"Apa yang ingin kau katakan?" tanya Alina bingung.
"Maaf Nyonya, saya tidak bisa memberitahukan." kata satpam yang bernama Agung itu.Alina hanya bisa menghela nafas panjang, apa yang di katakan oleh pak satpam rumahnya sedikit mengganggu fikiranya."Pak agung ini bisa saja membuat saya jadi kepikiran," celetuk Alina kemudian."Maaf bu saya tidak bisa memberitahu, alangkah baiknya ibu nanti bisa tahu sendiri." kata agung lagi."Ada apa dengan nyonya Maria, kenapa aku harus berhati-hati dengannya? Bukankah selama ini nyonya Maria itu adalah wanita yang sangat baik padaku. Dan dia adalah wanita yang sangat lembut. Tuhan Panji saja sangat sayang dan mencintainya. Bahkan kecantikannya di atas rata-rata.Setelah makan malam selesai pak agung kembali ke depan pintu apartemen untuk berjaga di sana bersama rekannya. Dan Tiwi di dalam rumah dia membersihkan sisa makan malam bersama nyonya kecil dan segera mencuci piring.Alina sendiri langsung masuk ke dalam kamar iya ingin istirahat. Karena perjalanan dari Jakarta ke Surabaya sangat membuatnya lelah. Alina merasa sangat bahagia karena ia sudah bisa melihat keadaan ibunya sudah baik-baik saja. Dan terlihat begitu segar.****Satu minggu kemudian Aaron dan Lisa sudah berangkat ke luar negeri. Maria tersenyum saat papa dan Mama mertuanya sudah berangkat dia segera menghampiri suaminya dan duduk di atas pangkuan suaminya dengan manja."Sudah saatnya kamu menikahi Alina." membuat Panji ada perasaan aneh yang menggelar di tubuhnya. Entah perasaan apa itu akan tetapi tidak bisa dipungkiri oleh Panji saat bersama Alina ada perasaan yang lebih nyaman dibandingkan perasaan bersama Maria.Kita berangkat sekarang karena Alina di sana sudah bersiap-siap. 1 jam perjalanan Panji dan Maria sudah tiba di KUA dan di sana sudah terlihat Alina dengan pakaian senada dengan Panji. Panji melihat Alina dengan sangat kagum karena gadis itu terlihat sangat cantik dengan pakaian kebaya berwarna putih tulang itu.Pasangan calon pengantin pun memasuki ruangan KUA untuk melaksanakan ijab qobul. Syarat untuk Maria agar panci mau menikahi Alina adalah. Maria harus bisa menerima Alina menjadi madunya karena Panji tidak mau menikahi seorang wanita hanya untuk kepuasan sesaat dan perjanjian hitam di atas putih akan tetapi Panji menikahi Alina dengan tulus dan berharap suatu saat akan mencintai gadis itu. Maria sendiri tidak keberatan dengan syarat yang diajukan oleh Panji. Karena rasa cinta Maria kepada Panji sudah hilang sejak lama. Setelah Maria bertemu dengan laki-laki yang membuatnya jatuh cinta hingga sekarang.Tanpa sepengetahuan Panji sesungguhnya Maria itu bisa hamil akan tetapi wanita itu tidak mau mengandung anak dari Panji dia tidak mau jika tubuhnya akan rusak karena hamil karena menyusui anaknya. Maka dari itu tanpa sepengetahuan Panji Maria memasang alat kontrasepsi di rahimnya yang berupa IUD.Satu jam kemudian ijab qobul pun selesai. Dan Alina sudah resmi menjadi istri Panji yang sah. Tapi tanpa ia ketahui jika Panji menjadikan Alina istri sahnya. Karena setahu Alina, Alina hanya menjadi istri di atas hitam dan putih dan dengan gampang suatu hari nanti Panji akan membuangnya dengan begitu saja.Mulai hari ini ia harus bisa menerima keadaan dirinya yang sudah menjadi istri hitam di atas putih Panji dan harus menerima konsekuensinya saat di hamil nanti. Karena bayi yang dalam kandungannya akan ia serahkan pada Panji dan Maria lalu ia akan pergi seperti yang tertulis dikontrak saat ia menandatanganinya dulu.Maria memberikan kebebasan Panji untuk tinggal di apartemen karena saat ini Lisa dan Aaron sedang tidak ada di rumah sehingga ia tidak harus mencari alasan ke mana Panji pergi.Maria