Share

Bab 2

Penulis: Mirah Official
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-05 17:29:13

"Maaf Tuan Jacob, anak kami sedang sakit, dia tidak bisa datang untuk menemuimu. Mungkin lain kali jika Niana sudah sembuh, kami akan kembali membawanya untuk bertemu denganmu," ujar Nina penuh rasa hormat pada Jacob yang ada di depannya.

Jacob mengangguk-angguk kecil layaknya orang bodoh. Pria itu sedikit menggaruk kepalanya, mencongkel ketombe yang tak sengaja ikut masuk ke dalam sela-sela kuku tangannya.

"Tidak masalah, kau harus memastikan jika calon istriku baik-baik saja dan sehat selalu," ujar Jacob yang dibalas senyuman penuh hangat oleh Nina.

Tak berselang lama, Nina akhirnya keluar dari rumah mewah itu, kembali menggandeng lengan suaminya untuk masuk ke dalam mobil yang sama. Keduanya kembali dengan perasaan yang sangat berbunga. Sebentar lagi, keduanya akan hidup dengan damai tanpa harus memikirkan harta serta anak satu-satunya. Toh ada Jacob yang mereka percaya untuk menjamin semuanya.

Di dalam rumah mewah itu, Jacob tak henti-hentinya tersenyum senang menatap foto Niana pada ponselnya. Ia sangat senang ketika membayangkan gadis manis itu menjadi istrinya.

"Aku tidak sabar untuk bisa memeluk dan mencium-mu, Niana." Spontan asisten pribadi Jacob bergidik ngeri ketika melihat tuannya mengecup singkat layar ponsel yang masih menyala menampakkan wajah Niana yang cantik.

Namun, sebisa mungkin ia menetralkan raut wajahnya sebelum Jacob menyadari hal itu. Tamatlah riawayatnya jika hal itu terjadi. Dan karena tak ingin menahan rasa mual terlalu lama, ia memilih pergi dan berdalih sakit perut.

Selepas kepergian si asisten, Jacob segera menghubungi salah satu wanita penghangat ranjang miliknya untuk datang ke mansion. Tak pernah sehari pun ia absen menikmati wanita. Dan kali ini, fantasinya hanya tertuju pada wajah cantik Niana, membayangkan jika gadis itu yang ia nikmati saat ini.

'Sial, milik wanita ini sudah terasa longgar. Sabarlah Jony-ku yang malang, sebentar lagi kau akan mendapatkan sarang yang lebih indah dan sempurna, kau bisa menikmatinya kapanpun yang kau mau.' Batin pria itu terus terucap seraya menikmati jasa basah yang ia dapatkan dari salah satu wanita pemuas.

***

"Saya permisi," ucap dokter yang baru saja selesai memeriksa keadaan Niana. Gadis itu belum membuka mata sama sekali, mungkin alam bawah sadarnya lebih membahagiakan daripada kenyataan yang terjadi.

Bibi Yur kembali menatap Niana, tersenyum kecut melihat wajah pucat gadis itu.

"Cepat bangkit, nak, Bibi berjanji akan selalu menjaga dan memberikan yang terbaik untukmu," bisik Bibi Yur seraya menyisihkan rambut halus yang ada pada wajah cantik Niana.

***

"Mau sampai kapan kau menahannya? Bukan kah kau sangat mencintainya?" tanya seseorang yang berhasil membuat lamunan pria berjas putih itu kembali tersadar.

"Aku takut dia tidak memiliki perasaan yang sama denganku. Aku takut dia tidak akan mempercayaiku lagi," balasnya.

Ryan mengangguk-anggukan kepalanya, ia menepuk pundak sang sahabat lalu melenggang pergi.

Selepas kepergian Ryan, pria itu kembali melamun, memikirkan keadaan gadis yang ia cintai, semakin hari semakin memburuk saja. Namun, ia berjanji pada dirinya sendiri akan membuat gadis pujaan hatinya itu kembali sehat seperti orang pada umumnya.

***

Waktu berlalu begitu cepat, Niana sudah kembali ke rumahnya. Besok, ia akan melakukan pernikahan yang paling ia takuti.

