/ Rumah Tangga / Istri Kedua Tuan Farraz / Bab 09. Menjodohkan Farraz Dan Shanaya

공유

Bab 09. Menjodohkan Farraz Dan Shanaya

작가: RidaFa05
last update 최신 업데이트: 2024-01-11 10:44:48

Dengan wajah berderai air mata, Shanaya terus mencoba dan memohon kepada Aryan Arsawijaya supaya dia bisa membebaskan Ayahnya. Baru ia ketahui, jika Ayahnya harus korupsi hanya karena ingin membahagiakan dirinya.

Andai saja dia bisa mengulang waktu, mungkin dirinya tidak akan menerima begitu saja barang pemberian Ayahnya. Dia tahu, bahwa Ayahnya pernah mengeluh karena biaya kuliahnya. Tetapi sang Ayah menyuruhnya untuk tetap melanjutkan kuliah hingga ke S2.

Ia hanya mampu berandai-andai saja, Shanaya merasa sedih dan bersalah. Karena dirinya menjadi sebab akibat Ayahnya berbuat seperti itu. Hanya demi dirinya, sang Ayah harus dihukum di tempat ini.

"Di sini yang bersalah adalah aku. Daddy melakukan semua itu demi aku, tolong lepaskan Daddy. Kalian boleh menghukumku, asal kalian bebaskan Daddyku," pinta Shanaya tak putus asa memohon dan meminta agar Ayahnya dibebaskan.

Pak Amir menangis tersedu, akibat kesalahannya Shanaya harus memohon-mohon seperti itu. Pak Amir merasa gagal menjadi seorang Ayah.

"Kenapa kau bicara seperti itu, Shana? Kau tidak bersalah, ini salah Daddy. Sebaiknya kau jangan mengkhawatirkan Daddy, Nak. Biarkan Daddy menanggung hukuman atas perbuatan Daddy," ucap Pak Amir pada putri semata wayangnya.

Namun, Shanaya tidak mau menyerah begitu saja. Dia harus berusaha agar Ayahnya bisa bebas.

"Tidak Dad, aku tidak akan diam saja. Daddy menderita karena aku. Maka aku juga harus mendapatkan hukuman setimpal," sergah Shanaya.

Shanaya kembali menatap wajah Aryan Arsawijaya dengan sorot mata sendu. "Aku mohon Pak Aryan, bebaskan Daddy. Aku akan melakukan apa saja, asalkan Pak Aryan membebaskan Daddyku."

Kepala Pak Amir terangkat, ia tercengang saat Shanaya malah berkata seperti itu. "Shana! Cukup! Biarlah Daddy di sini."

"No Dad! Daddy harus bebas. Mohon pertimbangannya Pak Aryan, sebagai balasannya, anda bisa menghukumku," ujar Shanaya.

Ayah Aryan tercenung, pria paruh baya yang sudah berumur sedang menimang-nimang. Memikirkan pertimbangan pada karyawannya yang sudah korupsi.

Ayah Aryan menghembuskan napas panjang. Jika dipikir-pikir, Shanaya ini gadis yang cantik dan umurnya juga sudah matang untuk menikah.

Kebetulan dia juga sedang mencari calon untuk menjadi istri kedua putranya. Haruskah ia menjadikan Shanaya istri kedua putranya?

Sepertinya ini memang waktu yang tepat, dia juga tidak sabar ingin menimang cucu. Siapa tahu, dari pernikahan kedua putranya ini bisa menghasilkan keturunan

Shanaya juga sudah ia ketahui asal-usulnya, gadis itu juga merupakan gadis berpendidikan yang menjadi salah satu mahasiswi terbaik di kampusnya. Suatu pencapaian yang luar biasa, bukan?

Dalam segi finansial memang keduanya sepadan, dalam segi pendidikan juga sepadan, apalagi dalam segi fisik. Keduanya tampak cocok dan serasi.

"Kau yakin dengan ucapanmu itu? Kau rela melakukan apa saja agar Ayahmu bebas?" ucap Ayah Aryan, Shanaya mengangguk cepat.

Kedua alis tebal milik Farraz saling bertaut, matanya memicing ke arah sang Ayah yang seolah merencanakan sesuatu. Dapat Farraz tebak, jika Ayahnya memiliki rencana.

Tanpa ditanya pun, dia sudah bisa menebak.

"Iya Pak, aku akan melakukan apa saja, asalkan kalian membebaskan Daddy," jelas Shanaya.

