Share

Istri Kesayangan Tuan Presdir Tampan
Istri Kesayangan Tuan Presdir Tampan
Penulis: Mirah Official

Bab 1

Penulis: Mirah Official
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-05 15:23:02

Seorang gadis cantik nan seksi yang bersiap di kamar mandi sebelum memasuki ruangan sakral di mana pria pujaannya berada. Gadis itu benar-benar memastikan penampilannya secantik dan se-seksi mungkin agar pria impiannya luluh.

"Lihatlah, bagaimana mungkin setelah bertahun-tahun dia tidak tergoda dengan semua ini. Bahkan jika di luar aku sering digoda," ucapnya seorang diri dengan menepuk pelan dada serta bokong montoknya.

Tak ingin lebih lama, ia segera keluar dari kamar mandi dan memasuki ruangan Presdir berada. Terlihat pemilik ruangan ini tengah berkutat dengan segala pekerjaan. Di saat serius seperti ini, kadar ketampanan pria pujaannya bertambah berkali-kali lipat. Ia bahkan tanpa sadar menggigit bibir bawahnya melihat menampakkan yang sangat sulit dilewatkan.

"Tuan, ini laporan keuangan yang Tuan minta 30 menit yang lalu," ucap gadis seksi itu dengan suara dibuat lembut dan mendayu.

Sayang sekali, pria pujaannya itu tidak menoleh atau membuka suara sedikit pun. Hanya mengangguk singkat dan mengibaskan satu tangannya seolah menyuruh gadis itu keluar.

Sakit hati? Tentu saja. Sudah berdandan sejak 2 dekade yang lalu, dilirik saya tidak.

'Sial! Seharusnya aku langsung saja perkosa dia,' kesalnya dalam hati. Bisa mati di tempat jika diucapkan secara langsung.

***

Sedangkan di belahan dunia lain, seorang gadis tengah dihadapkan suatu keputusan yang sangat sulit.

Nina—perempuan paruh baya Ibunda dari sosok Niana menatap nyalang anaknya. Begitupun dengan Jendra—ayah Niana. Namun, Niana tetap acuh atas pendiriannya. Ia tidak peduli pada kedua manusia itu yang sedari tadi mengomel dan membentak Niana.

"Tanpa persetujuan darimu, saya akan tetap menikahkan kau dengan Jacob!" pungkas Jendra yang akhirnya pergi meninggalkan istri dan anaknya.

Jacob yang terus mengintai perdebatan itu melalui alat penyadap suara pada ponsel milik Jendra, ia senang bukan kepalang ketika membayangkan gadis mungil nan cantik itu menjadi miliknya. Beberapa hari ke depan, burung perkututnya akan masuk sarang yang lebih fresh dan tersegel. Membayangkannya saja membuat ia tak tahan untuk tidak tersenyum cabul.

Kembali pada Niana, gadis itu termenung seorang diri di kamarnya. Ternyata, usahanya untuk menolak sangat tidak berarti apa-apa. Pria itu tetap menjadikannya tumbal agar semua harta gelap ini kekal abadi.

"Tidak ada pilihan lain selain mengatakan iya, Niana." Begitu pula dengan Nina, ia tidak peduli terhadap perasaan Niana.

Selepas kepergian ayah dan ibunya, Niana mejambak rambut panjang miliknya sambil berteriak hebat. Kaki mungil nan putih itu berjalan cepat ke segala arah untuk menghancurkan semuanya.

Tubuhnya berhenti di depan cermin besar, menatap kasihan pada dirinya yang cantik.

"Kau memang cantik, Niana. Sayang sekali jika nanti anak turunmu ikut pada si ayah, mereka terlihat jelek dan berhati busuk," lirih Niana.

Tangannya terulur untuk mengusap wajahnya di pantulan cermin, namun setelahnya, ia menghancurkan cermin itu menggunakan tangan kosong. Sama sekali tidak peduli pada tangannya yang sudah compang camping penuh darah.

Bibi Yur—salah satu asisten di rumah Niana yang sangat dekat dengannya, ia segera masuk ke dalam kamar Niana ketika mendengar keributan yang sangat kacau di sana.

Perempuan bertubuh gempal nan tua itu segera menghampiri Niana sambil menangis tersedu-sedu. Tanpa peduli Niana yang sudah berlumuran darah, ia segera memeluknya penuh hangat.

"Anak manis, tenang sedikit ya, sayang? Hati bibi sakit melihatnya, nak," ucap Bibi Yur tanpa melepaskan pelukan hangat itu.

