Merry mulai membuka matanya. Dia ingin segera bangun dan membersihkan tubuhnya, tetapi saat dia akan bangun tubuhnya seakan sulit untuk bergerak. Saat itu barulah Merry tersadar, jika Edbert sedang memeluknya dengan sangat erat. Seingatnya tadi malam Edbert terdengar begitu intim dengan Indira. Merry bahkan sempat menduga jika Edbert akan tidur bersama madunya itu.Wanita cantik yang dia bawa ke dalam rumah tangganya, wanita muda yang dengan mudahnya bisa dengan cepat mengambil hati Edbert, suaminya.Ya! Dia akui jika Indira memang masih muda, cantik, masih polos dan tentunya mampu membuat Edbert merasa begitu membutuhkan dirinya.Walaupun Merry merasakan sakit yang luar biasa, Merry tidak dapat berkata apa pun. Karena apa pun yang terjadi terhadap Edbert dan Indira adalah murni karena keinginannya."Ternyata kamu tidur di sini, Honey. Kapan kamu masuk?" tanya Merry lirih.Merry menatap wajah suaminya, dia terlihat sangat kelelahan. Bahkan, dari bibirnya masih terdengar dengkuran halu
Setelah menyelesaikan tugasnya Edbert hanya diam terpaku sambil memikirkan tingkah dari Indira yang menurutnya terasa sangat aneh, istri keduanya bertingkah tidak seperti biasanya. Dia tidak pernah melihat Indira yang bersikap sangat manja, biasanya Indira terkesan sangat mandiri dan tidak membutuhkan bantuan orang lain. Dia terlihat sangat cekatan dalam mengerjakan semua pekerjaan, apa lagi masalah pekerjaan kantor. Akan tetapi, Edbert juga tidak memungkiri jika dia sangat menyukai Indira yang sekarang. Indira terlihat manja dan agresif, apalagi saat pertempuran mereka tadi malam. Edbert bisa merasakan jika Indira begitu menguasai permainan. Bahkan, dia tidak seperti biasanya, Indira terlihat sangat liar dan menggoda. Edbert bahkan sampai kewalahan dalam menyeimbangi permainan yang disuguhkan oleh istrinya itu. Saat Edbert sibuk dengan lamunannya. Tiba-tiba saja ponselnya berdering. Dengan cepat Edbert mengambil ponsel yang berada di atas mejanya. Senyumnya langsung mengembang,
Dokter Elmira langsung terkekeh mendengar pertanyaan dari Edbert, karena pria itu tidak sabar untuk melihat calon buah hatinya."Sebentar, Tuan," jawab Dokter Elmira seraya menggerakkan alat di atas perut Indira.Edbert terlihat harap-harap cemas ketika dokter Elmira melakukan USG. Begitupun dengan Indira, dia terlihat sangat tegang. Ini adalah hal pertama untuk mereka, antara senang, penasaran dan juga cemas. Mereka begitu menikmati peran mereka sebagai sepasang suami istri yang baru mengetahui tentang kehamilan Indira Apa lagi saat melihat dokter Elmira, sedang menatap layar di mana ada gambar hitam putih yang sama sekali Indira tidak mengerti. Hal itu membuat Edbert dan Indira menjadi penasaran dibuatnya. Setelah beberapa saat menatap layar, senyum di bibir dokter Elmira pun mengembang dengan sangat sempurna. "Wah! Anda beruntung sekali Tuan, Nyonya," ucap Dokter Elmira. Dokter Elmira terlihat begitu antusias saat menatap layar yang tak jauh darinya. Edbert dan Indira pun langs
Edbert benar-benar membuktikan ucapannya, seharian penuh pria itu memeluk Indira dengan penuh kasih sayang. Bahkan, Edbert pun tidak bosan-bosannya menciumi perut Indira. Seakan dia tak mau jauh dari kedua baby-nya dan juga Indira. Terlihat sekali jika Edbert begitu bahagia karena akhirnya dia akan segera menjadi ayah dari dua janin yang berkembang di dalam rahim Indira. Awalnya Edbert memang sangat menginginkan keturunan dari rahimnya Merry, tetapi karena kekurangan dari Merry yang ternyata tidak bisa mengandung Edbert pun pasrah.Tidak apa dia memiliki keturunan dari Indira. Toh, Edbert menyukai Indira. Edbert menyayangi Indira dan Edbert mencintai wanita sederhana yang telah mampu menggetarkan hatinya. "Terima kasih karena sudah memberikan aku kebahagiaan yang luar biasa ini," ucap Edbert haru dan juga bahagia."Sama-sama," ucap Indira dengan perasaan bahagia dan juga sedih.Bahagia karena akhirnya dia bisa mengandung, tetapi dia juga merasa sedih karena setelah melahirkan nanti
