Share

Bab 5

Author: Risma123
last update Last Updated: 2025-01-24 19:31:38

Vania terlihat diam, tak berani mengelak pada apa yang dikatakan suaminya itu. Tidak ada yang salah dengan apa yang dikatakan Candra, selama ini Vania dekat dengan Irma, tapi tidak pernah sekalipun wanita itu bersikap seperti seorang teman. Dia datang hanya saat butuh. Dia selalu meminta bantuan pada Vania, dan selalu berakhir membuat Vania mengeluarkan uang yang tak sedikit untuk wanita itu. 

Sudah lama Candra geram. Setiap kali ditanya darimana, Vania mengatakan pergi dengan Irma. Awalnya Candra tidak terlalu perduli, tapi saat Vania beberapa kali bercerita jika Irma berulang kali diusir dari kontrakan karena nunggak, tentu saja Candra marah. Lagi-lagi istrinya lah yang harus membayar uang kontrakan temannya yang nunggak beberapa bulan. Masih muda tapi suka dikasihani, mirip pengemis, itulah bayangan Candra tentang wanita yang jadi teman baik istrinya itu. 

"Pokonya lain kali kalau dia pinjam uang, atau dia nunggak bayar kontrakan, kamu gak boleh kasih pinjam dia uang lagi. Dia itu masih muda. Masih sanggup kerja. Kalau kamu kasihan terus sama dia, lama-lama dia keenakan, dan jadi malas kerja. Pikiran dia, walau gak punya uang, kamu bakal bantu dia dan kasih pinjam uang sama dia. Apa kamu mau sedikit hidup dimanfaatkan sama wanita yang kamu anggap teman itu, Ma? Daripada kamu kasih uang terus sama dia, mending kamu sumbangkan uangnya untuk panti asuhan."

"Iya, aku paham. Maafkan aku, Mas!" ucap Vania dengan suara samar yang hampir tak terdengar. 

Sampai di rumah, Vania keluar dari mobil dengan menuntun dua anaknya menuju arah rumah mereka. Candra melihat wajah sedih Vania, saat dia memintanya menjaga jarak dengan Irma. Tapi semua ini dia lakukan karena tahu jika istrinya hanya sedang dimanfaatkan oleh temannya itu. 

Vania masih sibuk mengurus dua anaknya di dalam kamar. Keduanya berganti baju, dan keluar kamar menuju arah meja makan. Vania pun mengeluarkan kue yang ada di dalam kulkas, lalu dia sajikan untuk cemilan kedua anaknya. 

"Makan kue dulu ya! Mama bantu bibi masak makan siang di dapur!" ucap Vania sambil berjalan pergi meninggalkan dua anaknya. 

Melihat Vania masuk dapur, Candra langsung mengikuti istrinya dari belakang. Selama ini Candra tidak pernah membiarkan istrinya bekerja pekerjaan rumah apapun, apalagi masuk dapur untuk masak. Candra sangat mencintai istrinya. Di mata Candra, Vania adalah belahan jiwanya yang ingin dia jaga dan rawat seumur hidup. Candra tidak ingin melihat istrinya kesusahan. Candra lebih tidak ingin melihat istrinya harus mengerjakan pekerjaan rumah seperti istri-istri lain. Dia hanya ingin memanjakan Vania dengan cinta, dan tak ingin sang istri lelah dengan pekerjaan rumahnya. 

"Mau kemana?" tanya Candra yang membuat Vania menghentikan langkah kakinya. 

"Bantu bibi masak."

"Gak boleh. Ikut aku! Duduk manis di kursi meja makan. Tunggu bibi selesai masak!" ucap Candra sambil menuntun Vania duduk di kursi meja makan. 

"Tapi aku...."

"St... Jangan membantah! Turuti apa kata suamimu! Aku tidak akan membiarkan istri kesayanganku harus memasak di dapur. Diam di sini! Tunggu sampai makanannya matang!" 

Candra pun ikut duduk di samping kursi Vania. Terlihat dua anak mereka tertawa melihat mamanya sedang dimanjakan dan diperhatikan papanya. Sesekali terlihat wajah Vania murung. Tapi Candra mengusap pucuk kepala istrinya itu dan berbisik pelan di telinga Vania untuk membujuknya. 