"Kenapa kalian sama sekali tidak punya hati? Apakah doaku tidak tembus langit? Apakah Tuhan sengaja membiarkan hidupku sepenuhnya sengsara?" Niana terus bertanya-tanya sambil menatap figura besar foto ayah dan ibunya yang ada di ruang tamu. Senyum kedua orang itu terlihat sangat manis sambil menggendong anak kecil cantik.

Niana menatap sendu ke arah gadis kecil itu, ia berharap pada Tuhan agar dirinya kembali ke masa-masa kecilnya. Di masa itulah ia merasakan kasih sayang kedua orang tuanya.

"Tidak usah memasang wajah sedih, sebentar lagi kau akan bergelimang harta, kau bisa membeli apapun yang kau mau tanpa harus meminta padaku," ujar seseorang yang tak sengaja melihat Niana tengah menangis menatap figura besar itu.

"Bukan kah aku tidak pernah meminta apapun pada ibu?" tanya Niana, tanpa mengalihkan pandangannya pada sosok yang masih ada di belakang.

"Cih, tapi aku yang membiayai hidupmu selama 22 tahun. Ingat itu!" sentak Nina lalu pergi meninggalkan Niana.

Niana mendengus kesal, rasanya ia ingin membunuh ibunya sendiri.

Setelah kepergian sang ibu, Niana kembali memasuki kamar, saksi bisu isak tangisnya selama bertahun-tahun.

Mungkin, besok ia tidak akan tidur di kamar ini lagi, melainkan di kamar pengantin bersama orang yang paling ia takuti dan paling ia benci.

"Tuhan, tunjukkan keadilanmu," lirihnya sambil menatap ke arah langit-langit kamar. Beberapa saat setelahnya, alam mimpi membawa Niana pergi.

***

Pagi menyapa, Niana yang sudah terjadi sejak pukul 3 dini hari hanya bisa terdiam lesu. Para pelayan dan orang tuanya sudah heboh, bahkan calon suaminya sangat sering menelpon. Hanya saja, tidak Niana hiraukan dan memilih untuk diam.

"Niana sayang, mandi dulu nak, sebentar lagi perias akan datang," ujar Bibi Yur ketika melihat anak majikannya itu tengah terduduk lesu di atas kasur.

Niana melenggang pergi, memasuki kamar mandi dan segera membersihkan diri.

Setelah selesai membersihkan diri, Niana kembali keluar. Di sana, netranya menatap sosok Nina tengah berbicara hangat dengan orang yang akan merias wajahnya.

"Itu dia, kau bisa segera meriasnya. Ingat, buat anakku secantik mungkin," pinta Nina pada seorang wanita muda itu.

Nina kembali keluar, membiarkan perias merias wajah anaknya.

"Ah, aku meninggalkan satu koper alat rias di dalam mobil. Mohon tunggu sebentar ya," ucap perias itu sambil tersenyum tak enak hati pada Niana. Niana hanya membalasnya dengan senyuman tipis.

Kini hanya ada Bibi Yur dan Niana.

Niana melirik ke arah tangannya ketika Bibi Yur memberikan jaket, kacamata, dan topi serba hitam, dahinya mengeryit heran.

"Pergi nak, area belakang kosong, dan waktumu sangat terbatas."

Niana membulatkan kedua matanya tak percaya, ia menatap ke sekeliling. Dengan air mata yang mulai menetes, dikecupnya dahi Bibi Yur penuh sayang. Tak lupa ia membawa uang cash cukup banyak untuk bekalnya.

"Kita akan bertemu suatu saat nanti. Niana sangat menyayangi Bibi," ucap Niana, satu detik setelahnya ia berlari dengan cepat serta menatap sekitar penuh was-was.

Sama halnya dengan Niana, Bibi Yur segera pergi ke dapur, ia akan berpura-pura tidak tahu tentang Niana.

Perias kembali ke dalam kamar Niana, dipanggilnya beberapa kali calon pengantin itu, namun sama sekali tidak ada sahutan. Sesegera mungkin ia melaporkan hal ini pada nyonya besar yang sedang sibuk di ruang tamu.

"Nyonya, nona Niana tidak ada di kamar."

Nina spontan terkejut, ia berlari secepat mungkin menuju kamar anaknya.

"Niana!!! Di mana kau?!!"

Satu rumah sangat heboh, bagaimana bisa calon pengantin kabur di beberapa jam sebelum dinikahkan?

Bibi Yur, ia hanya bisa menangis dan diam sambil membakar roti kesukaan Niana.

