Home / Romansa / Istri Kedua Sang Presdir / Bab 16. Menjadi Pelayan

Share

Bab 16. Menjadi Pelayan

Author: Wijaya Kusuma
last update Last Updated: 2025-06-06 21:26:13

Neina terkejut. Ia menoleh kaget dan mendapati Keandra berdiri di ambang pintu, bersandar pada kusen dengan tatapan tajam yang menusuk.

Wajahnya yang tampan terbingkai dengan ekspresi datar yang sulit dibaca. Kemeja yang digulung sebatas siku menonjolkan otot lengannya yang kuat, memancarkan aura dominan yang mencekam.

Bi Raras segera membungkuk hormat. "Maaf, Tuan. Saya sedang menunjukkan kamar baru Non Neina."

Mata Keandra beralih dari Bi Raras ke Neina, lalu menyapu seisi kamar dengan pandangan meremehkan.

"Kamar ini?" Nadanya penuh ejekan. "Kamar ini untuknya?"

Hati Neina mencelos. Ia merasakan firasat buruk yang merayapi jiwanya.

"Iya, Tuan. Bibi sudah menyiapkan sejak siang," jawab Bi Raras, suaranya sedikit ragu.

"Tuan Besar sendiri yang meminta saya menyiapkan kamar ini."

Keandra terkekeh, tawa yang tidak sampai ke matanya. "Oh, benarkah? Apa kau tahu jika aku tidak akan beri kamar semegah ini untuknya."

Ia menegakkan tubuhnya, melangkah masuk ke dalam kamar, mengikis ja
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
sabar Neina.. biarkan saja Keandra merasa menang hari ini.. tapi nanti kamu harus balas pelakuannya padamu.. buat dia bucin y sama kamu Neina..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 239. Sangkalan

    Sementara itu, di rumah sederhananya, Neina menatap layar ponselnya dengan tangan gemetar. Ia baru saja membaca berita di media sosial—foto Keandra di samping tulisan besar “PELAKU KORUPSI MUDA DS COMPANY”.“Tidak... ini tidak mungkin,” ucapnya pelan. Tentu saja ia tak percaya dengan kabar pagi yang kembali menggemparkan media. Bibi Raras yang baru keluar dari dapur langsung menatap cemas. “Ada apa, Nak?” Ia menatap ingin tahu apa yang terjadi pada Neina yang kembali cemas, setelah berhasil menenangkan dirinya. Neina menunjukkan ponselnya. “Lihat ini, Bu. Pak Keandra difitnah. Mereka bilang dia manipulasi saham! Dan…”Neina tak sanggup melanjutkannya, sebab ada keterlibatan pada sekretaris lama yang menghilang. Dan itu dipastikan adalah dirinya. Bibi Raras memicingkan mata membaca berita itu. “Astaga… dunia sekarang benar-benar kejam. Orang baik pun bisa difitnah tanpa ampun.” Bibi Raras tentu tak percaya dengan kabar buruk yang terjadi pagi ini. Neina menatap layar lagi, rasa be

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 238. Fitnah Keandra

    Pagi itu langit Jakarta tampak mendung. Awan kelabu menggantung berat di atas gedung tinggi milik DS Company, seolah ikut menandai muramnya suasana di dalam ruang direksi.Di ruang rapat utama lantai dua puluh, layar besar menampilkan deretan berita dengan judul mencolok. “Skandal Manipulasi Saham Guncang DS Company!” “Keluarga Sakti Diduga Terlibat Korupsi Lintas Proyek!”Keandra menatap layar itu dengan rahang mengeras. Tangannya mengepal di atas meja kaca. Ternyata pihak musuh tak berhenti untuk hanya meneror keluarga kecilnya. Dan kini, mereka kembali menyerang perusahaan. “Siapa yang pertama kali menyebarkan ini?” suaranya berat, nyaris seperti geraman.Felix berdiri di sampingnya, memegang berkas laporan. “Kami sudah telusuri sumber awal, Pak. Artikel pertama muncul dari portal Jakarta Inside, tapi data dan dokumen yang mereka unggah... semuanya berasal dari file internal perusahaan.” Felix menjelaskan asal muasal sumber media yang menyebarkan kabar tersebut. Keandra langsu