"Nak, tidak mungkin Tuhan memberikan cobaan di atas kemampuan hambanya. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini nak. Semua orang bisa meninggalkanmu, tapi tidak dengan Tuhan." Suara Bibi Yur terdengar sangat lembut di telinga Niana, suara yang selalu ia dengar seumur hidupnya.

"Bibi, aku tidak mau," lirih Niana setelah lama terdiam di pelukan Bibi Yur.

Keduanya sedikit mengendurkan pelukan itu, diusapnya air mata Niana menggunakan kedua tangan Bibi Yur yan tak lagi kencang.

"Bibi akan selalu bersama Niana, ke manapun Niana pergi, Bibi akan selalu ada. Tidak usah takut ya, nak? Kita hadapi semuanya bersama-sama," balas Bibi Yur dengan senyum manisnya. Senyuman paksa agar Niana menjadi lebih tenang.

Niana tak membalas, kembali menumpahkan tangisnya di sana.

Detik, menit, jam, semuanya telah terlewati. Niana menangis tiada henti di pelukan Bibi Yur. Sampai akhirnya, gadis itu terpejam dengan sendirinya.

Bibi yur tersenyum kecil melihat wajah damai Niana yang sudah dibanjiri air mata.

Salah satu tangan Bibi Yur menggapai bantal yang ada di atas ranjang Naina. Perlahan ia merebahkan tubuhnya dengan tubuh gadis cantik yang masih terlelap di dekapannya.

"Tidurlah yang nyenyak, sayang, Bibi tidak akan meninggalkanmu," lirih Bibi yur sambil mengusap pelan rambut Niana.

Kini, posisi keduanya tidur di lantai berdua, Niana menggunakan salah satu tangan Bibi Yur sebagai bantalnya.

Meskipun dingin, Bibi Yur tidak peduli. Ia tidak bisa mengangkat tubuh Niana ke atas ranjang, ia juga tidak mau membangunkan Niana. Biarkan saja lantai kamar yang dingin ini menjadi saksi kesedihan keduanya.

***

Sudah satu minggu lamanya Niana tidak keluar dari kamar, Bibi Yur-lah yang selalu setia bolak-balik ke kamar Niana untuk memberinya makan.

Setelah memberi Niana sarapan, Bibi Yur kembali keluar dan menutup pintu kamar Niana.

Namun setelahnya, pintu itu kembali terbuka menampakkan wajah seorang wanita yang sangat dibenci oleh Niana.

"Jam 10 nanti, kau akan bertemu dengan calon suamimu. Berdandanlah secantik mungkin, kali ini kau harus menjadi anak yang berguna." Setelah mengucapkan tujuannya, wanita itu kembali pergi meninggalkan Niana yang kembali terdiam.

Sarapan yang sudah ada di tangan, Niana simpan di atas nakas kecil samping tempat tidurnya.

"Tuhan, kau adalah zat yang paling adil, kan? Aku memohon keadilanmu, aku mohon ...," rintihnya sambil menatap kosong ke depan.

Niana bangkit, masuk ke dalam kamar mandi lantas berendam di sana. Cukup lama, bahkan sangat lama.

Lagi-lagi, Bibi Yur kembali menyelamatkan Niana. Perempuan itu teriak sekencang-kencangnya ketika melihat Niana yang tak sadarkan diri sedang berendam di bathtub, entah sejak kapan gadis itu ada di sana.

Pelayan yang lain berlarian menghampiri Bibi Yur, berusaha sebisa mereka mengangkat tubuh Niana dan memakaikan beberapa pakaian agar Niana tidak terlalu telanjang.

Nina, wanita itu berdecak kesal ketika melihat anaknya kembali tak sadarkan diri. Bukan hanya sekali, Niana sangat sering seperti ini.

"Nyonya, saya meminta izin untuk membawa Niana ke rumah sakit—"

"Bawa pergi sekarang, anak itu memang sangat tidak berguna. Penyakitan dan menyusahkan," ujar Nina memotong perkataan Bibi Yur yang belum selesai.

Hati Bibi Yur berteriak ingin menangis, bagaimana bisa seorang ibu bersikap seperti itu pada anak kandungnya sendiri?

Tanpa mengatakan apapun lagi, Bibi Yur segera keluar menyusul pelayan yang lain untuk membawa Niana ke rumah sakit.

Di dalam perjalanan, Bibi Yur tidak melepaskan Niana sedetik pun dari pelukannya. Diciumnya kening Niana yang dingin dengan penuh kasih sayang.