"Kau! Di mana gadis kurang ajar itu?! Kau sembunyikan di mana?!!!" tanya Nina penuh kasar ketika melihat Bibi Yur yang asyik sendiri membakar roti.

Bibi Yur kembali berpura-pura, sebisa mungkin ia menutupi semuanya.

"Bukan kah nona Niana ada di kamar? Beliau meminta saya untuk membakar roti, katanya, nona Niana ingin sarapan ini," jawab Bibi Yur membuat Nina kembali naik pitam.

Otaknya buntu sekarang, apa yang harus ia katakan pada calon besan juga suaminya sekarang?

Tepat di detik yang sama, Jendra tiba dengan senyum senang terukir di wajahnya. Ia baru saja tiba setelah melihat persiapan di hotel yang akan menjadi tempat pernikahan anaknya.

Namun, senyum senang itu perlahan musnah ketika melihat seisi rumah kacau mencari Niana.

Mata tajamnya menatap ke arah Nina, tampak wanita itu sedang gelisah sambil memanggil nama Niana. Kakinya melangkah mendekat, menampar sekuat tenaga wanitanya.

"Kau memang tidak becus!" sentak Jendra pada sang istri. Nina hanya diam sambil menahan air matanya agar tidak jatuh.

"Maafkan aku, Niana kabur tanpa seorang pun ketahui," ujar Nina namun tidak dihiraukan oleh suaminya.

Pria yang tak lagi muda itu segera keluar rumah, memerintahkan beberapa bawahannya untuk mencari Niana sampai ditemukan. Tanpa terkecuali.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Kesayangan Tuan Presdir Tampan   END

    Keesokan harinya, seisi mansion dibuat heboh oleh keadaan Niana yang tiba-tiba memburuk. Wanita itu mendadak pingsan di dapur saat menggoreng bawang. Prince yang baru saja bangun dan masih menggunakan boxer lari terbirit-birit menuju dapur ketika Yuna memberitahukan sang istri pingsan. Pria itu hampir membawa Niana menuju rumah sakit tanpa menggunakan pakaian yang pantas.Alhasil, Prince dengan secepat kilat mengenakan kaus serta celana panjang apapun yang ia raih lebih dulu. Setelah itu, barulah Prince pergi membawa sang istri yang sudah tidak sadarkan diri.Mendengar suara keributan, Leon segera turun dari kamarnya dan begitu terkejut ketika melihat sang mommy sudah digandong oleh daddy-nya dalam keadaan tak sadarkan diri. Beruntung saat itu Ayunda datang dan segera membawa sang cucu ke rumah sakit di mana Niana dilarikan. "Nenek, ada apa dengan mommy?" tanya Leon dengan wajah yang hampir menangis. Anak itu paling tidak bisa melihat orang-orang tersayangnya jatuh sakit. Terutama Nia

  • Istri Kesayangan Tuan Presdir Tampan   Bab 114

    Waktu terasa berjalan begitu cepat dilalui, rasanya baru kemarin Leon dilahirkan dengan tubuhnya yang begitu mungil. Saat ini, anak tampan itu sudah memasuki sekolah dasar yang Prince pilihkan khusus untuk anak-anak tertentu saja. Seleksi sekolah yang Prince lakukan begitu ketat dan sulit. Bahkan dua tahun sebelum Leon masuk sekolah, Prince sudah sibuk mencari info sekolah terbaik di kotanya. Saat ini, Leon si anak patuh sedang menikmati sarapan bersama daddy dan mommy-nya. Anak itu begitu menikmati makanan yang dibuat oleh sang mommy. Katanya, wanita itu memasak dengan campuran bumbu cinta sehingga menghasilkan cita rasa yang begitu nikmat.Tiba-tiba saja, Leon tersentak kaget ketika mengingat sesuatu. Anak itu bahkan sampai menjatuhkan sendoknya di atas piring sehingga menimbulkan bunyi yang cukup nyaring."Ada apa, Nak?" tanya Niana yang ikut terkejut mendengar dentingan sendok dan piring yang cukup nyaring.Leon menatap takut-takut sang mommy, ia benar-benar lupa akan pekerjaan r

