Home / Rumah Tangga / Istri Kedua Suamiku / Awal penderitaan Fahri

Share

Awal penderitaan Fahri

Author: Rini Annisa
last update Last Updated: 2023-07-14 15:31:59

Ponsel kembali bergetar menyentak lamunan Nuraini. Masuk pesan dari Tommy yang mengirim foto sertifikat lengkap dengan namanya. 

[Aini, sebenarnya rumah itu untuk siapa?] 

"Maaf Mas Tommy, kalo bisa antarkan kunci rumah dengan sertifikatnya hari ini?" balas Nuraini beralih telepon tanpa menjawab pertanyaan Tommy. 

Di seberang sana lelaki itu menghela napas,  Nuraini mendengarnya karena ponsel begitu dekat di bibir. Maafkan aku Mas Tommy tidak bisa memberitahumu yang sebenarnya, batinnya sendu. 

"Baiklah, kalo itu maumu. Sebentar lagi akan Mas kirim."

Nuraini menghentikan obrolan setelah mengucapkan terima kasih. Benar saja tak butuh lama dua puluh menit kemudian seorang kurir berteriak dari luar. 

"Paket!" 

Gegas Nuraini turun setelah memakai hijabnya, saat kakinya baru saja menapak di bawah pintu kamar terbuka. Fahri dan Melisa yang keluar dari kamar juga mendengar teriakan paket. 

"Kamu ada pesan barang, Nur?" tanya Fahri yang melihat istri pertamanya itu buru-buru ke depan. 

"Iya, Mas!" jawab Nuraini pendek. 

Kedua insan itu hanya diam memperhatikan Nuraini dari dalam rumah. Melisa yang selalu iri dengan kehidupan madunya pun merayu suaminya. 

"Mas, lihat tuh Mbak Nur enak bisa pesan barang-barang mahal. Aku mau dong, Mas!" rengeknya. 

"Iya, nanti kan kamu butuh baju dan perlengkapan bayi. Siapa tau Nur pesan untukmu," jawab Fahri enteng dan percaya bila paket itu berisi perlengkapan bayi. 

Mata bulat Melisa berbinar, kalo benar apa yang dikatakan suaminya alangkah mudahnya untuk memeras madunya itu. Dia sudah tak sabar Nuraini memberikan paket itu padanya. 

Saat Nuraini akan masuk, Melisa yang melihat di tangan madunya itu hanya berupa amplop coklat besar hatinya pun kecewa. Bayangan yang membuatnya tadi senang pupus sudah. 

"Mbak, kata Mas Fahri paket itu perlengkapan bayiku?" celetuk Melisa menunjuk. 

Perkataan Melisa barusan membuat wanita berhijab itu mendelik. Kenapa adik madunya itu begitu merasa dia akan belikan perlengkapan bayi. 

"Nggak kok! Kebutuhan kamu dan bayimu itu bukan tanggung jawabku tapi Mas Fahri. Iya 'kan Mas," ucap Nuraini menoleh ke suaminya. 

"Eh iya, Mas pikir pun tadi kamu mau belikan perlengkapan bayi untuk Melisa karena besok dia akan menempati rumah barunya," jawab Fahri gelagapan. 

"Oh iya, apakah kalian sudah berkemas? Besok pagi jam delapan kita akan berangkat." Usai berkata seperti itu Nuraini berlalu menuju kamarnya kembali. 

Sebenarnya dia sangat bosan di kamar terus tapi bila keluar dan melihat keduanya hatinya akan terluka. Jadi, mulai besok Nuraini tidak akan mendapati pemandangan yang membuatnya cemburu dan sedih lagi.  

Melisa sangat gembira setelah dikatakan besok sudah bisa pindah. Tak sabar untuk memberitahukan orang tua dan saudaranya. 

"Mau kemana, Mel?" tanya Fahri yang melihat istri keduanya jalan terburu-buru. 

"Mau nelepon orang tua, Mas. Besok sudah bisa ke rumah baru kita," jawab Melisa sambil lalu. 

Fahri hanya mengangguk tersenyum turut senang dengan kabar ini. Namun, sedetik kemudian wajahnya nampak kuyu dan mengedarkan pandangan ke sekeliling dalam rumah. 

Setelah pindah nanti dia pasti merindukan rumah ini. Sudah tiga tahun bersama Nuraini, banyak kenangan yang telah mereka lalui. Bahkan segala ucapan dan perlakuannya masih diingat jelas dan saat bagian janjinya pada istri pertamanya untuk setia menyentak. Dirinya seakan tertampar telah melupakan janji itu. 

