Share

Bab 10. Persetujuan Keduanya

Pria dan wanita berbeda jenis itu membuang pandangan kesal, keduanya sepakat untuk tidak menyetujui perkataan Tuan Aryan. Terlebih ini soal pernikahan, hal yang sakral, yang tidak bisa dimainkan begitu saja.

Shanaya dan Farraz baru saja bertemu hari ini, dengan gamblang Tuan Aryan malah menjodohkan keduanya. Baik Farraz maupun Shanaya, tidak dengan mudah menyetujui persyaratan ini.

Impian semua orang itu menikah dengan seseorang yang dicintai. Shanaya tidak kenal dengan Farraz, begitu juga dengan Farraz. Ia juga terpaksa menuruti permintaan sang Ayah demi mendapatkan warisan, walau sebenarnya dia sudah beristri.

"Shanaya! Dengarkan Daddy Nak, kau tidak boleh menyetujui persyaratan ini. Lebih baik Daddy di penjara, dari pada harus mengorbakan masa depanmu demi Daddy!" bujuk Pak Amir pada putri semata wayangnya. Pak Amir memegang kedua bahu anaknya, seolah meyakinkan Shanaya agar putrinya menolak.

Keputusan Tuan Aryan membuat kaget semua orang. "Tapi Dad ... jika aku menolak, Daddy pasti akan di penjara. Aku tidak mau hal itu terjadi, aku tidak mau Daddy menderita di tempat ini."

Hati Pak Amir terenyuh. Demi menyelamatkannya, Shanaya rela melakukan apa saja. Akan tetapi, Pak Amir tidak akan setuju dengan hal itu. Menikah hanya sebuah syarat dan tanpa didasari rasa cinta, Shanaya dan Farraz juga tidak saling mengenal.

Dirinya tidak bisa membayangkan, bagaimana rumahtangga putrinya jika disatu atapkan dengan pria dingin dan tegas seperti Farraz. Selama bekerja di Arsawijaya Copration, Pak Amir tahu betul jika Farraz ini memiliki aura yang menyeramkan, membuat siapa saja menciut jika sudah berhadapan dengannya.

Ditangkupnya kedua pipi Shanaya yang basar oleh air mata. "Dengar Shana ... Daddy tidak akan setuju jika kau menikah karena menyelamatkan Daddy. Daddy ingin kau menikah dengan pria yang kau cintai, bukan menikah karena paksaan dan perjodohan ini," sanggah Pak Amir.

Bahu Shanaya semakin bergetar. Kini, ia dilematis. Antara menyetujui atau menolak. Kenapa ia harus di hadapkan problematika rumit seperti ini?

"Aku rela melakukan apa saja demi Daddy, termasuk menikah dengan putranya Pak Aryan. Aku tidak mau melihat Daddy di penjara, aku ingin melihat Daddy bebas dan hidup bahagia di luaran sana, Dad," lirih Shanaya.

"Hei, dengarkan Daddy ... bukankah kau ingin melanjutkan S2? Daddy akan mencari pekerjaan agar putri Daddy bisa melanjutkan pendidikanmu. Tolak persyaratan itu dan kembalilah ke rumah, Shana," titah Pak Amir.

Lelaki bertubuh jangkung itu melayangkan tatapan tajam, karena sepertinya Shanaya akan menyetujui persyaratan ini. Apa ini Tuhan? Kenapa dia harus di hadapkan permasalahan yang tidak diharapakan?

Farraz tidak bisa membayangkan, bagaimana hancurnya Grisella ketika mengetahui suaminya menikah lagi. Bukan tanpa alasan Farraz menyetujui, ini demi masa depannya juga.

Tuan Aryan melirik satu persatu dua orang berbeda jenis dan umur itu, ia menghembuskan napas panjangnya.

"Aku tidak akan memaksa. Jika kalian tidak mau pun tidak apa-apa. Kalian akan tahu sendiri apa konsekuensinya jika kalian menolak!" tegas Tuan Aryan, mampu membuat Shanaya dan Farraz semakin bingung.

Jika mereka menolak, akan ada konsekuensi yang harus mereka terima. Tetapi jika mengiyakan ... apakah mereka harus menikah atas dasar perjodohan hanya demi memenuhi persyaratan? Takdir macam apa ini Tuhan.

Shanaya memberanikan diri melihat ke arah pria yang tidak kalah kesalnya. "A-aku akan menyetujui persyaratan yang Pak Aryan berikan, asalkan Pak Aryan bebaskan Daddy," lirihnya, suaranya bergetar dan nyaris tak terdengar.