Ayah Aryan mengangguk paham. "Baiklah. Saya akan mencabut laporan Ayahmu dan akan membebaskan Ayahmu dari penjara," mendengar itu, Shanaya tersenyum dengan binar mata yang kentara. "Tapi ada syaratnya jika kau ingin Ayahmu bebas," lanjutnya. Senyuman di bibir Shanaya pudar seketika.

Keputusan Ayah Aryan ini membuat Arsinta dan Farraz bingung, kenapa Ayah Aryan malah mencabut laporan ini? Sudah terbukti jika Pak Amir terbukti bersalah.

"Apa yang Ayah katakan? Jangan konyol, Pak Amir terbukti bersalah dan dia harus mendapatkan hukuman dari perbuatannya!" protes Farraz tidak terima.

Rasanya tidak adil jika pelaku yang jelas bersalah malah dibebaskan begitu saja. Bahkan dengan gamblangnya, sang Ayah mengatakan akan membebaskan seorang koruptor di perusahaannya.

Farraz berdecak kesal, tidak habis pikir dengan pemikiran Ayahnya. Hanya karena tangisan seorang gadis, pria paruh baya yang bernotabene sebagai Ayahnya malah luluh begitu saja.

Tentu saja, hal ini akan membuat Pak Amir akan merasa keenakan karena tidak ada hukuman atas semua kesalahannya.

Ayah Aryan melirik ke arah sang putra, agar Farraz tenang. "Kau tenang saja Farraz. Walaupun dia bebas, dia harus mendapatkan hukuman agar dia merasa jera."

Farraz dibuat semakin bingung. Tidak mengerti, apa yang akan direncakan oleh Ayahnya. "To the point! Tidak usah bertele-tele!"

Arsinta juga sama, merasa heran. Padahal tadi suaminya siap-siap saja menjebloskan Pak Amir ke dalam penjara, bahkan suaminya sendiri yang membuat laporan tersebut.

"Sebenarnya ada apa dengamu, Mas? Kenapa kau mencabut laporan ini? Dia seorang koruptor, harus kita beri hukuman supaya dia kapok!"

"Sudah kubilang tenang. Aku sudah mengatakan, meski dia bebas dia akan tetap mendapatkan hukuman!" sela Ayah Aryan. Geram dengan sikap tidak sabaran istri dan anaknya.

"Apa yang Ayah rencanakan? Hanya karena permohonan seorang gadis, Ayah luluh begitu saja? Aku yakin, itu air mata yang dibuat-buat!" tuding Farraz, mendelik tajam pada Shanaya yang langsung menunduk takut.

Padahal Shanaya tidak kenal dengan pria muda di depannya. Tapi, melihat tatapan lekat, dingin, dan tajamnya membuat nyali Shanaya menciut.

"Karena kau sudah memakai uang perusahaan demi kepentingan pribadi, aku akan menyita semua aset yang kau punya. Karena kau sudah membuat rugi perusahaan. Sebagai gantinya, kembalikan semua barang yang kau beli dengan uang perusahaan. Dengan begitu, kau akan aku bebaskan dengan pembebasan bersyarat," papar Ayah Aryan.

Meskipun belum puas dengan hukuman itu. Farraz tidak bisa membantah, hukuman yang disarankan oleh Ayahnya cukup membuat Pak Amir jera. Sebab, dia akan kehilangan harta kekayaannya untuk mengganti rugi.

"T-terimakasih banyak Pak Aryan, anda sudah membebaskan Daddy," ungkap Shanaya, wajahnya kembali ceria. Dia berhambur ke pelukan Ayahnya. Merasa senang, lantaran Ayahnya bisa dibebaskan.

"Aku membebaskan Daddymu karena ada syarat yang harus kau penuhi. Jika kau setuju, maka Ayahmu akan bebas. Jika tidak, Ayahmu pasti akan mendekam di dalam penjara," Shanaya mengatupkan bibirnya rapat-rapat.

Shanaya pikir, hukuman yang Ayah Aryan berikan sudah cukup bagi mereka. Tetapi kenyataannya tidak, dia tetap menagih ucapannya barusan.

"Memangnya apa syaratnya agar Daddyku bisa bebas?" tanya Shanaya, meneguk ludah susah payah. Badannya jadi gemetar saking gugupnya.

"Kau harus menikah dengan putraku, Farraz!" jawab Ayah Aryan.

Sontak mata semua orang itu terbelalak kaget, bahkan pupil mata yang melebar itu seakan keluar dari tempatnya. Perkataan Ayah Aryan, membuat mereka nyaris tersedak salivanya.