Dengan begitu egois telah menyakiti Nuraini dan menghadirkan Melisa ke dalam hidup mereka. Matanya berhenti menatap pintu kamar di lantai atas, pintu itu terbuka sedikit. Dia yakin Nuraini pasti sedang melihatnya dari dalam. 

Kenapa kamu menatap ke sini terus, Mas? Apakah kamu menyesal telah membuatku sakit? Ataukah kamu tidak rela meninggalkan rumah ini. Tapi aku tau kamu pasti bahagia bisa terus bersama Melisa, batin Nuraini sedih kemudian menutup pintu. 

Suara debum pintu kamar atas mengejutkan Fahri. Dia merasa Nuraini semakin menjaga jarak padanya. Fahri masih tidak percaya kalo wanita yang sudah mengangkat derajatnya itu begitu mudah menyuruhnya tinggal bersama Melisa. 

"Tapi ah sudahlah, lagian Nuraini juga tidak menuntut cerai dan itu masih mengamankan posisiku," gumam Fahri santai. 

*** 

Esoknya setelah sarapan mereka berangkat menuju perumahan. Lagi-lagi Nuraini harus bersabar saat Melisa minta duduk di depan sebelah Fahri. "Nggak apa-apa, Mas," ucap Nuraini mengalah. 

Melisa menunjukkan kemenangannya dengan tersenyum. Dia merasa bila di rumahnya bukan lagi madunya yang jadi ratu. Akan ditunjukkan pada Nuraini bahwa dia pun bisa berkuasa. 

Nuraini memberikan alamat rumah itu pada Fahri, mobil yang mereka tumpangi memasuki sebuah perumahan. Hati Melisa sudah senang melihat deretan rumah mewah yang besar dan bertingkat. 

"Ini benar rumahnya, Mbak?" tanya Melisa melongo tak percaya. 

Mobil berhenti sesuai petunjuk Nuraini yang tertawa dalam hati melihat ekspresi madunya. Melisa pikir mungkin rumah yang dibeli untuknya mewah seperti yang mereka lewati tadi. 

"Iya, sudah sampai. Ayo turun!" ucap Nuraini tersenyum. 

Fahri juga tak kalah terkejut, pasalnya rumah yang dibeli Nuraini hanya rumah biasa. Tidak bertingkat juga kecil. Tempatnya juga paling ujung hingga agak tersingkir dari rumah mewah lainnya. 

"Mas?" rengek Melisa akan protes. Tapi Fahri pun tidak tau harus bicara apa. 

Nuraini memberikan kunci rumah pada suaminya. "Bukalah, Mas! Mulai sekarang ini rumah kalian berdua." 

Fahri menerimanya dan membuka pintu begitu melihatnya hati keduanya kembali kecewa. Tiada perabotan apapun di dalamnya kosong melompong. 

"Mbak, kenapa rumahnya kecil begini juga nggak ada isinya lagi. Gimana kami bisa hidup di sini?" protes Melisa akhirnya. 

Nuraini melipat kedua tangannya di dada. "Kenapa, kamu nggak mau?" 

"Bukan sih, Mbak! Aku pikir rumahnya besar seperti yang lain. Ternyata kecil kek gini udah gitu nggak ada barang-barangnya," keluh Melisa. 

"Oh, kamu mau barang suruh Mas Fahri yang beli. Ingat, kebutuhanmu itu tanggung jawab Mas Fahri. Rumah sudah aku yang beli jadi sekarang segala apapun yang kamu perlukan minta aja sama suami. 

Aku harap kamu nggak mengeluh. Sebagaimana dulu Fahri masih susah begitu juga kalian mulai rumah tangga ini. Jadi, kamu jangan mau enaknya aja," jelas Nuraini panjang lebar. 

Lalu Nuraini beralih pada Fahri sambil menadahkan tangannya. "Oh iya Mas, sini kunci mobilnya. Mulai sekarang Mas nggak bisa naik mobil lagi." 

"Nggak bisa gitulah, Nur! Kalo Mas nggak ada mobil gimana mau kerja nanti? Sudahlah kamu ngasih rumah ini tanpa perabot tapi jangan ambil mobil juga." Kini giliran lelaki itu yang protes. 

"Mas, berani berbuat harus berani bertanggung jawab. Kamu masih ingat saat akan menikahiku, dulu kamu itu nggak punya apa-apa tapi aku nggak protes. Malah dengan ikhlas aku berikan kamu segalanya tapi inilah balasanmu padaku. Jadi, Mas terima aja semua ini," ucap tegas Nuraini lalu mengambil kunci mobil dari tangan Fahri. 

"Aku mau pulang dan Mas masih tetap boleh pulang ke rumahku. Aku akan tetap melayani Mas seperti biasa, tapi maaf kalo untuk kebutuhan Melisa aku nggak bisa bantu lagi."

