Share

Istri Kedua
Istri Kedua
Author: Yaya_Nurhidayah

Bab:1. Pemakaman Yadi

Sebelum.membaca jangan lupa rate dan subscribe sebanyak - banyaknya. Jangan lupa follow akunku dan ikuti terus ceritaku ya ๐Ÿ™๐Ÿ˜˜๐Ÿ˜Š

" Sekarang bereskan semua pakaian mu. Kamu tuh cuma istri kedua dan kata ibu mertua kamu cuma nikah siri dengan suamiku !! Kamu tidak berhak atas harta suami ku. Cepat angkat kaki dari rumah ini, pergi !! "  ucap nya dengan lantang dan matanya menatap tajam padaku. 

" Tanpa mba suruh pun aku akan pergi dari rumah ini " ucap ku membalas perkataan nya. Aku gak suka di bentak - bentak begini,  udah di usir di dorong lagi.

" Kamu garang aku lebih garang huhh dasar nenek tua " gumam ku dalam hati dan berlalu pergi meninggal kan rumah suami ku tak lupa menggendong Bella putri ku dan mas Yadi putri semata wayang ku yang masih balita.

Baru saja pulang dari pemakaman udah dapat makian dari nyonya rumah istri pertama mas Yadi suamiku, Lastri namanya. Gak cuma makian dan hinaan dan aku juga di usir dari rumah itu.

Aku gak salah atas meninggal nya suami nya dan juga suami ku. Aku pun baru tahu kalau suami ku meninggal karena kecelakaan, mobil nya ringsek dan meninggal di tempat. Tubuh nya rusak,  itu pun mba Lastri di beritahu pihak rumah sakit kalau mas Yadi meninggal. Aku di kasih tahu pembantu mba Lastri kalau mas Yadi meninggal dan masih di rumah sakit. Setelah di mandikan di rumah sakit baru jenazah suamiku di antar ambulance ke rumah mba Lastri istri pertama mas Yadi.

Mungkin ini karma untuk mas Yadi karena sering selingkuh dan menyakiti istri - istri nya.

**********

Tiga tahun sebelum nya......

Waktu itu mas Yadi bertamu ke rumah ku. Ada bapak ku disitu sedang berbincang dengan mas Yadi dan aku pun di panggil bapak.

" Ada apa pak e "

" Sini duduk sebelah bapak, bapak mau bicara " ucap bapak ku.

Ada apa ya kok aku jadi takut begini. Secara bapak orang nya matre gampang di rayu sama orang, di sogok rokok aja udah senen apalagi kalau di kasih uang tiap bulan makin girang. 

" Gini nduk,  tujuan Yadi kesini mau melamar kamu. Apa kamu mau menikah sama Yadi ? "

Hah !! Sontak aku kaget dan bangun dari tempat duduk. Gila masa aku nikah sama om om. Yang benar saja secara umur ku jauh di bawah mas Yadi dia umurnya aja 40 tahun sedangkan umurku masih 20 tahun. Umur dia sama bapak aja gak jauh beda. Pantes nya jadi bapak ku bukan suami ku.

Bapak emang kelewatan mau nya enak tinggal ongkang - ongkang kaki di kasih uang sama mas Yadi. Dari dulu bapak emang pemalas. Hutang nya bapak pun sudah menumpuk di mas Yadi. Hutang bapak akan di anggap lunas kalau aku menikah dengan nya.

Waktu ibu masih ada ibu yang kerja cari nafkah untuk kami sekeluarga dan bapak cuma makan tidur makan tidur ngerokok dan judi.

Sekarang setelah ibu meninggal bapak menikah lagi. Ibu sambung ku yang kerja cari nafkah bapak yang di rumah. Mau sampai kapan bapak begini. Alhamdulillah nya punya ibu sambung sangat baik dan juga sholehah. Kadang suka kasihan sama ibu sambung ku capek tiap hari kerja dan bapak gak pernah mau bantuin ibu cari uang.

Punya kakak laki - laki juga sama pemalas nya. Dia sudah punya anak satu, laki - laki. Adik ku dua perempuan semua. Yang satu kelas 3 SMP dan yang bungsu kelas 4 SD.