Farraz menyunggingkan senyum sinisnya. Benar dugaannya, ada rencana yang Ayahnya susun. Inilah jawaban rencana Ayahnya.

"Ck, berhenti bicara omong kosong! Aku tidak akan sudi menikah dengan anak seorang koruptor!" sentak Farraz. Amarahnya kembali meluap-luap.

Bukan hanya Farraz, Shanaya juga kaget bukan main ketika itu adalah syarat agar Ayahnya bebas. Kenapa harus dengan cara ini?

"Aku tidak butuh persetujuan kalian. Aku serahkan keputusan itu pada kalian. Asal jangan lupa dengan syarat yang aku berikan. Kau juga Farraz, kau tidak lupa dengan perkataanmu kemarin, bukan? Bahwa kau akan setuju menikah dengan wanita pilihan Ayahmu. Dan pilihan Ayah itu adalah Shanaya. Dan teruntuk kau Shanaya, jika kau ingin Ayahmu bebas, hanya ini syarat yang aku berikan padamu."

Pak Amir menarik tangan Shanaya ke belakang tubuhnya. Ayahnya Shanaya tidak terima dengan keputusan semena-mena atasannya, dia tidak akan diam saja jika menyangkut sang putri.

"Aku lebih baik mendekam di dalam penjara dari pada harus mengorbankan kebahagiaan putriku! Aku tidak akan setuju dengan keputusanmu, Pak Aryan!" ketus Pak Amir.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Istri Kedua Tuan Farraz   (S2) Extra Part

    "Maaf, Pak. Pak Nick mengatakan jika rapat dipercepat, saya sudah menyiapkan tiket pemberangkatan dua hari lagi," ujar sekretaris Arash mengabarkan perubahan jadwal kerja.Arash hanya bisa mengiyakan saja, tanpa membantah sama sekali. Biarkan saja sang sekretaris yang menghandle urusannya, Arash ingin menghabiskan waktu bersama anak dan istrinya sebelum pemberangkatan.Ia memasukkan ponsel ke dalam saku celana, kemudian kembali ke dalam kamar. Sengaja menghindar, agar Shiena tidak mendengar obrolan ini.Bisa-bisa Shiena bertambah marah saat tahu jadwal dipercepat. Shiena selesai menidurkan Keivandra, perempuan itu tampak kelelahan karena menyusui seharian."Kapan kau berangkat, Mas?" tanya Shiena, perlahan menarik puting payudaranya agar terlepas dari mulut Keivandra.Ditanyai seperti itu, Arash diam sejenak. "Tadi sekretarisku menghubungi."Wajah Shiena mendongak, menatap suaminya. "Terus kapan?""Ternyata jadwal dipercepat, aku akan melakukan pemberangkatan tiga hari lagi," kata Ara

  • Istri Kedua Tuan Farraz   (S2) Extra Part

    Akira menunggu seseorang untuk menjemputnya. Gadis kecil itu sedang duduk di kursi depan sekolah seorang diri. Karena temannya yang lain sudah ada yang pulang, hanya menyisa beberapa saja dari mereka.Entah ke mana kedua orang tuanya, sampai sekarang belum menjemput. Akira hanya bisa mengerucutkan bibir kesal, luka di kakinya membuat dirinya sakit saat berjalan."Mommy dan Daddy ke mana, sih? Kok lama banget!" gerutu Akira.Dari arah gerbang sana, terlihat seorang dewasa yang melihat ke arah Akira yang sendirian di sana. Tidak tega membiarkannya, wanita tersebut lantas menghampiri."Boleh nggak Tante ikut duduk?" tanya wanita asing itu. Dia memiliki paras cantik, membuat Akira jadi mencuri-curi pandang ke arahnya.Akira jadi teringat nasihat kedua orang tuanya untuk tidak mudah dekat dengan orang asing. Dengan cepat ia menggeser tubuh untuk menjauh.Heran karena Akira tiba-tiba menjaga jarak, wanita tersebut hanya bisa terkekeh pelan."Jangan takut, Tante bukan orang jahat kok. Tante

