Istri Kedua Om Tampan

Istri Kedua Om Tampan

Oleh:  Evie Everly   Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
3 Peringkat
96Bab
3.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

"Jadi, selain ngelayanin tamu dan nari striptis, kamu juga bekerja sebagai biduan orgen tunggal, ya?" lanjut Samuel, kali ini nada bicaranya sedikit santai. "Kenapa nggak kerja di karaoke aja? Aku bisa masukin kamu di Cozy Karaoke kalau memang kamu suka—" "Nggak, makasih, Om," potong Annabelle cepat. "Kalau nyanyi di tempat kaya gitu, aku pasti keiket. Jadi harus stand by tiap hari. Kalau kayak gini kan cuma sesekali. Paling sering juga seminggu sekali ada tawaran manggung." "Emang dibayar berapa tiap kali manggung?" tanya Samuel lagi, penasaran. Annabelle kemudian memberitahu besaran uang yang dia dapatkan dengan terperinci. Lalu, tiba-tiba Samuel bergumam, "Kalau aku minta ditemenin dari jam satu malam sampai jam satu siang besok, kamu mau minta bayaran berapa?"

Lihat lebih banyak
Istri Kedua Om Tampan Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
hanif
seruuu. makasih thor udah bikin cerita seru.
2023-09-02 13:26:35
1
user avatar
Yunique Djafar
bagus banget ceritanya thor
2023-09-01 03:37:40
2
user avatar
Evie Everly
Selamat Membaca
2023-06-15 16:13:45
2
96 Bab
Talak di Malam Valentine
Ruangan redup dengan musik stereo yang memanjakan telinga, begitu ramai malam Minggu itu. Demikian pula dengan malam-malam sebelumnya. Cozy Karaoke dan Bar itu selalu ramai dengan alunan musik, atau nyanyian sumbang dari mereka yang tengah melepas kepenatan dengan bernyanyi.Ruang VIP nomor enam di lantai dua sesak dengan kepulan asap rokok, serta bau alkohol yang nyaris mengalahkan pengharum ruangan otomatis yang terpasang di sudut ruangan.Seorang PL—Pemandu Lagu wanita berpakaian seksi, adalah orang yang berperan di balik lagu Mabuk Janda—karya Tuti Wibowo. Sang PL begitu cekatan menyanyikan bait-bait lagu dari layar lebar yang diarahkan proyektor, sesekali disambut sorak sorai empat lelaki yang menggerakkan tubuh mereka, meliuk beriringan dengan irama musik.Dua gadis berpakaian terbuka lainnya sedang duduk bercengkrama di sofa merah besar yang empuk. Mereka duduk menyilangkan kaki, memamerkan kulit paha mulus di bawah gemerlap lampu aneka warna. Seolah menyuguhkan kemolekan mereka
Baca selengkapnya
Bab 2
Cengkeramannya semakin kencang di rambut Annabelle. Pria itu mengerang beriringan dengan gerakan tubuh yang semakin intens. Sesekali Samuel meracau dan mengumpat—seolah tak bisa menahan nikmatnya penyatuan mereka.Annabelle tak memperdulikan hal itu, hasratnya kini sama-sama terbakar saat Samuel mencium lehernya dengan penuh gairah.Untuk pertama kalinya Annabelle begitu hanyut oleh sentuhan pria yang harus dilayani. Bahkan, saat pertama kali Samuel mengecup bibirnya ketika mereka tiba di penginapan dua puluh menit lalu, Annabelle benar-benar bergetar oleh permainan bibir Samuel.Memang, Annabelle bukan wanita yang menyukai pria yang mengonsumsi alkohol. Namun, entah mengapa aroma anggur yang berpadu dengan lumatan lembut bibir Samuel membuat Annabelle benar-benar seperti orang mabuk.Kepalanya terasa melayang saat Samuel menyentuh lehernya ketika memperdalam pagutan bibir mereka. Awalnya Annabelle berpikir Samuel akan langsung melakukan permainan ranjang tanpa foreplay, seperti para p
Baca selengkapnya
Bab 3