berpamitan kepada suaminya dan Alina untuk segera pulang ke rumah dan meninggalkan pasangan pengantin baru itu di apartemen.Alina dan Panji sudah berada di dalam kamar yang sama. Ada perasaan yang aneh menjalar di tubuh gadis itu saat Panji menatapnya dengan tatapan yang intens."Ma-maaf tuan Saya akan berganti pakaian dulu."kata Alina gugup. Tanpa menunggu jawaban dari Panji, Alina langsung masuk ke dalam kamar mandi dengan membawa pakaian ganti.Panji memberikan sedikit waktu untuk Alina, dia tidak mau membuat gadis itu ketakutan karena harus langsung melayaninya sebagai seorang istri. Panji tahu Alina adalah gadis yang baik dan dia adalah gadis yang sangat polos.30 menit kemudian Alina sudah selesai dengan ritual mandinya dia sudah berganti pakaian dengan pakaian tidur berlengan panjang dan celana panjang. Ia melihat Panji sedang berdiri menghadap ke taman belakang apartemen dengan menggulung sedikit baju lengan hingga ke siku."Tuan saya sudah selesai, silakan tuan mandi saya akan menyiapkan makan malam. Apakah tuan mau saya buatkan kopi?" tanya Alina hati-hati."Hmmm," jawab Panji tanpa melihat.Setelah mendengar jawaban Panji Alina langsung keluar kamar dan menuju ke dapur, iya langsung bergabung bersama Tiwi di dapur yang sedang menyiapkan sayuran dan bahan makanan yang akan dimasak.Yang pertama Alina lakukan adalah membuatkan kopi untuk panji. Setelah kopi yang dibuat Alina selesai, Alina langsung menghampiri Panji dan ternyata Panji masih berada di dalam kamar mandi. Alina meletakkan kopi itu di atas nakas dan ia kembali lagi ke dapur untuk masak.Setelah Alina keluar dari kamar Panji pun keluar dari kamar mandi. Aroma kopi yang sangat wangi menyeruak harumnya. Panji segera menghampiri kopi buatan Alina lalu menyeruputnya. Kopi buatan Alina memang sangat nikmat berbeda dengan buatan Maria yang terlihat biasa saja entah resep apa yang Alina gunakan untuk membuat kopi tetapi ini benar-benar membuat Panji ketagihan.*****Di tempat lain Maria ternyata setelah pulang dari apartemen Panji dan Alina Dia menuju apartemen milik Riko. Sudah satu minggu lebih dia tidak bertemu dengan pujaan hatinya. Rasa rindu yang sudah mengguncang di dada ia tahan selama satu minggu lebih. Ia segera masuk ke dalam kamar apartemen Riko karena ia sudah tahu akan password kamar tersebut. Tapi sebelumnya dia sudah memberitahu Rico jika dia akan datang ke apartemen.Riko dengan antusias menyambut kedatangan wanita pujaannya. Ia memberikan kejutan kecil saat Maria masuk dengan mengagetkannya karena Riko bersembunyi di belakang pintu saat Maria mencarinya di segala arah di segala ruangan tidak menemukan pria pujaannya.AaarrggMaria berteriak dengan kencang karena ia sangat terkejut tiba-tiba ada lengan kekar yang memeluk tubuhnya dari belakang. "Aku sangat merindukanmu sayang."kata Riko kemudian menciumi leher jenjang Maria, membuat wanita itu mendesah."Sekarang kita akan bersenang-senang sampai pagi."jawab wanita itu, kemudian ia membalik tubuhnya untuk menghadap pada pria yang sudah merindukannya."Benarkah?"jawab Riko dengan senyum yang mengembang."Hmmm.""Apakah Panji tidak akan mencarimu?" tanya Rico lagi."Panji juga sekarang sedang bersenang-senang dengan istri barunya. Mama dan papa juga sedang pergi ke luar negeri. Kalau aku tidak ke sini ngapain aku di rumah sendiri kan sangat membosankan?" Kata Maria"Pintar sekali Kamu honey," pintar memanfaatkan keadaan kata Riko sambil mengecup bibir merah milik wanita itu. Lambat laun ciuman mereka semakin liar dan semakin panas.Keduanya bercinta dan menghabiskan malam hingga pagi menjelang. Hingga Maria sangat terkejut ketika banyaknya panggilan video call dari Panji."Ada apa Panji menghubungiku? Apakah malam ini mereka berdua tidak bersenang-senang? gumam Maria lirih.Maria lebih terkejut lagi saat membaca chat dari Panji isi chat itu mengatakan bahwa semalam Panji pulang ke rumah dan tidak menemukan Maria di rumah dan Panji menanyakan di mana sekarang Maria berada."Sayang mampus gue, panji semalam tidak tidur di apartemen Alina tapi dia pulang ke rumah! ada apa dengan pria itu?" Celoteh Maria yang langsung turun dari ranjang dan bergegas
