Home / Romansa / Istri Kedua Sang Presdir / Bab 181. Gejolak Neina

Share

Bab 181. Gejolak Neina

Author: Wijaya Kusuma
last update Last Updated: 2025-09-23 21:58:07

Langit siang itu tampak kelabu dari jendela besar lantai dua puluh kantor pusat DS Company. Hujan belum turun, namun mendung pekat menutup separuh langit Jakarta.

Dari ruang kerjanya, Keandra duduk tegak di balik meja besar berlapis kaca, jemarinya sibuk membolak-balik berkas laporan yang menumpuk bagai gunung kecil. Matanya merah, lingkar hitam di bawah kelopak makin jelas terlihat, tanda ia belum beristirahat dengan cukup sejak dengan pikiran yang menekan.

Jika hanya masalah konferensi pers, mungkin bisa digelarnya. Masalahnya, pasti akan ada tuntutan penjelasan yang akan membuat nama Olivia jatuh ke publik jika ia melakukannya.

Neina, di posisi ini wanita itu akan semakin tertekan. Ia hanya mampu memijit pelipis atas segala tuntutan yang datang menghampiri.

"Kenapa semua terasa menyesakkan hari ini?" pikirnya, sambil menekan pelipis dengan jari telunjuk. Ia menghela nafas panjang, mencoba menenangkan diri.

Laporan dari divisi pemasaran, keuangan, hingga SDM berdatangan tanpa hen
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 187. Rahasia dalam Flashdisk

    Siang itu, udara di gedung eksekutif mewah DS Company begitu hening. Langit berwarna abu-abu, seolah ikut menekan suasana hati Neina yang gelisah sejak pagi. Langit Jakarta siang itu seolah mencerminkan perasaan Neina. Kelabu. Gerimis tipis menggantung di udara, menciptakan selimut lembap yang terasa menekan. Neina menatap kosong ke layar laptop di hadapannya, data-data laporan yang tersusun rapi terasa seperti barisan karakter asing yang tak memiliki makna apa-apa.Sudah setengah hari sejak Neina berhadapan dengan Daniswara, kakek mertuanya. Pertemuan yang seharusnya menjadi ajang kehangatan antara keluarga justru berakhir seperti sidang yang memuakkan."Neina, Kakek sudah bilang. Ini adalah keputusan yang harus kakek ambil demi kebaikan bersama. Demi Keandra dan kamu,” ujar Daniswara kala itu, suaranya tenang, penuh wibawa, tetapi juga dingin, tak menyisakan ruang untuk negosiasi."Kebaikan yang mana, Kek? Mengabaikan masalah? Menutup-nutupi rahasia besar yang tidak kita tahu?” Nei

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 186. Musuh Lama

    Pagi itu, udara masih lembap setelah hujan dini hari. Jalanan menuju pusat kota belum terlalu padat, membuat mobil yang ditumpangi Neina melaju mulus. Dari kaca jendela, ia bisa melihat sisa embun menempel di dedaunan, berkilau diterpa sinar matahari yang baru muncul dari ufuk timur.Ia menarik napas panjang. Sudah tiga hari ia menginap di rumah Nenek. Tiga hari penuh kehangatan, tapi juga tiga hari penuh pertanyaan yang tak berani ia tuntaskan. Ada ketenangan yang tidak pernah ia temukan di mansion, namun keresahan tetap saja membayanginya.Kini, Neina memutuskan untuk kembali ke kantor. Bukan karena benar-benar ingin, melainkan karena ia sadar ia tidak bisa terus berlari. Dunia luar tetap berjalan, gosip tidak berhenti berputar, dan pekerjaannya menuntut untuk kembali dijalani.Ia sengaja berangkat lebih pagi. Ia tidak ingin berjumpa dengan banyak karyawan yang biasanya datang menjelang jam kerja. Ia ingin masuk tanpa tatapan, tanpa bisik-bisik di belakang.Mobil berhenti di depan g

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 185. Melepas Rindu pada Nenek