"Jangan ngambek, nanti cantiknya hilang!" 

Kembali kedua anak perempuan mereka tertawa mendengar kata-kata papanya yang sedang membujuk mamanya saat itu. Melihat tawa polos dari kedua anaknya, Vania pun tidak bisa menahan ngambeknya, dan berakhir ikut tertawa dengan kedua anak-anaknya itu. 

"Ma, besok aku akan pergi dinas ke luar kota. Mungkin butuh waktu satu atau dua Minggu untuk menyelesaikan proyek di sana. Ma, aku pasti akan merindukan kamu dan anak-anak. Jadi sebelum aku pergi, kita gak boleh berantem. Aku gak izinkan kamu masak, aku cuma gak mau kamu capek. Dulu sebelum menikah, aku berjanji pada diriku untuk bahagiakan kamu seumur hidup. Aku tidak pernah mau lihat kamu capek sedikitpun. Jadi berjanjilah padaku, jangan membuat dirimu lelah dengan pekerjaan. Aku menyiapkan dua pembantu, agar kamu gak harus lelah kerja. Aku cuma mau kamu fokus urus aku, dan anak-anak. Itu saja! Jangan bebankan dirimu dengan hal lain lagi!" ucap Candra yang seketika membuat Vania terharu mendengarnya. 

"Iya, aku tahu. Tapi kadang aku juga bosan diam sendiri di rumah tanpa melakukan apa-apa."

"Kamu bisa shopping. Kamu bisa spa. Kamu bisa ikut arisan dengan teman-temanmu. Kamu bisa ajak anak-anak main ke taman, atau makan di luar. Apapun yang bisa buat kamu bahagia, bahagiakan lah dirimu. Tugasku cari uang, tugasmu habiskan uangku," ucap Candra yang membuat Vania tertawa mendengarnya. 

"Baik bos. Aku akan patuh, dan habiskan uang suamiku," ucap Vania sambil bertingkah imut di depan suaminya. 

"Ma, nanti kita pergi ke taman bunga ya?" sambung Kanaya. 

"Ma, nanti belikan aku boneka dan mainan ya?" ucap Tania, yang ikut sibuk mendengarkan percakapan kedua orangtuanya itu. 

"Iya, apapun untuk kedua anak papa, tolong belikan ya, Ma," ucap Candra yang disambut wajah senang dari Tania dan Kanaya. 

"Papa yang terbaik!" ucap kedua anak itu sambil berhamburan memeluk tubuh papanya. 

Makan siang pun akhirnya selesai disajikan di meja makan. Mereka pun makan siang bersama, dan sesekali bercengkrama, menceritakan tentang sekolah kedua anak perempuannya itu. Hingga setelah makan siang berakhir, Vania meminta kedua anaknya untuk tidur siang. Kanaya dan Tania pun patuh, dan langsung mengunci diri di kamar untuk tidur siang seperti yang diminta mamanya. 

Vania sibuk mengepak barang bawaan suaminya yang akan dinas besok pagi. Sementara Candra memilih duduk di sofa ruang tamu sambil membaca dokumen di tangannya. Tiba-tiba pintu rumah diketuk. Candra langsung menyimpan dokumen di meja, dan bergegas membukakan pintu untuk tamu yang datang ke rumahnya itu. 

Mata Candra melotot saat melihat tamu cantik yang datang. Gadis berkulit sedikit gelap, bermata sipit, dengan lesung pipi di wajahnya, benar-benar cantik dan memukau. Candra sempat mendambakan punya pacar dengan kulit sedikit gelap seperti itu, terlebih cantik, imut dan menggemaskan, mirip seperti gadis yang saat itu berdiri tepat di hadapannya itu. 

Deg...

Detak jantung Candra berdetak kencang. Dia tak bisa melepas pandangan dari wanita cantik yang benar-benar tipenya itu. Selama ini dia tidak pernah tertarik pada wanita manapun selain istrinya, tapi yang satu ini benar-benar berbeda, dia sesuai dengan tipe fisik wanita yang disukai Candra. 

"Permisi, Mas. Apakah Vania ada di rumah? Tadi kami pergi ke taman hiburan bersama, tapi dia pulang tanpa mengabari aku. Aku jadi khawatir. Vania sudah sampai rumah dengan anak-anaknya kah?" tanya wanita itu sambil tersenyum, menampilkan wajah imut dan polos untuk menggoda Candra. 