Tepat pukul 02.30 dini hari, Annabelle meminta Samuel menurunkan dia di depan pos ronda—yang nyatanya tak ada satu pun warga yang sedang meronda di sana."Beneran nggak mau dianterin sampe rumah?" Untuk kesekian kalinya Samuel bertanya sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling kampung."Beneran, paling cuma jalan lima menit dari sini," sahut Annabelle sambil tersenyum. "Makasih, Om."Entah karena sudah menjadi kebiasaan, wanita yang baru saja turun dari motor itu mengulurkan tangan pada Samuel.Samuel berkedip terkejut, tetapi dia mengulurkan tangan untuk menyalami Annabelle. Keterkejutan Samuel berlipat saat Annabelle menyalami dia sebagaimana orang yang lebih muda menghormati yang tua. Wanita itu sedikit menunduk dan mencium punggung tangan Samuel.Untuk beberapa detik Samuel tak bisa berkata-kata saat Annabelle tersenyum dan melambaikan tangan. Lalu wanita itu langsung berbalik, Samuel melihat punggung Annabelle mulai mengarah memasuki gang sempit.Bagi Samuel, hal itu tak biasanya
Baca selengkapnya
Bab 4
Sejak pertemuan waktu itu, Annabelle sama sekali tidak bisa melupakan Samuel. Bukan tanpa alasan, tetapi karena kissmark yang ditinggalkan Samuel di lehernya.Meski saat itu Annabelle sempat kesulitan mencari alasan pada sang ibu tentang jejak pergumulan dengan Samuel, tetapi untung saja dia buru-buru menemukan alasan konyol.Dengan lingkungan di sekitar rumahnya yang tidak begitu bersih, cukup masuk akal saat Annabelle mengatakan bahwa dia digigit nyamuk—lalu menggaruknya berlebihan hingga meninggalkan jejak kemerahan.Bahkan, agar sang ibu memercayai apa yang dia katakan, Annabelle sengaja menggaruk bagian lain leher dan tangannya hingga meninggalkan bercak merah lain.Mungkin Annabelle lupa, sang ibu yang sudah melahirkan anak hampir satu lusin banyaknya, pasti tak mudah dibodohi. Akan tetapi, saat itu tampaknya sang ibu melipat rasa sakit hati ketika menyadari anaknya mungkin sudah melakukan hubungan terlarang.Akhirnya Annabelle bisa lolos begitu saja dari interogasi sang Ibu, tet
Baca selengkapnya
Bab 5
Annabelle memutuskan untuk tidak membahas masalah tarif dengan Samuel, tapi dia juga tak menolak saat pria itu mengajaknya ke klub malam D'Grey— yang memiliki playlist lagu ala club Crown Kota Jakarta.Seperti biasa, Annabelle kerap menolak saat dirinya ditawari bir atau minuman beralkohol lain. Bukannya sok suci, tetapi dia memang tak suka minuman beralkohol. Lagian Annabelle juga tak tahu seberapa tinggi tubuhnya memiliki kadar toleransi pada alkohol.Di samping itu, hanya dengan merokok saja wanita itu sudah dicap sebagai 'neng bengal' oleh keluarga besarnya yang katanya maha benar—dan si ahli menghakimi.Jadi, Annabelle tak bisa membayangkan apa yang bakalan terjadi kalau semua orang tahu, bahwa selain jadi pembantu rumah tangga, Annabelle nekat mengambil tawaran nyanyi, bahkan jika sangat terdesak, sesekali dia menjadi 'Kembang Latar/Pelacur'."Terus kamu mau minum apa?" tanya Samuel saat mereka duduk pada deretan kursi tinggi di depan mini bar.Ketika Samuel memutar kursi agar be
Baca selengkapnya
Bab 6
Alih-alih mengerti dan memahami pengakuan Samuel yang blak-blakan, Annabelle justru merasa bulu kuduknya meremang dan bergidik ngeri setelah mendengar kalimat yang dilontarkan Samuel dengan jelas dan tegas.Baiklah, beberapa saat lalu Annabelle memang mengatakan dirinya bukan anak-anak. Namun, sekarang dia tak cukup dewasa untuk bisa mengerti dan mencerna kata-kata Samuel.Bagaimana mungkin seorang pria yang baru saja menjawab panggilan dari istrinya, lalu di detik berikutnya bisa dengan begitu mudah minta dimengerti perasaannya oleh wanita lain? Butuh upaya keras bagi Annabelle untuk mencari jawaban itu, tetapi otaknya terlalu terbatas, dan dia kesulitan memahami pria yang jelas-jelas jauh lebih tua daripada dirinya itu.Terlebih lagi, mereka baru saja bertemu satu kali. Jadi, menurut Annabelle, terlalu prematur jika dia harus memahami perasaan Samuel."Lebih baik kita nggak usah ketemu lagi." Akhirnya Annabelle kembali menemukan suaranya, dan hal itu berhasil membuat Samuel yang ten
Baca selengkapnya
Bab 7