  • Istri Kesayangan Tuan Presdir Tampan   Bab 113

    Sore harinya, mereka menikmati sunset bersama di tepi pantai. Dengan beralaskan karpet tebal dan luas, mereka bisa dengan leluasa duduk ataupun berbaring di sana.Jordan menggunakan kedua paha sang istri sebagai bantalan, perutnya sendiri saat ini sudah menjadi singgasana sang anak yang sedang menikmati camilannya. Meskipun Arga sudah jauh lebih berat, Jordan tetap bisa bersabar diri menahan bobot anaknya yang cukup membuat perutnya sesak."Turun, Nak. Papi kamu bisa mati jika perutnya terus diduduki seperti itu," ujar Niana yang segera mengangkat tubuh berisi balita itu dan memindahkannya pada permukaan karpet yang lebih aman. Jordan pun akhirnya bisa bernapas dengan lega tanpa menahan sesak ulah anaknya."Padahal aku baik-baik saja selama Arga dalam perutku," cibir Lyly membuat Niana secara spontan menggeplak lengan atas wanita itu. Lyly sontak mengaduh sakit meskipun geplakan yang Niana berikan tidak terlalu sakit dan cenderung main-main."Bedakan bobot saat Arga di dalam kandungan

  • Istri Kesayangan Tuan Presdir Tampan   Bab 112

    Puluhan jam mereka habiskan di perjalanan, kini saatnya untuk menikmati pemandangan indah yang disuguhkan oleh pulau milik Prince ini. Semua tertata dengan begitu rapi dan asri, Prince juga membangun sebuah Vila berukuran cukup besar dengan fasilitas yang fantastis untuk keluarganya. Di sana ada sekitar 3 penjaga dan pengurus vila, serta 5 orang yang menjaga pulau karena ukurannya sendiri cukup dijaga oleh 5 orang mereka. Satu pulau itu hanya di huni oleh 8 orang yang tinggal bersama di dalam paviliun khusus. Mereka semua laki-laki sehingga Prince tidak khawatir meninggalkan mereka berdelapan di pulau pribadinya. Seminggu sekali mereka kembali ke daratan untuk mengambil persediaan makanan dan kebutuhan lainnya. Saat ini, orang-orang yang Prince bawa sedang merapikan barang-barang bawaan mereka di kamarnya masing-masing. "Apakah kamu menyukai pulau ini?" tanya Prince pada sang istri yang sedang sibuk memasukkan beberapa pakaian ke dalam lemari. Niana menghentikan gerakannya, wanita

  • Istri Kesayangan Tuan Presdir Tampan   Bab 111

    Hari cuti bersama telah tiba, Prince sepakat untuk mengajak keluarganya berlibur pada salah satu pulau pribadi miliknya di perairan Catania, Italia yang ia beli sekitar 3 bulan yang lalu.Tak hanya mengajak Niana, Ayunda dan Leon, Prince juga membawa keluarga kecil Jordan serta para baby sitter para bayi. Setidaknya, mereka bisa berlibur lebih tenang jika membawa pengasuh para anak mereka.Saat ini rombongan konglomerat itu sudah berada di pesawat pribadi yang akan mengantarkan mereka ke tempat tujuan. Tak ketinggalan, Prince selalu menyediakan dokter karena takut keluarganya tiba-tiba jatuh sakit atau apalah itu yang membutuhkan tenaga medis."Priamu itu terlalu kaya, Niana. Hanya untuk berlibur selama satu minggu saja harus membeli pulau pribadi, menggunakan pesawat pribadi, dan dokter pribadi. Kepalaku tidak akan sanggup menghitung berapa banyak uang yang Prince keluarkan," ujar Lyly pada Niana yang sedang menimang anaknya. Niana mengendikkan bahunya, ia juga tidak tahu mengapa Pr

  • Istri Kesayangan Tuan Presdir Tampan   Bab 110

    Prince pulang dengan membawa buah tangan berupa sebouqet mawar berukuran cukup besar. Sudah satu bulan terakhir ia tidak membawakan bunga untuk istri tercintanya. "Akhirnya kamu ingat kembali untuk membawakan aku bunga," ujar Niana setelah menerima pemberian sang suami. Wanita itu menghirup dalam-dalam aroma mawar yang begitu harum, setelah hamil ia kembali memfavoritkan bunga mawar.Prince memeluk Niana dari belakang ketika wanita itu masih asyik menghirup aroma mawar. Kini ia juga sedang menghirup, menghirup aroma tubuh sang istri.Niana membiarkan apa yang pria itu lakukan, tak jarang ia mendapat serangan mendadak sewaktu Prince pulang bekerja untuk menghilangkan rasa lelah pria itu. Ia senang-senang saja melakukannya.Niana tersentak kaget ketika tubuhnya dibalik secara mendadak oleh Prince sehingga saat ini posisinya berhadapan dengan pria itu. Tanpa basa-basi lagi Prince segera menempelkan bibirnya dengan bibir sang istri. Niana menyambut dengan senang hati, segera ia taruh bou