Merry mengerjapkan matanya, hari terasa masih gelap. Akan tetapi, entah kenapa telinganya menangkap jika di luar kamarnya terasa sangat ramai sekali. Seingatnya di Villa tidak ada banyak orang, hanya ada Indira, Merry, Edbert dan juga beberapa pelayan yang bertugas di sana. Namun, para pelayan dan penjaga tidak pernah seberisik itu, pikirnya. Mereka selalu melakukan pekerjaannya tanpa suara, mana berani mereka berisik di rumah Edbert Law. "Kenapa berisik sekali?" tanya Merry lirih.Merry melirik jam yang bertengger cantik di dinding, ternyata waktu masih menunjukkan pukul 4 pagi. "Masih pagi, lalu siapa yang datang? Tumben ngga ada yang ngasih tahu dulu," kata Merry lirih. Merry bahkan melihat ke arah Edbert yang terlihat masih terlena dalam buayan mimpinya. Dengkuran halus yang keluar dari bibir Edbert terdengar sangat merdu di telinga Merry. Dia terlihat sangat nyaman, mungkin karena kegiatan panas yang mereka lakukan sebelum tidur, pikir Merry. Edbert bahkan sampai mengulang
Edbert segera melangkahkan kakinya menuju ruang kerjanya. Sebelum masuk kedalam ruang kerjanya, dia melihat kamar Indira yang tepat berada di samping ruang kerjanya itu. Dia tidak mendengar ada suara apa pun dari sana, dia pun menjadi serba salah saat ini. Ingin sekali dia masuk dan mengecek keadaan Indira, tetapi hal itu dirasa tidak memungkinkan. Dia merasa khawatir, dia takut jika keluarganya tahu kalau Indira ada di dalam sana. Edbert berusaha untuk memutar otaknya. Bagaimana caranya, agar dia bisa masuk ke dalam kamar tersebut dan membawa Indira keluar dari sana? Bagaimana caranya agar Indira bisa aman dan tak terjangkau oleh keluarganya? Edbert benar-benar pusing dibuatnya, baru kali ini Edbert merasa susah untuk bernapas dan bergerak. Akan tetapi, sebelum melakukan hal itu. Edbert harus segera masuk ke dalam ruang kerjanya, dia harus mengambil hasil dari pemeriksaan yang dia lakukan bersama Indira kemarin. Edbert hanya mengambil tespek yang menampilkan garis 2 dengan foto h
Edbert berkeliling di pantai, dia berharap bisa menemukan sosok wanita yang kini mulai menguasai hatinya. Tidak ada satu pun orang di sana, Edbert langsung menjatuhkan tubuhnya di atas pasir. Tanpa terasa, air matanya luruh begitu saja. "Indira, Sayang. Kamu di mana? Jangan tinggalin, Mas. Mas sayang kamu, Mas cinta kamu." Edbert berucap dengan lirih. Rasa cinta terhadap Indira sudah mulai menguasai hatinya, apa lagi setelah tahu jika Indira mengandung buah hatinya. Rasa itu makin besar dan meluas di dalam hatinya, bahkan di dalam pikirannya pun sudah mulai dipenuhi dengan nama Indira. Saat Edbert sedang larut dalam kegundahannya, tiba-tiba saja terbersit di dalam pikirannya untuk melihat rekaman CCTV. Edbert segera berlari menuju ruang kerjanya. Dia segera menyalakan laptopnya dan langsung memeriksa rekaman CCTV-nya, dalam rekaman CCTV tersebut Indira terlihat keluar dari dalam kamarnya pukul setengah empat pagi bersama salah satu pelayan perempuan yang ada di Villa. Akan tetapi,
Setelah melepas rindu dengan istri keduanya, Edbert mengajak Indira untuk pergi ke perusahaan. Selain untuk bekerja, dia juga merasa tidak rela jika harus berpisah dengan istri keduanya."Kamu harus ikut aku, deket-deket aku terus. Jangan Deket sama pria lain," ucap Edbert posesif."Hem!" jawab Indira.Setelah bersiap akhirnya Edbert dan juga Indira pergi ke perusahaan Law, karena mereka harus tiba di sana pukul 9 pagi. Pagi ini Edbert akan melakukan meeting penting bersama dengan Lee.Sebenarnya dia merasa malas bertemu dengan pria itu, karena dia sangat menyadari jika pria itu begitu menyukai istri keduanya tersebut."Masuklah, Sayang. Kita tunggu tuan Lee datang," ucap Edbert kurang senang."Iya, Sayang." Indira tersenyum hangat, lalu dia masuk ke dalam ruang meeting dan duduk seraya mempersiapkan berkas penting untuk meeting yang akan dilaksanakan sebentar lagi.Edbert ikut masuk ke dalam ruangan tersebut, lalu dia duduk tepat di samping istri keduanya. Baru saja dia duduk di sampi