  • Istri Kedua Tuan Farraz   (S2) Extra Part

    Shiena kembali ke rumah dengan kegundahan di hatinya. Panggilan dari Arash saja tidak ia dengarkan, ia masih tidak menyangka akan hamil anak ke tiga.Arash berlari untuk mengimbangi langkah Shiena yang sudah menjauh ke dalam sana."Sayang, tunggu aku!" teriak Arash terus memanggil-manggil.Namun nihil, Shiena bahkan tidak mempedulikannya dan tetap berjalan menaiki tangga.Shanaya dan Farraz yang sedang mengasuh Keivandra pun melirik ke arah anaknya yang mengajar istrinya."Ada apa, Nak?" tanya Shanaya menghentikan langkah Arash.Napas Arash tersengal-sengal, ia menetralkan degup jantungnya yang tak karuan. Kemudian menghampiri mereka."Entah ... Shiena marah karena tahu dia sedang hamil," kata Arash.Sepasang mata Shanaya dan Farraz membola, terkejut mendengar kabar bahwa menantunya sedang mengandung lagi.Yang membuat kaget, anak mereka saja yang kedua baru berusia beberapa bulan."Ya sudah. Kau bujuk saja istrimu, lain kali pakai pengaman kalau mau berhubungan. Atau kalau perlu puas

  • Istri Kedua Tuan Farraz   (S2) Extra Part

    Pagi ini, Shiena dan Arash dengan kompak mau mengantarkan Akira ke sekolahnya. Kebetulan juga, letak TK tak begitu jauh dari rumah.Arash juga sedang tidak terlalu sibuk, sehingga ia bisa bersantai. Toh, selagi ada waktu sebelum masuk jam kerja."Kalian mau nganter Rara?" tanya Shanaya. Lebih sering tinggal di sini, sekalian membantu Shiena mengurus anak-anak.Sementara Raisa dan Mark, mereka tinggal di luar negri dan pulang hanya sebulan sekali. Beruntung ada Shanaya, bisa membantu Shiena.Karena Akira ini memang susah dekat dengan orang, dulu pernah menyewa babysitter tetapi tak berlangsung lama."Iya, Mom. Rara ingin kami yang mengantar," jawab Shiena. Wajahnya masih terlihat lelah, Shanaya tahu itu."Oh ya sudah, Kevan bersama Mommy saja. Kalian pergilah." Shanaya mengambil alih Keivandra dalam gendongan menantunya. "Kalian tidak mau sarapan?"Arash melirik pada Shiena yang masih merasakan kantuk. "Mau sarapan dulu?"Kepala Shiena menggeleng, dia tidak selera makan, bawaanya mulai

  • Istri Kedua Tuan Farraz   (S2) Extra Part

    "Nghhh, Masshh.""Ahh, Mas!""Kevan nangis tuh!"Di bawah kuasa suaminya, Shiena menahan desahan agar tak keluar saat Arash masiu masih sibuk meliuk-liukkan tubuhnya di atasnya.Suara tangisan bayi, membuat aktivitas dua insan itu terhenti dan melepaskan diri dengan peluh keringat membasahi."Cup, cup. Anak Mama jangan nangis, Nak," bisik Shiena, sembari menyusui anak bungsunya yang langsung tenang.Satu tahun sudah berlalu. Kehidupan rumah tangga Shiena dan Arash sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Mereka juga semakin harmonis, hanya ada cekcok biasa saja.Kini keduanya sudah dikaruniai seorang anak perempuan dan laki-laki. Anak bungsu mereka diberinama Keivandra Asrawijaya. Kini usianya sudah memasuki 3 bulan.Akira juga sudah tumbuh dewasa, bahkan sudah masuk TK. Kehidupan mereka tampak lebih bahagia dengan kehadiran anak-anak mereka."Kevan udah tidur lho, Sayang," bisik Arash, menunggu dengan sabar Shiena yang sedang menidurkan si bungsu.Shiena memutar bola mata malas, Arash

  • Istri Kedua Tuan Farraz   (S2) Bab 200. Ending

    Shiena merasa penasaran, karena Arash memilih beberapa pakaian di dalam lemari bajunya. Dia bilang, katanya ingin mengajaknya makan malam bersama yang lainnya.Pasalnya Arash bilang secara mendadak, tidak merencanakan dari awal jika memang ada acara seperti ini."Tumben sekali tidak memberitahuku dari awal kalau akan makan, kenapa mendadak sekali?" tanya Shiena, pasrah saja saat Arash memilah baju yang cocok untuk istrinya.Meresponnya, Arash hanya menerbitkan senyum saja. "Tidak mendadak, Sayang. Aku hanya lupa menyampaikannya," elaknya.Padahal hari ini Arash berencana untuk mengajak istrinya bertemu dengan ayah biologisnya, sesuai rencana yang mereka susun sebelumnya.Tentun tanpa sepengetahuan Shiena, agar menjadi kejutan nantinya."Mangkannya jangan bahas ranjang mulu yang dipikiranmu, jadinya lupa seperti itu," cibir Shiena.Mau bagaimana lagi, urusan ranjang sudah menjadi kebutuhan biologisnya."Ssstt, diam saja, Sayang. Bibirmu ingin kusumpal agar bisa diam?" ancam Arash, dian