Setelah Maria sudah selesai dengan perawatannya Dia segera meninggalkan salon kecantikan itu untuk pergi ke butik langganannya. Kebetulan butik itu tidak jauh dari tempat Maria menjalani perawatan kecantikan, hanya berjarak sekitar sepuluh meter dari salon.Maria masuk ke dalam butik dan mulai memilih pakaian apa yang pas dan cocok dikenakan oleh Alina. Hingga kedua matanya tertuju pada sebuah gaun dengan model off shoulder dengan bagian lengan menggantung dan berwarna green mint. Ia pun tersenyum menampilkan deretan giginya yang putih dan rapi.Setelah mendapatkan gaun dan high heels buat Alina kenakan Maria segera berjalan ke kasir untuk melakukan pembayaran. Beberapa menit kemudian setelah selesai melakukan pembayaran Maria kembali ke salon dan menyerahkan paper bag pada pelayan agar diserahkan pada Alina saat ia sudah selesai perawatan dan segera berganti pakaian.Masih ada waktu sekitar tiga puluh menit Maria menunggu Alina. Ia menyempatkan diri untuk menghubungi Riko, dan memberi
"Shit!" Umpat Panji kemudian melangkah menuju pintu dan ingin memaki siapapun yang berada di depan pintu."Tiwi, ada apa?" tanya Panji datar."Maaf, Tuan. Di luar ada tamu yang ingin bertemu," kata Tiwi sambil menundukkan kepalanya dan tidak berani menatap raut wajah Panji yang menahan amarah."Katakan padanya tunggu sebentar," kata Panji langsung berbalik dan menutup pintu masuk ke dalam kamar dimana Alina sedang gelisah di dalam.Alina menatap Panji yang sedang berjalan ke arahnya, jantungnya kembali berdetak dan menari-nari di dalam dadanya. Ia mulai gugup kembali saat tangan kekar Panji mulai memberikan sentuhan lembut di kulit wajahnya yang mulus lalu mendaratkan sebuah kecupan singkat. Alina masih belum bisa menguasai keadaannya, ia masih diam terpaku melihat Panji perlahan melepaskan ciumannya lalu membisikkan sebuah kalimat. "Tunggu di sini, dan jangan tidur dulu! Karena saat aku kembali nanti kita akan memulainya lagi dari awal. Sekarang aku akan pergi dulu, ada urusan yang m
Panji gelisah, ia mondar-mandir menunggu Alina pulang. Akan tetapi jam dinding sudah menunjukkan pukul 22.30 tapi Alina tak kunjung pulang.Panji akan menghubungi Tiwi akan tetapi, handphone milik handphone milik Tiwi tertinggal di meja dapur.Saat Panji hendak ingin menyusul Alina yang sedang belanja di supermarket, ia sudah bersiap dengan berganti pakaian. Saat ia keluar kamar ternyata Alina dan Tiwi sudah masuk ke dalam apartemen dan tanpa Panji sadari terbitlah senyum di wajahnya. Rasa kekhawatirannya berangsur-angsur menghilang saat melihat Alina baik-baik saja.Alina tersenyum melihat Panji yang sudah rapi, ia menghampirinya dan bertanya, "Tuan Panji mau ke mana sudah malam," tanya Alina lembut."Aah....tidak..... Saya tidak mau ke mana-mana." kata Panji kemudian sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal."Apakah Tuan sudah makan?" tanya Alina lagi.Panji tersenyum hatinya merasa hangat, ia merasa senang karena Alina memperhatikannya. Ia pun kemudian menggelengkan kepalanya tand
