Tidak mungkin pemberontak itu akan dipaksa bertarung dengan singa, bukan?Hening.Seisi stadium hening sepenuhnya. Semua orang tampaknya berdebar-debar menanti apa yang akan terjadi selanjutnya.Salah satu prajurit melepaskan ikatan pada singa yang sepertinya belum sepenuhnya pulih dari biusnya, sementara si pemberontak meronta-ronta ingin melepaskan diri. Prajurit memukul keras wajah pemberontak itu dan darah mengalir turun dari hidungnya.Singa itu mulai bereaksi dengan mengendus-endus sekitarnya.Segera setelah ikatan terlepas, para prajurit bergegas kembali ke pintu dan menghilang dibaliknya. Pemberontak itu mencoba menyusul dengan terpincang-pincang, tetapi pergerakannya telah menarik perhatian singa yang mulai berdiri tegak.Singa memiliki insting berburu yang kuat dan darah adalah tanda bahwa ada mangsa yang terluka.Anna sudah bisa menebak apa yang akan terjadi.Meskipun begitu, pemberontak itu tetap mencoba berlari dengan sekuat tenaga. Namun, tidak cukup cepat. Singa itu leb
“Nona, Tuan Kaiden dan Nona Selena sudah menunggu Anda di aula utama.”Anna mengangguk pelan dan berdiri dari kursi rias. Eksekusi terbuka itu akan dilakukan pagi ini, tepatnya di stadium terbuka dekat gedung pemerintahan. Persis seperti apa yang Camila beritahukan.Hanya satu pemberontak yang akan dieksekusi. Anna ingin tahu cara apa yang Kaiden lakukan, mengingat dia yang mengambil alih pemerintahan sampai Pemimpin Shelton kembali.Anna berjalan keluar dan menemukan Kaiden bersama Selena duduk menunggu di sofa. Mereka langsung berdiri begitu melihatnya. Selena mengamit lengan suaminya dan keduanya berjalan mendekati Anna.“Sudah selesai?” tanya Kaiden.Anna hanya mengangguk sebagai jawaban.“Mari berangkat.”Anna membiarkan pasangan itu melangkah lebih dulu, sementara ia mengikuti di belakang. Mereka memakai pakaian dengan warna yang sama hari ini—warna putih.Kaiden tidak mengenakan seragam militernya yang tebal dan kuat, yang biasanya menunjukkan otoritas dan kebesarannya sebagai
Penjara bawah tanah.Apa ini hanya tempat terbengkalai atau masih digunakan? Biasanya, penjara bawah tanah di tempat seperti ini terhubung ke suatu ruangan.Apakah mungkin kamar Kaiden?Anna maju beberapa langkah. Hawanya tidak mengenakkan. Sunyi dan dingin. Belum lagi dengan bau busuk yang menyengat hidungnya.Ia menyipitkan matanya, mencoba melihat lebih jauh ke dalam kegelapan. Namun, hanya jeruji besi yang samar-samar terlihat. Siapa yang tahu hewan apa yang menatap di tempat seperti ini?Haruskah ia memeriksa jerujinya?Anna memberanikan diri untuk melangkah lebih jauh ketika suara langkah terdengar di belakangnya, disusul geraman kesal Kaiden.“Apa yang kau lakukan di sini?!”Anna berbalik cepat, matanya melebar. “A-ku—”“Keluar,” perintah Kaiden dengan suara dingin. Anna bisa merasakan amarah yang berkobar di sekeliling tubuh pria itu, membuat jantungnya mulai berdebar tidak nyaman.Anna menelan ludah dan bergegas menaiki undakan batu. Kaiden menyusul, lalu mengunci pintu itu.
“Apa dia sudah makan?”Anna melangkah mendekat dan menatap macan kumbang yang tengah memanjat pohon dengan cekatan. Cakar-cakarnya menancap di sana, meninggalkan bekas dalam yang jika itu adalah kulit manusia, maka sudah dipastikan akan robek.“Sudah, Nona. Saya memberikan daging mentah sesuai porsinya,” jawab Phoenix. Dia hendak membungkuk hormat saat Anna berhenti di depannya, tetapi Anna menahannya.“Sudah, duduk di sini saja. Kau hanya perlu melakukan penghormatan di depan Kaiden. Selain itu, santai saja, ya?” pinta Anna, menarik tangan Phoenix mendekat agar duduk satu bangku dengannya.Phoenix mengangguk dan dengan canggung duduk di sampingnya. Macan kumbang itu sudah berada di puncak salah satu dahan, membaringkan tubuhnya dengan santai. Mata kuningnya berpendar seperti cahaya matahari yang menaungi mereka.Setelah makan siang, Anna memutuskan untuk mengunjungi macan kumbang itu. “Aku berpikir untuk memberinya nama,” ucapnya.Phoenix menatapnya. “Nama apa, Nona?”“Panther. Bagai
Perpustakaan utama di pusat kota terbilang jauh lebih lengkap dibanding perpustakaan di akademi. Rak-rak buku menjulang sampai ke langit-langit dengan berbagai koleksi, baik fiksi maupun non-fiksi.Anna berjalan-jalan memutari rak demi rak, berharap bisa menemukan buku yang membahas para pemberontak, terutama Panthera Kroy. Tetapi seperti sebelumnya, bahkan perpustakaan ini pun tidak menyediakan hal itu.Mungkin hanya Kaiden atau Pemimpin Shelton yang menyimpan data-data tentang mereka. Lalu... ayahnya. Seandainya Anna dibiarkan masuk ke gudang belakang, maka ia akan mengambil semua berkas itu.Pada akhirnya, Anna hanya mengambil 5 buku fiksi sebagai hiburan dan 3 buku tentang ilmu militer.Ketika ia melangkah ke penjaga perpustakaan, mata para pengunjung kembali tertuju padanya.Anna berusaha mengabaikan mereka sejak tadi. Mereka menatapnya dengan aneh, seakan ia adalah makhluk yang datang dari antah-berantah. Mereka tidak mengatakan apa-apa, tetapi mata mereka terus mengekorinya.“A
“Seorang prajurit kelas atas akan mengantar Anda ke perpustakaan utama, Nona.”Camila berkata setelah menata sarapan di atas meja. Anna mengangguk dan memperhatikan penampilannya sejenak. Ia kembali memakai gaun sutra yang ketat membentuk tubuh, juga rambut yang disanggul ke belakang. Camila menambahkan anting-anting panjang yang berayun setiap kali ia bergerak.Persis jenis anting yang sering Selena pakai, pikirnya.Seperti yang ia perhatikan, para wanita ibu kota selalu ingin terlihat sempurna—anggun, berkelas, dan glamor.Menurut Anna sendiri, penampilan itu hanya sebuah paksaan karena tekanan sosial yang tinggi. Kenyataannya, semua orang saling menjatuhkan agar terlihat lebih baik dari yang lain. Setidaknya itulah yang Anna perhatikan selama berada di akademi setelah wilayah Mosirette dibagi dua.Tangan Anna mengelus gaunnya sejenak, kemudian ia berbalik ke arah Camila. Ditatapnya sarapan di atas meja dan ia mengernyit.“Kenapa menunya berubah?” tanya Anna, mendekat dan memperhati