Home / Romansa / Istri Kedua Sang Presdir / Bab 64. Persiapan Penyambutan

Share

Bab 64. Persiapan Penyambutan

Author: Wijaya Kusuma
last update Last Updated: 2025-06-29 20:00:05

Hujan belum juga berhenti ketika Neina berdiri di depan wastafel besar di dapur rumah itu. Rumah mewah yang dindingnya penuh lukisan mahal dan lantainya berkilau seperti museum, seolah mengejek kesederhanaan hatinya.

Tangan wanita yang pulang lebih cepat dari biasanya itu sibuk membersihkan sisa sayuran segar di bawah keran air, sementara kepalanya penuh dengan suara-suara yang berputar – suara Felix, suara Keandra, suara hatinya sendiri yang terus berdebat tanpa henti.

“Dia hanya kasihan padamu, Neina. Jangan berpikir yang tidak-tidak. Itu tak baik.” Neina menguatkan hatinya sendiri.

Di meja dapur, bahan-bahan impor tertata rapi: daging sapi premium, rempah segar, keju, anggur putih.

Neina sudah menulis menu di kertas kecil, ditempel di pintu kulkas dengan magnet. Beef Wellington, Creamy Potato Gratin, dan Ratatouille.

Menu Eropa, katanya. Sesuai permintaan Keandra untuk menyenangkan lidah Olivia, wanita yang bahkan Neina belum pernah duduk satu meja dengannya sebagai ‘nyonya ru
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 66. Pelayan di Meja Makan

    Neina melangkah menuju ruang makan dengan dada yang terasa penuh. Hatinya masih berdebar keras, bukan hanya karena apa yang ia lihat tadi, tapi juga karena perintah Keandra yang tidak bisa membuat dirinya menolak. Biasanya, pelayan lain yang bertugas melayani Keandra. Jangankan untuk meminta dirinya melayani, melihat Neina di hadapannya pun enggan Keandra lakukan. Tapi kali ini, ia sendiri yang harus mengurusnya.“Nona Neina,” suara Bibi Raras yang sejak tadi merasa simpati dan memperhatikan Neina. Membuatnya berhenti melangkah.“Iya, Bu.”“Kamu kenapa? Mukamu pucat sekali,” tanya Bu Raras sambil merapikan serbet di meja.Neina menggeleng. “Enggak apa-apa, Bu Raras. Aku baik-baik saja.” Terlihat jelas keraguan di mata Neina yang dapat ditebak oleh wanita senja itu. “Saya tahu, ada sesuatu yang terjadi, Nona.” Bi Raras menebak langsung apa yang membuat dirinya menjadi penasaran. Neina tahu, tak akan bisa menyembunyikan resah yang muncul di hatinya itu.“Pak Keandra minta saya sendi

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 65. Harus Melayani

    “Hati-hati, Sayang.” Suara lembut penuh kasih dan perhatian, yang tidak pernah Neina dengar dari seorang Keandra. Suara itu, suara yang tak pernah Neina dengar dari seorang Keandra Dipta Sakti, selain kata tajam, penuh kebencian yang ditunjukkan saat berhadapan dengan Neina. Neina yang melihat sikap kedua pasangan yang baru tiba itu hanya mampu membuang muka ke arah lain, berusaha keras mengabaikan rasa perih yang tiba-tiba melilit. Entah, perasaan apa yang terjadi padanya itu. Ia tak mungkin memiliki rasa yang tak seharusnya terjadi dalam diri. Tapi, ia sudah berjanji pada Daniswara, Kakek Keandra, jika akan memenuhi permintaannya. Terkait Keandra sudah menyelamatkannya atau belum. Ia tersadar, saat sebuah suara tajam itu terucap dari bibir seorang Keandra, pria yang menjadi suami sekaligus bosnya. “Apa kau tidak bisa bekerja dengan benar?” Suara yang terdengar itu begitu tajam. Terdengar sangat kesal dan penuh kebencian, seolah Neina adalah hama yang mengganggu.“Sayang. Siap