Farraz semakin tercengang, dia makin murka saja karena Shanaya dengan gamblang menyetujui persyaratan konyol Ayahnya ini.

"Ck, gadis bodoh! Aku tidak akan setuju menikah lagi!" Setelah mengatakan itu, Farraz memilih untuk pergi dari hadapan mereka. Tanpa mengucap sepatah kata pun dia tidak menghiraukan seruan sang Ayah.

Birlah sang putra menolak, toh dia juga sudah memberikan pilihan, soal itu biarkan putranya memilih.

***

"ARGH! SIALAN!"

Di kediamannya, Farraz langsung mengamuk, melampiaskan segala kekesalahannya dengan sikap semena-mena Ayahnya. Awalnya dia setuju, tetapi kenapa rasanya sulit sekali?

Dia merasa bersalah pada istrinya itu, andai saja istrinya sadar, mungkin kehadiran Grisella mampu mengobati segala apa yang dirasakan olehnya.

Dari kantor polisi, Farraz memang tidak kembali ke kantor. Sudah malas rasanya disutuasi seperti ini disibukkan dengan pekerjaan. Itu hanya membuat pikirannya samakin kacau.

"BAJINGAN KAU ARYAN! FUCK SIALAN!"

Tak bisa menahan amarah yang menghantam dada, Farraz membanting semua barang yang ada disekitarnya dengan amarah memuncak.

Dia paling tidak suka jika hidupnya diatur oleh siapa pun, termasuk Ayahnya. Andai saja Ayahnya tidak punya wewenang tertinggi, ia tidak akan jadi pengecut seperti sekarang.

"Kau sudah bilang pada Ayahmu ini akan patuh dengan permintaanku, kenapa kau malah berubah pikiran? Bukankah gadis yang aku pilihkan gadis cantik dan menarik?" Gerakan tangan Farraz berhenti, saat menyadari jika ada suara pria paruh baya yang sangat ia benci.

Farraz membalikkan badan dengan mata merah. "DIAM! KAU TIDAK BERHAK MENGATURKU TUAN ARYAN ARSAWIJAYA!"

Tuan Aryan terhenyak, saat Farraz membentaknya dan menatapnya dengan murka.

Tuan Aryan mengedikkan bahu tak acuh. "Jika kau tidak setuju, tidak apa-apa. Besok jangan kembali ke kantor, aku akan alihkan tugasmu pada Prayoga dan siap-siap angkat kaki dikeluarga Arsawijaya!" jelas Tuan Aryan.

Tangan Farraz mengepal kuat, seoalah ingin malayangkan kepalan tangan itu ke wajah Ayahnya. Jika bukan Ayahnya, sudah ia habisi derik ini juga karena sudah memancing amarahnya.

"Dari dulu kau memang egois, kau memikirkan diri sendiri tanpa memikirkan orang di sekitarmu, Tuan Aryan. Anda saja jika memilih, aku tidak ingin dilahirkan ke dunia ini. Apalagi mempunyai Ayah sepertimu!" sarkas Farraz.

Perkataan sarkas Farraz, tentu saja menyesakkan dada Tuan Aryan. Yang ia lakukan juga demi anaknya, agar punya penerus di masa depan.

"Tanpa kau perjalas pun Ayahmu ini pria brengsek, Farraz. Ayah tidak bisa menjadi Ayah yang baik untukmu. Dengar Nak ... ada hal yang ingin Ayah katakan, tapi sekarang bukanlah waktu yang tepat. Keputusan Ayah ini bukan semata-mata demi keuntungan pribadi. Ayah ingin kau mempunyai pewaris Arsawijaya di suatu hari. Agar Arsawijaya Copration bertahan dan semakin berkembang," papar Tuan Aryan.

Memejamkan mata, Farraz menahan sesak. Sekeras-kerasnya hati Farraz, soal Ayahnya ia pasti akan lemah juga. Apalagi Tuan Aryan adalah orang yang sangat berjasa dalam hidupnya.

Tanpa didikan dan kasih sayang Ayahnya, dia tidak akan menjadi sehebat sekarang. Dari dulu sampai sekarang, Ayahnya paling menomer satukan dirinya, hingga sang Ayah berkata jika dirinya putra kebanggaannya.

"Baiklah, aku akan menyetujui permintaanmu. Asal berikan aku kesempatan untuk mengeluarkan pendapatku," ujar Farraz pada akhirnya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Lina
Ceritanya kurang sinkron
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status