Nuraini keluar rumah setelah berucap demikian. Hati Melisa mencelos, begitu juga dengan Fahri. Alamat hidupnya pasti akan menderita lagi, terbesit sedikit penyesalan dalam hatinya. Tapi nasi sudah menjadi bubur, dia hanya bisa pasrah. 

Walaupun Nuraini terlihat tegar di depan Fahri dan Melisa tidak dipungkiri ada rasa sedih yang mengalir. Suami yang begitu dicintainya bahkan lebih memilih tinggal bersama istri keduanya. Air mata dibiarkannya mengalir setelah duduk di dalam mobil. 

Nuraini akan mengemudikan sendiri mobilnya pulang. Menatap kembali ke arah rumah yang dibeli untuk madunya dengan perasaan hancur sebelum menghidupkan roda empat itu. 

Tok, tok, tok! 

Nuraini terkejut ada yang mengetuk jendela mobilnya. Gegas dihapus air matanya dan membuka kacanya, terlihat seraut wajah lelaki dengan rahang mengetat. 

"Aini, kamu berhutang penjelasan pada Mas!" ujar lelaki itu yang tak lain adalah Tommy. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Aulia rahma
Aneh, yang kawin lagi siapa, yang beliin rumah siapa. wkwkwk..tau sunah poligami, tapi gak tau kewajiban nafkah. Indonesia banget......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Kedua Suamiku   Ambil alih Toko

    "Siapa di luar?" panggil Melanie karena mendengar keributan. Lisa menggerutu pada temannya karena aksinya ketahuan. Mau tidak mau dia pun mencoba menjelaskan agar sang bos tidak curiga. Tangan Lisa siap mengetuk pintu, terdengar jawaban dari dalam agar menyuruhnya masuk. Pintu pun terbuka lalu Lisa masuk dan tatkala Fahri melihatnya dia pun terkejut. Wajah lelaki itu berubah pias karena kehadiran sosok Lisa yang sangat tidak asing. Sekilas wanita yang mengenakan rok pendek itu menatap Fahri lalu beralih kepada Melanie. "Maaf, Bu! Tadi saya hanya lewat dan memungut barang yang nggak sengaja terjatuh tapi si Mala malah menuduh yang bukan-bukan," jelas Lisa seraya menunjukkan beberapa sampel pakaian. "Kalo gitu panggil Mala kesini, agar dia nggak salah paham," pinta Melanie setelah mendengarkan penjelasan asal keributan. "Nggak usah, Bu! Saya nggak mau perpanjang masalah, saya sudah memaafkannya. Kalau gitu saya permisi dulu, Bu," tolak Lisa. Dia tidak mungkin memanggil temannya itu

  • Istri Kedua Suamiku   Rumah baru

    Usai menikah, Fahri diboyong istrinya ke rumah baru mereka. Lelaki itu menghirup udara kebebasan lagi, ibarat baru keluar dari yang namanya penjara kesulitan hidup. Langkah kakinya mantap begitu turun dari mobil. Ya, Melanie memang termasuk golongan berada. Semua fasilitas kemewahan sudah tersedia, kini mereka tinggal menikmati saja. "Gimana dengan rumahnya, Mas?" tanya Melanie setelah mereka masuk ke dalam rumah. Rumah tingkat dua dengan gaya klasik plus furnituer dan barang mahal sangat menarik perhatian Fahri. Pandangannya mengamati setiap sudut dengan berbagai model perabot. Di otaknya sudah terhitung bila barang-barang di dalam rumah dijual sudah ratusan juta hasilnya. "Mas," rengek Melanie karena pertanyaannya tidak dijawab Fahri. Wanita yang baru saja mengecap kebahagiaan itu termasuk sedikit manja tapi pekerja keras. Oleh karena itu hidupnya sukses bergelimang harta. "Eh, ya Sayang. Kamu tanya apa tadi?" gelegap Fahri malu. "Kamu suka rumah ini, Mas?" "Oh, suka banget Sa