"Ya. Dia sudah pulang. Kamu...."

"Oh, kenalkan, saya Irma. Saya teman baik Vania. Mas pasti suami Vania kan?" ucap Irma yang disambut senyum dan anggukkan kepala dari Candra. 

"Jadi gadis ini yang namanya Irma? Beberapa teman kerjaku bilang dia wanita nakal. Tapi kenapa terlihat imut, cantik, dan polos begini? Apa kabar tentang Irma salah? Gadis polos seperti ini mana mungkin memanfaaatkan istriku," batin Candra yang masih tak lepas menatap ke arah wajah cantik Irma saat itu. Pandangan pertama yang membuat Candra terpesona dengan wanita yang baru pertama kali ditemuinya itu. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kedua Suamiku    Bab 72

    Sampai di rumah sakit, Galang segera diobati oleh dokter. Sementara Vania, terlihat duduk sendiri di depan ruang tunggu. Entah kenapa Vania tak henti mengingat percakapan antara Candra dan Galang tadi. Selama ini Vania berpikir kalau pernikahannya dengan Candra hanyalah kecelakaan. Dia menduga kalau Candra mencintai dia, dan akhirnya bertanggung jawab untuk menikahinya. Siapa yang mengira jika dari awal sampai akhir, dia hanyalah sebuah rencana yang dibuat Candra untuk mengalahkan kakaknya. Sakit, pernikahan indah yang pernah dia rasakan, ternyata hanya kebohongan yang dibuat suaminya. Air mata Vania mengalir. Ternyata keinginan dia berpisah dari Candra bukanlah hal yang salah. Pernikahan dia dengan Candra, dari awal memang hanya bagian dari rencananya. Tidak ada cinta, semua palsu, semua hal indah yang selama ini Vania rasakan, ternyata hanya kebohongan yang dibuat Candra untuk mengalahkan kakaknya. Galang selesai diobati. Luka lebam sudah dioles obat, sementara luka yang berdarah

  • Istri Kedua Suamiku    Bab 71

    Galang pun mengantar Vania ke rumah orangtuanya. Walaupun sedikit bingung, tapi Galang berusaha untuk tidak banyak bertanya hal pribadi gadis itu karna takut melukai hatinya. Sampai di rumah Vania keluar dari mobil Galang. Dia pun mendekatkan kepalanya ke jendela mobil Galang yang terbuka, untuk mengucapkan terima kasih pada sang bos. "Terima kasih untuk tumpangannya, bos. Jarang-jarang aku bisa jadikan bosku, supir pribadi gratis," ucap Vania yang disambut senyum simpul dari bibir Galang. "Kamu anggap aku supir pribadi gratis? Vania, apakah kamu tidak takut kalau potong sebagian gaji bulananmu sebagai kompensasi karena menghina bos sendiri sebagai supir? Nyalimu besar juga ya?" "Hahaha... Aku tahu bosku sedikit arogan dan mudah marah, tapi hatinya lembut, baik, dermawan, mana tega dia memotong gaji karyawan kecil sepertiku. Iya kan?" balas Vania yang hanya disambut anggukan kepala dari Galang. "Penjilat!" "Terima kasih pujiannya bos!" Galang tak henti tertawa saat berbinc

  • Istri Kedua Suamiku    Bab 70

    Vania menundukkan kepalanya saat ayahnya duduk bersama ibunya di ruang tamu. Nampak wajah ayahnya yang marah menatap putrinya itu. Dia pun meminta Vania duduk, dan mulai meluapkan kemarahannya pada putrinya itu. "Katakan, Nak! Sebenarnya suamimu sudah melakukan apa padamu hingga kamu mau cerai? Waktu dia menikahi wanita lain, aku minta kamu cerai dengannya, tapi kamu bilang masih ingin mempertahankan pernikahan demi anak-anak. Lantas kenapa saat ini kamu menyerah, dan malah bersikeras ingin bercerai dengan Candra? Katakan dengan jujur! Ayah ingin dengar!" ucap ayah Vania yang membuat wajah Vania semakin menundukkan kepalanya.Vania pun menceritakan hal yang terjadi padanya. Dimana sang suami berkali-kali mendukung kejahatan dan penindasan Irma terhadapnya dan anak-anaknya. Sebelumnya Vania masih bersabar ketika Candra berdiri membela Irma, padahal Irma membuat anak bungsunya sekarat di rumah sakit. Belum lagi setelah menikahi Irma, suaminya jarang pulang, dan mengabaikan anak-anakny