"Di sebelah mana yang jual buburnya?"Pertanyaan Samuel berhasil membuyarkan lamunan Annabelle, lalu tersadar bahwa mereka sudah berada di tempat yang dituju.Annabelle menunjuk pada kedai yang didominasi cat berwarna tosca, lalu Samuel memarkirkan mobilnya, dan Annabelle tak ingin menunggu Samuel hingga membukakan pintu untuknya.Selain dia bisa membuka pintu sendiri dan melangkah turun, Annabelle sudah tak tahan ingin segera makan karena melewatkan makan malam saat dia terlalu sibuk bernyanyi di villa.Jadi, ketika Samuel berjalan masuk kedai menyusul Annabelle, wanita itu sudah berdiri sambil memesan makanannya."Mau makan apa, Om?" tanya Annabelle spontan saat Samuel berdiri di sampingnya, dia sedikit tegang ketika pria itu menyampirkan sebelah tangannya di bahu Annabelle. "Bubur apa nasi goreng?"Samuel mengernyit melihat selembar daftar menu di tangan Annabelle. Selain nasi goreng dan bubur, kedai itu hanya menyajikan berbagai mie dan aneka minuman. Melihat kondisi kedai tampak
Baca selengkapnya
Bab 8
Annabelle mendapati dirinya bergelung di pelukan Samuel saat mendengar alarm yang dia set pukul enam pagi. Tentu saja mereka masih berpakaian lengkap, dan mereka baru tertidur satu jam lalu setelah memutuskan menginap di salah satu hotel melati yang tak jauh dari tempat mereka berbincang.Meski mereka hanya menghabiskan waktu dengan berdebat panjang lebar di kedai bubur hingga hampir pukul lima pagi, tetapi tetap saja itu membuat seluruh tubuh Annabelle terasa remuk, dan rasanya dia tak sanggup untuk bangun dari tempat tidur.Namun, mengingat bahwa Annabelle beralasan pada sang ibu akan menginap di rumah temannya, tentu saja dia harus segera berada di sana, khawatir adik laki-lakinya akan datang menjemput.Pergerakan kecil Annabelle yang berusaha turun dari tempat tidur berhasil membuat Samuel terjaga dan menggeliat dari tidurnya."Mau ke mana, Ma?" gumam Samuel sambil menggeliat, yang tampaknya belum sadar dengan siapa dia tertidur. Namun, di detik berikutnya pria itu langsung terper
Baca selengkapnya
Bab 9
"Aku nggak lepas tangan loh, Anna." Sekali lagi Samuel menghidu feromon—aroma tubuh khas Annabelle yang lebih senang memakai parfum bayi. "Bentar lagi, wanginya ngangenin sih.""Tapi pegel," gerutu Annabelle sambil mendorong tubuh Samuel kuat-kuat, dan berhasil membuat pria itu berguling ke samping. "Aku ikut pulang bareng, ya?"Tanpa menunggu jawaban dari Samuel, Annabelle langsung beranjak dari tempat tidur, menutupi tubuh polosnya dengan handuk dan berderap ke kamar mandi.Ketika Annabelle keluar dari kamar mandi lima belas menit kemudian, Samuel sudah mengenakan pakaiannya dengan lengkap, dan pria itu duduk bersandar pada sofa di depan televisi sambil memainkan ponsel, lengkap dengan sebatang rokok yang dia nikmati.Samuel mengamati Annabelle mengenakan pakaiannya semalam, gerakannya begitu cepat seolah-olah melebihi seseorang yang terlambat masuk sekolah. Untuk ukuran wanita, Annabelle tak membuang lebih banyak waktu untuk bersiap-siap. Bahkan wanita itu tak bersusah payah merias
Baca selengkapnya
Bab 10
"Widih, Annabelle … cakep bener lu dapet ikan kakap!" Juwita—teman Annabelle, berseru sambil menggeleng-gelengkan kepala saat membawa masuk Annabelle ke rumahnya, dia nyaris tak percaya dengan apa yang dia lihat. "Jadi, yang semalem jemput lu di villa itu Om Samuel, ya?"Annabelle mengangguk membenarkan, lalu percakapan mereka terhenti sejenak saat Juwita mencari minuman dari lemari es di dekat pintu dapur.Rumah Juwita tak begitu luas, hanya satu kamar berukuran tiga meter, ruang tamu beralaskan permadani merah yang sama besar dengan ukuran kamar tidurnya, lalu dapur kecil dan kamar mandi.Juwita pernah mengatakan bahwa rumah itu adalah bagian warisan peninggalan orang tuanya—setelah saudara-saudaranya membagi rata. Jadi, salah satu alasan kenapa Annabelle sering berkunjung ke rumah Juwita, yaitu karena Juwita pun sering meminta ditemani agar tak sendirian.Masing-masing kakaknya sudah berkeluarga, sedangkan adiknya yang paling kecil ikut dengan kakak pertamanya. Sementara Juwita send
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status