" Gimana Sri apa kamu terima lamaran Yadi ?  Kalau kamu menikah sama dia hidup mu terjamin, hutang - hutang bapak juga di anggap lunas dan kamu ndak perlu kerja capek - capek tinggal minta sama Yadi " ucap bapak ku lagi.

Aku bingung harus jawab apa. Di satu sisi aku gak mau menikah dengan laki - laki yang sudah beristri dan di sisi lain aku juga kasihan sama ibu sambung ku harus kerja siang malam untuk melunasi hutang - hutang bapak sama mas Yadi. Apa yang harus aku katakan. Ya Allah bantu aku ya Allah. Aku bimbang aku dilema.

" Kasih saya waktu untuk berpikir, seminggu saja pak " ucap ku akhirnya pada mas Yadi.

Setelah itu mas Yadi pamit pulang sama bapak dan ibu. Sebelum pergi mas Yadi sempat mengatakan " aku tunggu jawaban mu nanti " 

Aku cuma menunduk tidak menjawab pertanyaan nya. Setelah mas Yadi pergi aku masuk ke dalam rumah.

****

Satu minggu sudah berlalu. Bapak menanyakan soal lamaran mas Yadi. 

Akhirnya tanpa memikirkan lagi aku mengangguk dan mengiyakan. Aku menerima lamaran mas Yadi.

****

Keesokan pagi nya. Aku bangun jam 5 pagi untuk melaksanakan sholat shubuh. Selesai sholat shubuh aku langsung ke dapur melakukan pekerjaan rumah seperti biasa mencuci piring, mencuci baju, memasak dan lain sebagai nya, kebetulan hari ini hari minggu aku gak kerja.

Semua udah beres tinggal mandi dan ganti pakaian. Kata bapak, mas Yadi akan kesini untuk acara lamaran. Itu pun di hadiri keluarga ku dan keluarga mas Yadi saja, terkecuali mba Lastri tidak hadir karena memang dia tidak di beritahu.

Acara lamaran selesai. Dan tanggal pernikahan kami sudah di tetapkan. Bulan depan kami akan menikah. 

****

Satu bulan telah berlalu. Dua hari lagi aku akan menikah dengan mas Yadi. Entah kenapa aku jadi pendiam akhir - akhir ini, mungkin karena aku gugup kali ya. Mudah - mudah an tidak terjadi apa - apa. Aku takut istri nya datang dan mengamuk di acara pernikahan kami. 

Alhamdulillah acara pernikahan ku lancar tidak ada gangguan apapun. Ada bapak dan ibu sambung ku, kakak ku dan kedua adik ku. Keluarga mas Yadi hadir termasuk ibu mertua dan adik nya. Ayah nya mas Yadi sudah meninggal waktu mas Yadi umur 10 tahun.

Acara selesai dan aku di ajak mas Yadi ke rumah baru nya untuk di boyong kesana. Kecuali keluarga ku tetap di rumah peninggalan ibu kandung ku.

Rumah nya gak terlalu besar gak seperti rumah yang di tinggali istri pertama dan ketiga anak nya. Aku melihat - lihat sambil tersenyum, mudah - mudah an aku betah tinggal disini. 

****

Enam bulan setelah menikah aku di nyatakan positif hamil. Begitu gembira nya mas Yadi saat tahu aku hamil. Aku malah sedih kenapa aku bisa hamil, aku belum siap. Padahal aku gak mau hamil secepat ini apalagi dengan laki - laki yang tidak pernah aku cintai.

***

Lambat laun akhirnya aku menerima kehadiran suami ku. Walaupun hati ku masih menolak nya. Apalah daya aku mengandung anak nya. Kalau dia lagi di rumah entah kenapa aku merasa tak betah tinggal di rumah, kalau mas Yadi sedang libur kerja. Tapi kalau lagi di rumah istri pertama nya aku merasa senang. Ya ini memang mas Yadi yang mengatur tiga hari di sini tiga hari di rumah istri pertama nya.

Hari berganti hari bulan berganti bulan akhirnya waktu yang di nantikan datang juga. Sembilan bulan aku mengandung sebentar lagi aku melahirkan. 

@@@@@@@

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status