit menunduk dan mencium punggung tangan Samuel.Untuk beberapa detik Samuel tak bisa berkata-kata saat Annabelle tersenyum dan melambaikan tangan. Lalu wanita itu langsung berbalik, Samuel melihat punggung Annabelle mulai mengarah memasuki gang sempit.Bagi Samuel, hal itu tak biasanya
Sejak pertemuan waktu itu, Annabelle sama sekali tidak bisa melupakan Samuel. Bukan tanpa alasan, tetapi karena kissmark yang ditinggalkan Samuel di lehernya.Meski saat itu Annabelle sempat kesulitan mencari alasan pada sang ibu tentang jejak pergumulan dengan Samuel, tetapi untung saja dia buru-buru menemukan alasan konyol.Dengan lingkungan di sekitar rumahnya yang tidak begitu bersih, cukup masuk akal saat Annabelle mengatakan bahwa dia digigit nyamuk—lalu menggaruknya berlebihan hingga meninggalkan jejak kemerahan.Bahkan, agar sang ibu memercayai apa yang dia katakan, Annabelle sengaja menggaruk bagian lain leher dan tangannya hingga meninggalkan bercak merah lain.Mungkin Annabelle lupa, sang ibu yang sudah melahirkan anak hampir satu lusin banyaknya, pasti tak mudah dibodohi. Akan tetapi, saat itu tampaknya sang ibu melipat rasa sakit hati ketika menyadari anaknya mungkin sudah melakukan hubungan terlarang.Akhirnya Annabelle bisa lolos begitu saja dari interogasi sang Ibu, tet