  • Istri Kedua Suamiku   Pernikahan ketiga

    Fahri gegas menuju apartemen Melanie begitu sambungan terputus. Dirinya tidak bisa begitu saja mengabaikan wanita yang membutuhkan pertolongan. Dia tidak ingin merasa menyesal lagi setelah kehilangan dua wanita yang pernah hidup bersamanya. "Mel, Melanie ...!" panggil Fahri seraya mengetuk pintu depan apartemen. Lelaki itu mengulang kembali panggilannya karena tidak ada jawaban dari dalam. Dia pun bermaksud mendobrak saja pintu tersebut, untungnya suasana sepi karena sudah hampir tengah malam. Setelah berhasil membuka paksa pintu, Fahri gesit mencari keberadaan Melanie. Pandangannya tertuju pada pintu kamar yang sedikit terbuka, merasa kalau wanita itu pasti berada di dalam. "Mel, kamu di mana?" Fahri celingukan ke dalam kamar dan tetap tidak menemukan wanita itu. Langkah kakinya pun seperti menyuruh agar lebih ke dalam, namun tiba-tiba dirinya dikejutkan dengan suara pintu tertutup. Lelaki itu berbalik dan ekspresinya sungguh terpana. Melanie tanpa busana sedang berdiri di hada

  • Istri Kedua Suamiku   Season 2 : Balas dendam

    Fahri terengah-engah setelah berhenti lari demi menghindari mantan istrinya. Sambil mengatur napas, dia menoleh ke belakang untuk memastikan kalau Nuraini tidak mengejarnya. Lelaki itu terduduk lesu begitu merasa aman dan tidak lama termenung. Hari ini dia begitu sial, dari pagi menadahkan tangannya di lampu merah tapi tidak ada seorangpun yang berbaik hati memberinya uang. Hatinya sedikit gembira saat mengetuk sebuah kaca mobil yang kemudian terbuka dan lembar biru itu terulur di tangannya. Wajahnya menekuk tatkala mendengar suara wanita di telinganya, dia mendongak dan spontan terkejut begitu tau yang memberi uang adalah mantan istrinya. "Mas Fahri?" Dia pun segera berlari karena malu, namun matanya sempat melirik sekilas ke perut wanita yang pernah dicintainya itu. "Perut kamu sudah besar, Nur. Pasti sudah dekat akan melahirkan. Sayangnya bukan aku yang akan menemanimu dan anak kita nanti, tapi lelaki yang di sampingmu. Lelaki itu?" Fahri berhenti bergumam dan mencoba menginga

  • Istri Kedua Suamiku   Balasan masing masing

    Dua hari kemudian, Bram benar-benar sudah membuka matanya. Senyumnya merekah melihat anak dan istri sedang duduk menemaninya. Nuraini yang membaca Alquran pun berhenti setelah tau papanya bangun. Alunan merdu kalam Allah yang membuat Bram tersentak. "Alhamdulillah, papa sudah sadar," ucap Nuraini senang. "Apa yang terjadi pada Papa?" "Papa pingsan terus colabs dan koma, sudah semingguan juga. Akhirnya sekarang bangun, Aini minta maaf udah buat Papa pingsan," ujar Aini sesenggukan. Bram menggeleng, diraihnya tangan anaknya lalu digenggam. "Kamu nggak salah, Nak! Papa yang seharusnya minta maaf. Jujur, Papa malu saat kamu tau kelakuan buruk Papa." Bram beralih menatap Ranti yang sedari tadi diam. Ditatapnya wajah istri yang masih terlihat cantik itu. Senyum tipis tersungging di bibir wanita yang sudah dua puluh tahun lebih di nikahinya. "Mah, Papa minta maaf sudah melukai hatimu. Ternyata Mama sudah tau sejak dulu kalo Papa ada _____" "Sssttt, nggak usah bahas itu lagi Pah! Semua

  • Istri Kedua Suamiku   Akhir menyedihkan Melisa

    "Tante ngomong apa, tentu aja ayah kandungku itu adalah Bram. Ibuku sendiri yang bilang, jadi sekarang aku ingin menuntut hakku. Seperti Nur, aku ingin meminta separuh kekayaan ayahku," sembur Melisa percaya diri. Ranti tertawa, "Dengar Melisa, Ayah kandungmu bukanlah Bram! Sama seperti anak yang kamu kandung bukanlah anak Fahri!" gelegar suara Ranti membuat semua orang termasuk Fahri terkejut. "Apa maksudnya, pasti Mama berbohong! Bilang aja kalo Mama nggak ingin jatuh miskin karena Melisa menuntut haknya," desis Fahri tak percaya. Sedangkan Melisa sedikit gemetar takut boroknya terungkap. "Iya, Mas jangan percaya apa yang dibilang Tante. Anak ini tentu aja anak kamu Mas!" sergahnya membantah. Ranti hanya menyeringai dengan sikap keduanya. "Tunggu, Mah sebenarnya ada apa ini? Kenapa Melisa mengaku Papa sebagai ayahnya?" Giliran Nuraini yang bingung. Ranti menggengam tangan anaknya agar tenang dan menyerahkan semua padanya. Selama ini Nuraini hanya tau Papanya berselingkuh denga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status