공유

Bab 09. Menjodohkan Farraz Dan Shanaya

Dengan wajah berderai air mata, Shanaya terus mencoba dan memohon kepada Aryan Arsawijaya supaya dia bisa membebaskan Ayahnya. Baru ia ketahui, jika Ayahnya harus korupsi hanya karena ingin membahagiakan dirinya.

Andai saja dia bisa mengulang waktu, mungkin dirinya tidak akan menerima begitu saja barang pemberian Ayahnya. Dia tahu, bahwa Ayahnya pernah mengeluh karena biaya kuliahnya. Tetapi sang Ayah menyuruhnya untuk tetap melanjutkan kuliah hingga ke S2.

Ia hanya mampu berandai-andai saja, Shanaya merasa sedih dan bersalah. Karena dirinya menjadi sebab akibat Ayahnya berbuat seperti itu. Hanya demi dirinya, sang Ayah harus dihukum di tempat ini.

"Di sini yang bersalah adalah aku. Daddy melakukan semua itu demi aku, tolong lepaskan Daddy. Kalian boleh menghukumku, asal kalian bebaskan Daddyku," pinta Shanaya tak putus asa memohon dan meminta agar Ayahnya dibebaskan.

Pak Amir menangis tersedu, akibat kesalahannya Shanaya harus memohon-mohon seperti itu. Pak Amir merasa gagal menjadi seorang Ayah.

"Kenapa kau bicara seperti itu, Shana? Kau tidak bersalah, ini salah Daddy. Sebaiknya kau jangan mengkhawatirkan Daddy, Nak. Biarkan Daddy menanggung hukuman atas perbuatan Daddy," ucap Pak Amir pada putri semata wayangnya.

Namun, Shanaya tidak mau menyerah begitu saja. Dia harus berusaha agar Ayahnya bisa bebas.

"Tidak Dad, aku tidak akan diam saja. Daddy menderita karena aku. Maka aku juga harus mendapatkan hukuman setimpal," sergah Shanaya.

Shanaya kembali menatap wajah Aryan Arsawijaya dengan sorot mata sendu. "Aku mohon Pak Aryan, bebaskan Daddy. Aku akan melakukan apa saja, asalkan Pak Aryan membebaskan Daddyku."

Kepala Pak Amir terangkat, ia tercengang saat Shanaya malah berkata seperti itu. "Shana! Cukup! Biarlah Daddy di sini."

"No Dad! Daddy harus bebas. Mohon pertimbangannya Pak Aryan, sebagai balasannya, anda bisa menghukumku," ujar Shanaya.

Ayah Aryan tercenung, pria paruh baya yang sudah berumur sedang menimang-nimang. Memikirkan pertimbangan pada karyawannya yang sudah korupsi.

Ayah Aryan menghembuskan napas panjang. Jika dipikir-pikir, Shanaya ini gadis yang cantik dan umurnya juga sudah matang untuk menikah.

Kebetulan dia juga sedang mencari calon untuk menjadi istri kedua putranya. Haruskah ia menjadikan Shanaya istri kedua putranya?

Sepertinya ini memang waktu yang tepat, dia juga tidak sabar ingin menimang cucu. Siapa tahu, dari pernikahan kedua putranya ini bisa menghasilkan keturunan

Shanaya juga sudah ia ketahui asal-usulnya, gadis itu juga merupakan gadis berpendidikan yang menjadi salah satu mahasiswi terbaik di kampusnya. Suatu pencapaian yang luar biasa, bukan?

Dalam segi finansial memang keduanya sepadan, dalam segi pendidikan juga sepadan, apalagi dalam segi fisik. Keduanya tampak cocok dan serasi.

"Kau yakin dengan ucapanmu itu? Kau rela melakukan apa saja agar Ayahmu bebas?" ucap Ayah Aryan, Shanaya mengangguk cepat.

Kedua alis tebal milik Farraz saling bertaut, matanya memicing ke arah sang Ayah yang seolah merencanakan sesuatu. Dapat Farraz tebak, jika Ayahnya memiliki rencana.

Tanpa ditanya pun, dia sudah bisa menebak.

"Iya Pak, aku akan melakukan apa saja, asalkan kalian membebaskan Daddy," jelas Shanaya.

Ayah Aryan mengangguk paham. "Baiklah. Saya akan mencabut laporan Ayahmu dan akan membebaskan Ayahmu dari penjara," mendengar itu, Shanaya tersenyum dengan binar mata yang kentara. "Tapi ada syaratnya jika kau ingin Ayahmu bebas," lanjutnya. Senyuman di bibir Shanaya pudar seketika.

Keputusan Ayah Aryan ini membuat Arsinta dan Farraz bingung, kenapa Ayah Aryan malah mencabut laporan ini? Sudah terbukti jika Pak Amir terbukti bersalah.

"Apa yang Ayah katakan? Jangan konyol, Pak Amir terbukti bersalah dan dia harus mendapatkan hukuman dari perbuatannya!" protes Farraz tidak terima.

Rasanya tidak adil jika pelaku yang jelas bersalah malah dibebaskan begitu saja. Bahkan dengan gamblangnya, sang Ayah mengatakan akan membebaskan seorang koruptor di perusahaannya.