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 237. Penjagaan

    Keandra tiba di rumah Neina, setelah satu jam perjalanan menuju ke sana. Macet yang melanda ibu kota menjadi sebab ia terlambat datang. Ia segera turun dari dalam mobil. Melangkah cepat dengan tatapan dingin dan cemas yang bercampur menjadi satu dalam dirinya. Diketuknya pelan pintu kayu sederhana rumah tersebut. Pesan tiba pun telah ia kirim pada sang pelayan untuk bersiap membuka pintu rumah tersebut. “Tuan, akhirnya anda datang,” ujar Bibi Raras saat pintu rumah itu terbuka dan menampilkan Keandra di sana. “Bagaimana Neina?” tanyanya langsung ingin tahu keadaan istrinya yang sedang mengandung calon penerusnya. “Non Neina masih di kamar. Ia tidak keluar sejak ingin menyendiri masuk.” BIbi Raras memberitahukan keadaan Neina yang masih terkejut dengan teror pagi yang diterimanya. “Apa dia sudah makan siang?” tanya Keandra lagi. Ia ingin memastikan kondisi istri dan calon anaknya itu baik-baik saja. “Belum. Non Neina belum mau membuka pintu kamarnya. Ia mengunci dari dalam,” tut

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 236. Teror

    Telepon genggam Keandra bergetar di meja kerja. Ia sedang menatap layar komputer, memeriksa hasil laporan proyek terakhir ketika nama *Ronald* muncul di layar. Panggilan pertama diabaikan. Detik berlalu. Bunyi getar kembali terdengar—panggilan kedua, ketiga, dan keempat. Keandra mendengus kesal. “Apalag yang dimau pria itu,” gumamnya pelan. Tetap mengabaikan panggilan yang terus berdering pada ponsel miliknya itu. Ia baru saja selesai menghadapi rapat panjang, emosinya masih tersisa, dan yang terakhir tentu tak ingin ia dengar adalah suara orang yang sama sangat tak ia suka. Ya, penghancur rumah tangganya bersama Olivia. Namun kali ini bukan hanya panggilan. Sebuah pesan muncul di layar ponsel yang membuat benda pipih itu kembali menyala. **Ronald:** “Terus berhati-hati dengan Olivia.” Keandra memandangi tulisan itu beberapa detik. Matanya menyipit, menatap notifikasi yang muncul di layar ponselnya itu. “Hati-hati dengan Olivia?” Ia tertawa sinis. “Yang seharusnya hati-h

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 235. Bersabar bukan Kalah

    Suara langkah kaki Keandra terdengar terburu-buru saat keluar dari kamar Neina. Napasnya berat, dadanya naik turun menahan amarah yang hampir tak bisa dibendung. Jemarinya mengepal di sisi tubuh, sementara wajahnya menegang menahan kata-kata yang sebenarnya ingin ia lontarkan tapi tak ingin ia sesali. Ya, Keandra harus banyak bersabar saat Neina terus menguji kesabarannya. Tak ingin meledak di kamar sang istri.. Ia memutuskan untuk segera keluar dan tidak terus beradu mulut dengan Neina. Bibi Raras yang kebetulan baru saja menaruh nampan berisi segelas teh di meja ruang tengah langsung menatap cemas. “Tuan muda… semuanya baik-baik saja?” tanyanya hati-hati, mencoba membaca suasana yang menegang di udara. Tentu ia tahu ketegangan terjadi antara suami istri di dalam sana. Keandra menoleh sebentar, menekan rahangnya. “Iya, Bi. Semua baik.” Ia menghembuskan nafas beratnya. Membuang kesal yang bercokol di dalam hatinya. “Tapi__”Keandra cepat memotong, suaranya dingin, tegas, tapi ju

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 234. Keandra Tak Menyerah

    Malam semakin larut di rumah kecil yang kini ditinggali Neina. Rumah sederhana itu berdiri di sudut perumahan tua, jauh dari hiruk pikuk kota. Lampu ruang tamu menyala redup, hanya ditemani suara jam dinding dan tetesan air hujan dari atap.Bibi Raras duduk di sofa sambil mengupas buah, matanya sesekali menatap Neina yang tampak termenung di kursi dekat jendela. Perut Neina masih rata, ia melihat Neina yang tengah mengelus perutnya dengan tatapan yang begitu sulit diartikan. “Apa yang Nona pikirkan?” tanya Bibi Raras lembut. Bibi Raras tersenyum lembut.Neina menghela nafas panjang. “Tidak, Bu. Aku cuma... mencoba tidak memikirkan apa pun. Tapi entah kenapa, saat aku ingin pergi. Tuhan memiliki rencana yang tak terduga untukku. Ia mengambil orang yang berarti dalam hidupku. Dan tak lama, ia hadirkan janin ini dalam hidupku yang begitu sunyi.”Bibi Raras mengangguk pelan. “Kadang yang pergi itu cara Tuhan membuat kita kuat. Hingga akhirnya Dia hadirkan hikmah di balik kepergian yang t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status