Share

BAB : 18

Saat kembali dari toilet di kampus, entah kenapa pikirannya tak tenang. Bahkan beberapa kali menabrak orang saat berjalan. Dan lebih bodohnya lagi pikirannya itu justru tertuju pada Justin. Parah, kan. Padahal ini posisinya habis putus cinta, loh. Dan ia tak memikirkan itu sama sekali.

Tadi pagi ia tak pamit, bahkan pergi dalam keadaan tak baik. Yakinlah kalau cowok itu marah akan sikapnya. Hatinya semakin tak tenang saja.

Baru juga duduk di kursi, tiba-tiba ponselnya berdering. Hatinya semakin dibuat deg-deg'an saat tertera nama rentetan nomer yang tak dikenal di layar datar itu. Segera menggeser tanda berbentuk gagal telepon berwarna hijau untuk menjawab.

"Hallo," sahutnya.

"Selamat siang, Mbak Hana, ya. Saya sekretarisnya Bapak Justin. Bisa tidak, Mbak ke kantor sebentar."

Bahkan ia belum mendengar kabar apa-apa, tapi hatinya sudah dibuat cemas duluan. Tangannya sampai gemetaran.

"I-iya, ada apa, ya?"

Ia yang tadinya duduk di kursi kelas, kini memilih untuk beranjak dan berjalan k
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status