Farraz berdecak kesal, tidak habis pikir dengan pemikiran Ayahnya. Hanya karena tangisan seorang gadis, pria paruh baya yang bernotabene sebagai Ayahnya malah luluh begitu saja.

Tentu saja, hal ini akan membuat Pak Amir akan merasa keenakan karena tidak ada hukuman atas semua kesalahannya.

Ayah Aryan melirik ke arah sang putra, agar Farraz tenang. "Kau tenang saja Farraz. Walaupun dia bebas, dia harus mendapatkan hukuman agar dia merasa jera."

Farraz dibuat semakin bingung. Tidak mengerti, apa yang akan direncakan oleh Ayahnya. "To the point! Tidak usah bertele-tele!"

Arsinta juga sama, merasa heran. Padahal tadi suaminya siap-siap saja menjebloskan Pak Amir ke dalam penjara, bahkan suaminya sendiri yang membuat laporan tersebut.

"Sebenarnya ada apa dengamu, Mas? Kenapa kau mencabut laporan ini? Dia seorang koruptor, harus kita beri hukuman supaya dia kapok!"

"Sudah kubilang tenang. Aku sudah mengatakan, meski dia bebas dia akan tetap mendapatkan hukuman!" sela Ayah Aryan. Geram dengan sikap tidak sabaran istri dan anaknya.

"Apa yang Ayah rencanakan? Hanya karena permohonan seorang gadis, Ayah luluh begitu saja? Aku yakin, itu air mata yang dibuat-buat!" tuding Farraz, mendelik tajam pada Shanaya yang langsung menunduk takut.

Padahal Shanaya tidak kenal dengan pria muda di depannya. Tapi, melihat tatapan lekat, dingin, dan tajamnya membuat nyali Shanaya menciut.

"Karena kau sudah memakai uang perusahaan demi kepentingan pribadi, aku akan menyita semua aset yang kau punya. Karena kau sudah membuat rugi perusahaan. Sebagai gantinya, kembalikan semua barang yang kau beli dengan uang perusahaan. Dengan begitu, kau akan aku bebaskan dengan pembebasan bersyarat," papar Ayah Aryan.

Meskipun belum puas dengan hukuman itu. Farraz tidak bisa membantah, hukuman yang disarankan oleh Ayahnya cukup membuat Pak Amir jera. Sebab, dia akan kehilangan harta kekayaannya untuk mengganti rugi.

"T-terimakasih banyak Pak Aryan, anda sudah membebaskan Daddy," ungkap Shanaya, wajahnya kembali ceria. Dia berhambur ke pelukan Ayahnya. Merasa senang, lantaran Ayahnya bisa dibebaskan.

"Aku membebaskan Daddymu karena ada syarat yang harus kau penuhi. Jika kau setuju, maka Ayahmu akan bebas. Jika tidak, Ayahmu pasti akan mendekam di dalam penjara," Shanaya mengatupkan bibirnya rapat-rapat.

Shanaya pikir, hukuman yang Ayah Aryan berikan sudah cukup bagi mereka. Tetapi kenyataannya tidak, dia tetap menagih ucapannya barusan.

"Memangnya apa syaratnya agar Daddyku bisa bebas?" tanya Shanaya, meneguk ludah susah payah. Badannya jadi gemetar saking gugupnya.

"Kau harus menikah dengan putraku, Farraz!" jawab Ayah Aryan.

Sontak mata semua orang itu terbelalak kaget, bahkan pupil mata yang melebar itu seakan keluar dari tempatnya. Perkataan Ayah Aryan, membuat mereka nyaris tersedak salivanya.

Farraz menyunggingkan senyum sinisnya. Benar dugaannya, ada rencana yang Ayahnya susun. Inilah jawaban rencana Ayahnya.

"Ck, berhenti bicara omong kosong! Aku tidak akan sudi menikah dengan anak seorang koruptor!" sentak Farraz. Amarahnya kembali meluap-luap.

Bukan hanya Farraz, Shanaya juga kaget bukan main ketika itu adalah syarat agar Ayahnya bebas. Kenapa harus dengan cara ini?

"Aku tidak butuh persetujuan kalian. Aku serahkan keputusan itu pada kalian. Asal jangan lupa dengan syarat yang aku berikan. Kau juga Farraz, kau tidak lupa dengan perkataanmu kemarin, bukan? Bahwa kau akan setuju menikah dengan wanita pilihan Ayahmu. Dan pilihan Ayah itu adalah Shanaya. Dan teruntuk kau Shanaya, jika kau ingin Ayahmu bebas, hanya ini syarat yang aku berikan padamu."

Pak Amir menarik tangan Shanaya ke belakang tubuhnya. Ayahnya Shanaya tidak terima dengan keputusan semena-mena atasannya, dia tidak akan diam saja jika menyangkut sang putri.

"Aku lebih baik mendekam di dalam penjara dari pada harus mengorbankan kebahagiaan putriku! Aku tidak akan setuju dengan keputusanmu, Pak Aryan!" ketus Pak Amir.

관련 챕터

최신 챕터

DMCA.com Protection Status