  • Istri Kesayangan Tuan Presdir Tampan   Bab 109

    Tak terasa, usia Leon kini genap 6 bulan, bayi itu semakin pintar dan menggemaskan membuat semua orang berebut ingin bermain dengannya. Ocehan Leon selalu menjadi suara termerdu yang selalu ingin didengar, apalagi gelak tawanya membuat candu semua orang.Prince dan Niana sudah menyiapkan kamar Leon yang masih terhubung dengan kamar keduanya. Mereka sudah melakukan sleep training pada Leon sejak umur 4 bulan. Saat ini, Leon sudah pandai tidur sendiri tanpa menangis ketika bangun di malam hari.Meskipun, awalnya Niana tidak tega melihat anaknya menangis sendiri di malam hari. Wanita itu bahkan sampai ikut menangis dan menunggu sang anak di depan pintu seraya memantaunya melalui kamera yang langsung tersambung pada ponselnya. Prince juga berhasil memberikan pemahaman pada sang istri jika sleep training sangat penting dan bisa memberikan manfaat jangka panjang bagi Leon maupun mereka berdua.Kini, Niana tengah bersiap mengajak sang anak untuk mengantarkan makan siang milik Prince. Lyly pu

  • Istri Kesayangan Tuan Presdir Tampan   Bab 108

    Berhubung dia libur di hari kerja dan cukup dadakan, akhirnya Prince memilih untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang bermunculan pada surel miliknya di mansion. Ruang kerja Prince sendiri sudah tampak ramai oleh Leon serta Niana yang sedang bermain, sesekali pria itu ikut menimpali obrolan ringan Niana dengan anaknya."Daddy, apakah Daddy tidak ingin sapi panggang? Leon sangat ingin sapi panggang, Daddy," ujar Niana dengan suara yang ia buat seperti anak kecil seolah Leon-lah yang sedang membujuk Prince untuk membeli sapi panggang.Prince terkekeh pelan di sela-sela aktivitasnya dalam mengerjakan beberapa pekerjaan karena tingkah sang istri. Ia melepas sejenak kacamata yang ia gunakan dan beralih menatap sang anak."Benarkah, Leon? Bagaimana kamu bisa menikmati sapi panggang sedangkan gigi saja kamu tidak punya?" tanya Prince yang hanya dibalas tatapan bingung oleh anaknya. Bayi itu tidak paham dengan percakapan mommy serta daddy-nya."Tentu saja dengan cara meminum ASI mommy, Dad

  • Istri Kesayangan Tuan Presdir Tampan   Bab 107

    Baru beberapa jam memejamkan mata, Niana kembali dibangunkan oleh suara tangisan sang anak yang menggema. Ia pun segera bangkit dan mengenakan pakaian seadanya. Setelah itu, ia berlari secepat kilat menuju sumber suara tanpa peduli pada pangkal paha yang masih terasa sedikit ngilu.Tampak Leon yang tidak mau tenang dalam pelukan neneknya, hal itu membuat Niana merasa bersalah karena telah membuat Ayunda kesulitan. "Ke mari anakku, rindu Mommy ya, Nak?" Niana segera menimang sang anak tanpa berhenti bersuara karena anaknya sudah mengenali suara sang mommy. "Ajak dia bertemu daddy-nya juga, dia merindukan kedua orang tuanya," ujar Ayunda membuat Niana segera bangkit dan segera memasuki kamarnya kembali. Tampak di sana Prince yang perlahan-lahan membuka matanya ketika mendengar suara sang anak."Ada apa dengan Leon, Sayang?" tanya Prince seraya beralih duduk, ia segera menyiapkan bantal untuk menjadi sandaran Niana yang hendak duduk di sebelahnya. "Leon merindukan kita berdua kata Ibu

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status