Home / Romansa / Istri Kedua Sang Presdir / Bab 16. Sarang Singa

Share

Bab 16. Sarang Singa

Author: Wijaya Kusuma
last update Last Updated: 2025-06-06 21:24:29

Angin senja Jakarta terasa getir saat Bi Raras membimbing Neina memasuki pintu utama kediaman Keandra. Pintu utama yang menjulang tinggi itu seolah menyambut kehadiran Neina yang sedang melangkah.

Memutus Neina dari dunia luar dan menyeretnya masuk ke dalam sebuah sangkar emas yang dipenuhi ketidakpastian.

Jantung Neina berdebar tak karuan. Bukan karena lelah setelah perjalanan panjang tentang kehidupan yang hari ini penuh serta merta dan mengejutkan, melainkan karena bayangan Keandra, pria yang kini resmi menjadi suaminya, menghantui setiap langkah menuju ke dalam rumah mewah yang seharusnya memberikan kenyamanan buatnya.

Rumah itu megah, terlalu megah untuk Neina yang terbiasa dengan kesederhanaan. Arsitektur klasik dengan pilar-pilar kokoh dan jendela-jendela besar mendominasi pandangannya. Namun, kemegahan itu terasa dingin, tak mengundang. Udara di dalamnya terasa berat, seolah dipenuhi oleh cerita-cerita yang belum terungkap.

Asing. Satu kata yang saat ini mewakili perasaan Ne
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 19. Permintaan Tolong

    Suasana di dalam ruang kerja Neina terasa dingin, bukan hanya karena AC yang menusuk, tetapi juga karena aura tegang yang melingkupinya. Meja kerjanya kini dipenuhi tumpukan berkas. Keandra, dengan segala kekuasaannya, telah memberikan setumpuk tugas yang tidak seperti biasanya. Ini tidak biasa, entah pria itu sengaja melakukan atau memang pekerjaan hari ini harus sebanyak dan diburu untuk segera diselesaikan. Kini, ia terperangkap dalam dunia Keandra, dunia yang penuh tuntutan dan tekanan."Itu laporan keuangan triwulan. Aku butuh data proyek A dan B untuk rapat pukul dua nanti," suara Keandra terdengar datar dari interkom. Neina bahkan belum sempat menyesap kopinya yang ia minta buatkan OB saat dirinya baru tiba tadi.Neina menghela nafas panjang. Ia menekan tombol balasan. "Baik, Pak Keandra."Ada yang aneh, biasa perintah yang ia terima dari Felix. Tapi, kini Keandra turun langsung memberikan perintah padanya. “Anda masih ingin bermain-main denganku, Tuan Muda.” Gumamnya dalam

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 18. Terlambat Kerja Lagi

    Di kantornya, Keandra menyeringai tipis saat salah satu pelayan melaporkan bahwa Neina telah menyelesaikan tugasnya untuk membersihkan rumah. "Bagus," gumamnya. "Pastikan dia tahu siapa yang berkuasa di rumah itu."Pelayannya mengangguk, mencatat setiap perkataan Keandra.Keandra menatap keluar jendela, memikirkan Neina. Ia tahu, gadis itu pasti merasa terhina. Tapi itu memang yang ia inginkan. Ia ingin Neina tahu bahwa di rumahnya, ia tidak memiliki hak apa pun. Ia hanyalah boneka yang bisa ia kendalikan.Ia akan memastikan Neina menyesali setiap detik pernikahan ini. Ia akan memastikan Neina hidup dalam penderitaan, sampai gadis itu benar-benar menyerah dan tunduk padanya. Lalu menyerah dan pergi begitu saja dari kehidupan dan terutama rumahnya. Ini adalah bagian dari rencana besar Keandra, sebuah rencana yang akan menghancurkan Neina sepenuhnya. Gadis itu baginya terlalu mengambil peran besar dalam keluarganya. ***Deru knalpot memekakkan telinga, namun bagi Neina, itu adalah