    Langit sore itu berwarna jingga pucat, matahari seperti kelelahan setelah seharian membakar kota. Jalanan mulai dipenuhi kendaraan yang kembali dari aktivitas, klakson bersahutan, sementara lampu-lampu toko di sepanjang jalan mulai menyala.Neina duduk di kursi belakang mobil hitam yang dikemudikan oleh sopir keluarga yang mengantarkannya. Tangannya memegang erat tas kecil di pangkuan, matanya menatap keluar jendela, tapi pikirannya entah ke mana.Sang sopir sesekali melirik lewat kaca spion. “Nona, apa Anda ingin saya putar musik? Supaya perjalanan lebih asik?”Neina tersadar, menoleh sebentar lalu tersenyum tipis. “Boleh, Pak. Terima kasih.”Sepertinya ia tahu jika sang sopir paham dengan kegelisahan dirinya. “Baik, Nona.”Keheningan kembali menyelimuti mobil. Hanya suara mesin dan gesekan ban dengan aspal yang terdengar.Hatinya berdegup cepat. Perjalanan ke rumah neneknya seakan membawa pulang masa lalu yang lama terkubur. Sejak kecil, Neina hanya tahu jika kedua orang tuanya sa

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 184. Tak Ingin Percaya

    Pria itu terlihat begitu tenang. Kemeja hitamnya terlipat rapi, jas abu-abu tergantung di kursi. Wajahnya tidak asing, seolah pernah ia lihat di suatu tempat, mungkin dari potongan berita perusahaan atau sekadar bayangan yang melintas. Tapi siang ini, pertemuan itu terasa salah. Terlalu salah.Neina menelan ludah, menegakkan punggungnya. Jemarinya meremas pegangan tas kecil di pangkuan.“Aku rasa kau salah orang,” ucap Neina dengan nada kaku. “Aku tidak mengenalmu, dan saya tidak paham mengapa harus mendengar semua ucapan ini.” Ia menghentikan sejenak kalimatnya, sebelum akhirnya melanjutkannya. “Aku rasa. Ini hanya omong kosong.”Marco menyandarkan tubuh ke kursi, senyumnya tipis tapi dingin. “Kau memang tidak mengenalku, Nyonya Keandra. Itu benar. Tapi aku mengenal suamimu… lebih jauh daripada yang kau bayangkan. Dan aku juga sangat mengenal keluarga Daniswara. Dan… juga orang tuamu.”Ucapan itu membuat tengkuk Neina meremang.“Cukup.” Suaranya tegas, walau sedikit bergetar. “Saya

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 183. Kabar Mengejutkan

    Ruang kafe yang remang semakin terasa mencekam. Neina memandang Marco dengan tatapan dingin, seolah sedang berhadapan dengan musuh bebuyutan. Di balik ketenangannya, badai kecemasan bergolak di dalam dada."Apa yang kau inginkan dariku?" tanyanya dingin, berusaha menutupi getar di suaranya. Ia tak suka menunggu dalam ketegangan. Bahkan, ia sendiri tidak mengenal siapa pria di hadapannya. Marco menyilangkan tangan di atas meja, senyum sinisnya tak luntur. "Santai dulu, Neina. Minum sesuatu? Kopi di sini cukup enak." Pria itu masih terlihat senang bermain dengan Neina. Ketegangan di depan mata, semakin menarik perhatiannya."Aku tidak mau basa-basi. Katakan cepat atau aku pergi sekarang," potong Neina, tidak sudi membuang waktu.Neina semakin kehilangan kesabaran atas tindakan yang dilakukan pria yang berusia sekitar 55 tahun tersebut. Marco terkekeh pendek. "Baiklah. Aku tidak akan berputar-putar. Aku ingin membuka sesuatu... sesuatu yang menyangkut hidupmu, Neina.""Apa maksudmu?"

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 182. Orang Asing

    Matahari di puncak kepala terasa panas menyengat, tapi hawa di dalam kantor terasa jauh lebih dingin. Kantin yang biasanya dipenuhi tawa dan obrolan kini terasa seperti medan perang bisikan. Neina berjalan dengan kepala tertunduk, langkahnya cepat, seolah-olah ia sedang berlari dari sesuatu yang tidak terlihat. Setiap bisikan yang menyentuh telinganya bagaikan duri, menusuk-nusuk tanpa ampun."Itu dia, si perusak rumah tangga.""Sudah jadi istri kedua, masih berani menampakkan diri.""Wanita simpanan yang naik kasta, beraninya."Bisik-bisik itu tak pernah sekeras ini. Sejak foto dirinya dengan Keandra beredar, ia seolah menjadi buruan publik. Dulu, tatapan mereka hanya penuh rasa ingin tahu, tapi kini, semua tatapan itu berubah menjadi kebencian dan cemoohan."Mereka menghakimi tanpa tahu apa-apa," gumamnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri.Ya, satu-satunya cara untuk membuat dirinya terus berdiri tegak adalah dengan menguatkan diri sendiri. Di belakangnya, langkah tegap pengawa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status