  • Istri Kedua Suamiku    Bab 69

    Vania membawa dua anaknya naik ke mobil taksi. Saat itu yang ada di dalam pikiran Vania, hanya ingin segera melarikan diri dari Candra. Pria itu tak pernah sekalipun memihak padanya, dan selalu membenarkan apapun yang dilakukan Irma, meskipun itu sesuatu yang merugikannya. Vania tak ingin lagi terus berada dalam pernikahan yang terus menyiksa batinnya. Dia juga tidak mau terus menerus terikat dengan Candra, dan berhubungan dengan istri kedua suaminya. Jalan terbaik yang saat ini bisa dia ambil, hanyalah pisah rumah dengan suaminya. Apapun yang terjadi, dia tidak ingin kembali bersama dengan suami yang sudah tak lagi menjaganya, dan tidak bisa menegakkan keadilan untuknya. Vania berhenti di sebuah rumah sederhana milik kedua orangtuanya. Dia keluar dari mobil taksi, dan menuntun dua putrinya menuju arah rumah itu. Tania, dan Kanaya nampak tak banyak bicara. Mereka tahu kalau papa mereka sudah lama tidak lagi perduli pada mereka. Ketimbang memperdulikan Candra, justru kedua anak itu l

  • Istri Kedua Suamiku    Bab 68

    Pulang kerja, Vania langsung kembali ke rumahnya. Dia mendapati Candra sedang duduk di ruang tamu bersama Irma saat itu. Candra terlihat bahagia mengendong bayi laki-laki Irma. Sementara Irma yang menyadari kedatangan Vania, segera memprovokasi dengan membuat adegan mesra bersama Candra juga bayi kecil di gendongan suaminya itu. "Mas Candra, Vino sudah bisa mengoceh. Lucu sekali ya!" ucap Irma sambil menyandarkan kepalanya di bahu Candra. "Ya, dia lucu sekali!" balas Candra sambil mengecup bayi kecil di gendongannya itu. "Ganteng seperti papanya," sambung Irma lagi. Hal itu pun membuat keduanya tertawa bahagia dan merasa bangga dengan bayi laki-laki kecil yang dilahirkan Irma. Vania yang melihat adegan mesra itu, merasa tidak nyaman. Padahal mereka berdua punya rumah sendiri, tapi kenapa malah datang ke rumahnya untuk menunjukkan bermesraan satu sama lain. Benar-benar membuat mood Vania yang buruk semakin menjadi buruk. "Vania, kamu sudah pulang?" ucap Irma dengan senyum palsu di

  • Istri Kedua Suamiku    Bab 67

    Vania tersenyum mendengar kata-kata yang diucapkan Candra. Walaupun dia sendiri tahu, kalau berharap terlalu banyak pada suaminya, dia mungkin akan kembali kecewa. Tapi bagaimanapun, Vania tidak bisa menghilangkan kekhawatirannya tentang masa depan dua hatinya. Jika memang pernikahan dia dan Candra masih bisa diperbaiki, dia masih ingin mempertahankan pernikahan itu sekali lagi agar dia tidak menyesal dikemudian hari. Obrolan mereka itu pun didengar oleh Irma. Tentu saja Irma marah, merasa kesal dengan kedekatan kembali suaminya dengan istri pertamanya itu. Jelas-jelas sebelumnya sudah dibuat hampir cerai, tapi berujung malah semakin mesra dan romantis seperti saat ini. Irma yang tak terima suaminya kembali memiliki rasa cinta pada istri pertamanya. Dia pun mulai menyusun rencana untuk membuat kesalahpahaman dan pertikaian besar antara Vania dan Candra. Semakin tinggi Vania terbang mengejar cinta Candra, semakin besar rasa sakit dan kekecewaan yang akan dia dapatkan saat berpisah de

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status