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 17. Pelayan di Pagi Hari

    Di sisi lain, Keandra memperhatikan punggung Neina yang menghilang di balik pintu kamar pelayan. Sebuah senyuman tipis terukir di bibirnya. “Kau akan keluar dari rumah ini dengan sendirinya,” gumamnya pelan penuh kemenangan atas perlakuan pertama yang ia lakukan. Puas. Ya, ia sangat puas. Neina akhirnya menurut. Gadis itu tidak membantah, tidak melawan. Itu adalah pertanda bagus."Kau melihatnya, Bi Raras?" suara Keandra terdengar tajam saat Bi Raras kembali ke lantai atas. Bi Raras kembali ke kamar yang seharusnya Neina tempati untuk mengambil kebutuhan Neina yang lain. "Dia menurut. Dia tahu tempatnya."Bi Raras menunduk, tidak berani menatap mata Keandra. "Iya, Tuan. Tapi, akan jadi masalah jika Tuan besar mengetahui," tegur Bi Raras mengingatkan. “Saya tidak pernah memperlakukan Bibi dengan kasar. Jika sampai itu terjadi dan mengusik rumah tanggaku dan Olivia. Maka Bibi tanggung akibatnya.” Sebuah ancaman yang tidak pernah Bi Raras dapatkan dari anak yang ia dibesarkan denga

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 16. Menjadi Pelayan

    Neina terkejut. Ia menoleh kaget dan mendapati Keandra berdiri di ambang pintu, bersandar pada kusen dengan tatapan tajam yang menusuk. Wajahnya yang tampan terbingkai dengan ekspresi datar yang sulit dibaca. Kemeja yang digulung sebatas siku menonjolkan otot lengannya yang kuat, memancarkan aura dominan yang mencekam.Bi Raras segera membungkuk hormat. "Maaf, Tuan. Saya sedang menunjukkan kamar baru Non Neina."Mata Keandra beralih dari Bi Raras ke Neina, lalu menyapu seisi kamar dengan pandangan meremehkan. "Kamar ini?" Nadanya penuh ejekan. "Kamar ini untuknya?"Hati Neina mencelos. Ia merasakan firasat buruk yang merayapi jiwanya."Iya, Tuan. Bibi sudah menyiapkan sejak siang," jawab Bi Raras, suaranya sedikit ragu. "Tuan Besar sendiri yang meminta saya menyiapkan kamar ini."Keandra terkekeh, tawa yang tidak sampai ke matanya. "Oh, benarkah? Apa kau tahu jika aku tidak akan beri kamar semegah ini untuknya." Ia menegakkan tubuhnya, melangkah masuk ke dalam kamar, mengikis ja

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 16. Sarang Singa

    Angin senja Jakarta terasa getir saat Bi Raras membimbing Neina memasuki pintu utama kediaman Keandra. Pintu utama yang menjulang tinggi itu seolah menyambut kehadiran Neina yang sedang melangkah. Memutus Neina dari dunia luar dan menyeretnya masuk ke dalam sebuah sangkar emas yang dipenuhi ketidakpastian. Jantung Neina berdebar tak karuan. Bukan karena lelah setelah perjalanan panjang tentang kehidupan yang hari ini penuh serta merta dan mengejutkan, melainkan karena bayangan Keandra, pria yang kini resmi menjadi suaminya, menghantui setiap langkah menuju ke dalam rumah mewah yang seharusnya memberikan kenyamanan buatnya.Rumah itu megah, terlalu megah untuk Neina yang terbiasa dengan kesederhanaan. Arsitektur klasik dengan pilar-pilar kokoh dan jendela-jendela besar mendominasi pandangannya. Namun, kemegahan itu terasa dingin, tak mengundang. Udara di dalamnya terasa berat, seolah dipenuhi oleh cerita-cerita yang belum terungkap.Asing. Satu kata yang saat ini mewakili perasaan Ne

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 14. Sambutan Permusuhan

    Ketika langkah kaki Neina turun dari mobil itu, lantai batu alam yang mengkilap seakan memantulkan suara debaran jantungnya. Rumah itu sangat mewah, terlalu besar dan terlalu asing baginya. Dinding-dinding putihnya berdiri megah, berjendela besar dengan teralis besi hitam bergaya industrial. Tak ada kesan ramah, tak ada sambutan hangat. Rumah itu dingin—dan mencerminkan tuan rumahnya.Beberapa orang pelayan segera datang dari arah pintu utama. Salah satu dari mereka, seorang perempuan berusia empat puluhan, tersenyum ramah. Ia melangkah maju. Raut wajahnya begitu hangat, seolah mencoba menepis dinginnya suasana. “Selamat datang, Nona Neina,” sapanya lembut, suaranya menenangkan. “Saya Bi Raras. Saya yang akan membantu Nona selama di sini. Jika Nona membutuhkan sesuatu, jangan sungkan memberitahu saya.”Senyum ramah Bi Raras sedikit meredakan ketegangan yang mendera Neina. Setidaknya, ada satu wajah yang tidak memancarkan permusuhan di tempat ini. Ia mengangguk samar, mencoba membala

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status