  • Istri Kedua Tuan Farraz   (S2) Bab 199. Ayah Biologis

    Meskipun ada keraguan di hati Raisa untuk menerima kehadiran Mark, dia menyuruh pria bule itu masuk ke dalam rumahnya karena ingin menjelaskan sesuatu padanya.Mereka duduk di kursi yang berbeda, dengan posisi berhadapan dan dilingkupi kegugupan. Mark terus menilik Raisa yang tetap cantik di usianya, sedangkan Raisa lebih banyak diam dan menunduk.Mark menerbitkan senyum hangat, bisa bertemu dengan Raisa setelah sekian tahun berpisah. "Kau tidak jauh beda, kau tetap cantik, Sa," puji Mark.Bulu mata Raisa mengerjap-ngejrap, menormalkan degup jantungnya seolah akan gempa. "Ah, ya—maksudku tidak juga. Aku tetaplah wanita tua. Cepat jelaskan yang ingin kau katakan padaku."Kekehan kecil terdengar, Mark masih ingin memeluk tubuh Raisa dalam waktu yang lama. Selama masa penantian dirinya mencari Raisa hingga bisa bertemu dengannya."Tidak ingin melepas rindu dulu?" kekeh Mark, menggoda mantan kekasihnya yang mulai merona akibat ulahnya.Sadar jika kini bukan lagi anak muda, yang akan luluh

  • Istri Kedua Tuan Farraz   (S2) Bab 198. Kedatangan Mark

    Mobil yang mereka kendarai sudah tiba di pekarangan rumah besar dan mewah, yang lain dan tak bukan adalah rumah milik Raisa. Semenjak tahu dia adalah ibunya Shiena, Shiena sudah beberapa kali datang dan menginap, menemani Raisa yang tinggal sendirian.Dikabari Shiena akan datang ke rumah, Raisa mengosongkan jadwalnya untuk menyambung anak, menantu dan cucunya hari ini. Di depan terasa, terlihat seorang wanita paruh baya tampak antusias dengan kedangan mereka.Raisa melambaikan tangan, saat Akira menyapa neneknya terlebih dulu. "Nenek Isa!" sapa Akira kepada neneknya yang awet muda dan tampil cantik, tak jauh beda dengan Shanaya."Cucu Nenek Isa cantik sekali, kau benar-benar mirip Daddy-mu."Mereka bersalaman dan berpelukan, masuk ke dalam rumah dan lanjut mengobrol."Menginaplah dulu, Mama merindukanmu, Sayang," pinta Raisa pada putri semata wayangnya.Tidak ada jarak dan rasa sungkan bagi keduanya, mereka semakin dekat seperti anak dan ibu pada umumnya."Nanti aku datang lagi, Ma.

  • Istri Kedua Tuan Farraz   (S2) Bab 197. Shiena Hamil

    Senang mendengar kabar kehamilan Shiena yang kedua, pasalnya ini yang diinginkan Arash sejak lama. Siapa sangka, jika Shiena membeberkan berita bahagia ini.Hatinya terus bersyukur, karena kebahagiaannya terkabul satu persatu. Shiena ikut menangis bahagia, bisa mewujudkan keinginan Arash dan juga Akira."Selamat ulang tahun, Mas. Ini hadiah ulang tahun untukmu. Semoga kau suka," ucap Shiena, menunjukkan testpack bergaris dua pada suami.Arash melihat hasilnya. Benar, Shiena tengah positif hamil. Benar-benar membahagiakan, hadiah terindah yang Arash dapatkan."Terima kasih, aku sangat senang, Sayang," ungkap Arash, tidak membiarkan pelukan itu terlepas begitu saja.Di umurnya yang menginjak 28 tahun, dia sudah menjadi seorang ayah dari 2 anak. Ditambah istrinya masih sangat muda, bisa dibayangkan, jika mereka memiliki banyak anak nantinya."Aku gugup sekali, saat ingin memberitahumu. Aku baru ingat ulang tahunmu sebentar lagi. Jadi ... aku berpikir, menghadiahkan ini."Dua insan yang t

좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status