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 64. Persiapan Penyambutan

    Hujan belum juga berhenti ketika Neina berdiri di depan wastafel besar di dapur rumah itu. Rumah mewah yang dindingnya penuh lukisan mahal dan lantainya berkilau seperti museum, seolah mengejek kesederhanaan hatinya. Tangan wanita yang pulang lebih cepat dari biasanya itu sibuk membersihkan sisa sayuran segar di bawah keran air, sementara kepalanya penuh dengan suara-suara yang berputar – suara Felix, suara Keandra, suara hatinya sendiri yang terus berdebat tanpa henti. “Dia hanya kasihan padamu, Neina. Jangan berpikir yang tidak-tidak. Itu tak baik.” Neina menguatkan hatinya sendiri.Di meja dapur, bahan-bahan impor tertata rapi: daging sapi premium, rempah segar, keju, anggur putih. Neina sudah menulis menu di kertas kecil, ditempel di pintu kulkas dengan magnet. Beef Wellington, Creamy Potato Gratin, dan Ratatouille. Menu Eropa, katanya. Sesuai permintaan Keandra untuk menyenangkan lidah Olivia, wanita yang bahkan Neina belum pernah duduk satu meja dengannya sebagai ‘nyonya ru

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 63. Permintaan Keandra

    Neina menarik napas panjang, mencoba menutup rapat gemuruh di dadanya. Ia tahu, pada akhirnya harus mendengar pertanyaan itu juga.“Beliau pulang sama Bu Olivia?”Pertanyaan itu lebih mirip pengakuan, keluar begitu saja dari bibir Neina, membuat ruang sempit itu terasa sesak. Ya, dia akan dihadapkan dengan istri sesungguhnya oleh pria yang berstatus menjadi suaminya. Felix terdiam. Ia mengangguk pelan, seperti tak tega. “Ya. Bu Olivia pulang sama Pak Keandra.”Hening menetes di antara mereka. Di luar, hujan mengetuk kaca jendela dengan ritme tak beraturan. Neina meremas jemarinya di pangkuan, tapi wajahnya tetap datar. Tak boleh ada air mata di sini. Tidak sekarang.“Baguslah,” jawab Neina akhirnya, suaranya serak. “Kalau begitu rumah tidak akan sepi lagi.”Felix menarik napas. Ia membuka mulut, menutupnya lagi. Ada banyak yang ingin ia ucapkan — kalimat penghibur, barangkali — tapi ia tahu tak akan berguna. Lalu, perlahan ia bertanya, seolah ingin memastikan.“Kamu… baik-baik saja?

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 62. Sebuah Kabar

    "Udah. Nggak ada diskusi. Tidak sedang rapat. Ayo, ke mobil. Kamu pulang sama saya. Saya antar."Felix meraih tangan Neina. Awalnya Neina berusaha menarik tangannya, namun genggaman Felix hangat, tegas, dan meyakinkan. Akhirnya, ia pasrah, membiarkan dirinya digiring melewati trotoar becek, menembus hujan menuju mobil hitam Felix yang lampunya masih menyala di pinggir jalan.Felix dengan sigap membuka pintu penumpang, mempersilakan Neina masuk duluan. Begitu Neina duduk, Felix menutup pintu, lalu berlari memutar ke sisi kemudi, masuk dengan napas terengah-engah.Di dalam mobil, wangi parfum mobil beradu dengan aroma basah hujan dan sisa air mata. Felix segera menyalakan pemanas, lalu menarik sekotak tisu dari laci dashboard, menyerahkannya pada Neina. "Lap wajahmu. Nggak lucu kalau kamu masuk angin. Besok Pak Daniswara nyari saya gara-gara kamu sakit. Saya yang disalahkan," ucap Felix sambil menyalakan lampu hazard.Neina mengambil tisu, pelan-pelan menyeka pipi dan hidungnya yang m

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 61. Tawaran Bantuan

    Hujan deras mengguyur Jakarta malam itu, seolah langit pun ikut berduka. Ikut merasakan kesedihan yang melanda diri neina. Di tengah derasnya hujan yang mengguyur. Felix baru saja pulang dari kenatornya, tiba-tiba matanya menangkap sebuah siluet. "Neina?" bisiknya pelan, memastikan. Ya, ia yakin itu Neina, wanita yang beberapa minggu terakhir begitu sibuk mengejar tender besar, tender pertama yang dilakukan dan berhasil ia memenangkannya.Dari kejauhan, Neina terlihat berjalan gontai, menunduk dalam, menerobos hujan seolah tak peduli derasnya hujan yang menimpa tubuhnya. Awalnya Felix ragu, mengira mungkin hanya pejalan kaki nekat atau entah siapa. Tapi, ada sesuatu yang berbeda dari Neina. Langkahnya yang goyah, pundaknya yang seolah memikul beban tak terlihat, jauh lebih berat dari guyuran hujan yang membasahinya. Hati Felix tercekat. Tanpa pikir panjang, ia segera membuka pintu mobil, berlari ke bagasi belakang, dan menarik payung hitam. Hujan seketika menampar wajahnya, memba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status