"Buka pintunya sayang!" kata Panji yang membuat Alina terkejut.DeeegggAlina bingung ya harus bagaimana, ketika Panji mengetuk pintu dan meminta masuk. "Maaf tuan saya tidak membawa handuk,"kata Alina pelan tapi masih bisa didengar oleh Panji.Panji tersenyum di depan pintu, "Aku hanya ingin mengantarkan handuk ini untukmu," kata Panji yang kemudian mengulurkan tangannya saat pintu kamar mandi terbuka sedikit."Terima kasih Tuan," kata Alina merasa malu."Aku hanya takut terjadi sesuatu padamu," karena kamu begitu lama sekali berada di dalam kamar mandi."Maaf Tuan kalau saya lama di kamar mandi, karena saya bingung bagaimana caranya minta tolong pada Tuan. Karena saya malu."jawab Alina sambil menundukkan kepalanya.Panji yang melihat Alina berjalan sedikit berseok-seok dia lalu mendekati gadis itu, dan menanyakan bagaimana keadaannya apakah masih sakit di bagian intinya atau sudah lebih baik."Saya sudah lebih
Panji telah tiba di kantor sejak satu jam yang lalu. Akan tetapi tidak ada tanda-tanda keberadaan dua larva yang sejak pagi sudah menghubunginya untuk secepatnya datang ke kantor. Tapi ternyata mereka berdua belum berada di dalam kantor."Huft... Ke mana sih mereka sudah jam 09.00 pagi tidak ada di kantor?" gerutu Panji sambil melangkah ke arah jendela, dan matanya menatap lurus pada bangunan-bangunan yang menjulang tinggi dan kokoh.Tok tok tokTerdengar suara ketukan pintu di depan ruang kerjanya Panji. Pria itu segera menoleh ke arah pintu dan di sana telah berdiri kedua larva yang telah lama ia tunggu sejak tadi. Panji berjalan lalu duduk di sebuah kursi sofa yang empuk yang berada di dalam ruangan kantornya lalu menyuruh kedua larva itu untuk duduk dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi tentang kebakaran semalam."Bagaimana hasil penyelidikannya? Apakah sudah ada titik terang atau bukti yang mengarah pada mereka?" ta
Braakk"Apa yang terjadi?" Tanya Lisa panik saat mengetahui mobil mereka ditabrak oleh kendaraan di belakangnya."Tenang dulu Ma, Mama jangan panik. Biar mereka yang mengatasi, Mama tunggu saja di dalam mobil!" Kata Arun mengelus punggung Lisa agar ia menjadi lebih tenang.Duo larva turun lebih dulu untuk mengecek apa yang terjadi, ternyata seorang pengendara motor telah terkapar di belakang mobilnya. Mungkin karena pengendara itu mengantuk atau karena apa, yang jelas pengendara motor itu yang salah. Rama kemudian mengetuk pintu kaca mobil Panji dan memberitahukan apa yang terjadi.Panji pun mengangguk dan ia menyerahkan semuanya kepada kedua orang kepercayaannya itu. Kemudian Panji melanjutkan perjalanannya untuk pulang ke rumah bersama kedua orang tuanya yang di mana Maria sudah menunggu lama.Rama dan Dion kemudian membawa korban ke rumah sakit dan ternyata benar jika korban dalam keadaan mabuk. Dia mengendarai motor sambil mabuk entah apa yang terjadi dengannya. Setelah Rama menga
Setelah makan malam Panji dan Aron pergi bersama untuk menemui tawanan yang telah tertangkap di markas besar milik Panji. Keduanya menaiki mobil yang sama dengan panjang yang duduk memegang setir mobil.Kedua pria berbeda usia itu telah tiba di sebuah gudang tua yang terletak di dekat pinggiran kota dan dekat dengan kantor Bank cabang yang sudah terbakar.Panji dan Aaron segera turun dari mobil setelah mobil terparkir rapi di halaman gudang, keduanya disambut oleh beberapa anak buah Panji dan kedua larva yang sudah menunggunya sejak tadi sore."Bagaimana mereka? Apakah mereka sudah mengatakan yang sejujurnya? Tanya Panji pada dua larva."Belum bos, bahkan kedua pria itu rela mati asalkan tidak membocorkan siapa yang menyuruh mereka," kata Rama"Kalau begitu, buka pintunya!" perintah Aron dengan suara yang dingin.Tanpa aba aba lagi Aroon mencengkeram rahang salah satu orang yang sudah menghancurkan kantor cabangnya."Apakah kalian masih tidak mau memberitahukan siapa yang menyuruh kal