Sesampainya di rumah sakit yang sudah tak asing bagi Bibi Yur maupun Niana, dokter segera menangani gadis rapuh itu.

Pria berjas putih itu dengan cekatan menangani Niana, ia sudah hafal tentang kondisi Niana. 5 tahun ia menangani gadis malang ini.

Setelah memastikan semuanya selesai, dokter dan suster yang semula berada di dalam ruangan Niana, keluar secara bersamaan membuat Bibi Yur serta sopir yang mengantar mereka berdiri dari duduknya.

"Dokter, bagaimana keadaan Niana?" tanya Bibi Yur, wajahnya dihiasi kepanikan yang luar biasa.

"Seperti biasa, Niana telat datang kemari. Harusnya sejak 3 hari yang lalu Niana datang ke sini untuk Check up. Dan satu lagi, Niana pasti mengabaikan obatnya," jawab dokter itu panjang lebar membuat Bibi Yur menghela napas panjang.

Setelah mengucapkan terima kasih pada dokter dan suster, Bibi Yur segera masuk ke dalam ruangan Niana. Netranya menangkap sosok gadis cantik tengah tak sadarkan diri di atas ranjang rumah sakit.

"Yur, kapan gadis ini memiliki kehidupan yang baik? Kapan Tuhan memberikannya kebahagiaan?" pertanyaan Pak Andes—sopir pribadi Niana, memecah keheningan di dalam ruangan dingin itu.

Bibi Yur masih belum menjawab, telapak tangannya menangkup hangat pipi Niana.

"Aku yakin, suatu saat nanti Niana bisa tersenyum dan tertawa bebas seperti manusia pada umumnya. Entah di kehidupan sekarang, atau pun kehidupan kedua yang entah ada atau tidak."

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Kesayangan Tuan Presdir Tampan   END

    Keesokan harinya, seisi mansion dibuat heboh oleh keadaan Niana yang tiba-tiba memburuk. Wanita itu mendadak pingsan di dapur saat menggoreng bawang. Prince yang baru saja bangun dan masih menggunakan boxer lari terbirit-birit menuju dapur ketika Yuna memberitahukan sang istri pingsan. Pria itu hampir membawa Niana menuju rumah sakit tanpa menggunakan pakaian yang pantas.Alhasil, Prince dengan secepat kilat mengenakan kaus serta celana panjang apapun yang ia raih lebih dulu. Setelah itu, barulah Prince pergi membawa sang istri yang sudah tidak sadarkan diri.Mendengar suara keributan, Leon segera turun dari kamarnya dan begitu terkejut ketika melihat sang mommy sudah digandong oleh daddy-nya dalam keadaan tak sadarkan diri. Beruntung saat itu Ayunda datang dan segera membawa sang cucu ke rumah sakit di mana Niana dilarikan. "Nenek, ada apa dengan mommy?" tanya Leon dengan wajah yang hampir menangis. Anak itu paling tidak bisa melihat orang-orang tersayangnya jatuh sakit. Terutama Nia

  • Istri Kesayangan Tuan Presdir Tampan   Bab 114

    Waktu terasa berjalan begitu cepat dilalui, rasanya baru kemarin Leon dilahirkan dengan tubuhnya yang begitu mungil. Saat ini, anak tampan itu sudah memasuki sekolah dasar yang Prince pilihkan khusus untuk anak-anak tertentu saja. Seleksi sekolah yang Prince lakukan begitu ketat dan sulit. Bahkan dua tahun sebelum Leon masuk sekolah, Prince sudah sibuk mencari info sekolah terbaik di kotanya. Saat ini, Leon si anak patuh sedang menikmati sarapan bersama daddy dan mommy-nya. Anak itu begitu menikmati makanan yang dibuat oleh sang mommy. Katanya, wanita itu memasak dengan campuran bumbu cinta sehingga menghasilkan cita rasa yang begitu nikmat.Tiba-tiba saja, Leon tersentak kaget ketika mengingat sesuatu. Anak itu bahkan sampai menjatuhkan sendoknya di atas piring sehingga menimbulkan bunyi yang cukup nyaring."Ada apa, Nak?" tanya Niana yang ikut terkejut mendengar dentingan sendok dan piring yang cukup nyaring.Leon menatap takut-takut sang mommy, ia benar-benar lupa akan pekerjaan r

  • Istri Kesayangan Tuan Presdir Tampan   Bab 113

    Sore harinya, mereka menikmati sunset bersama di tepi pantai. Dengan beralaskan karpet tebal dan luas, mereka bisa dengan leluasa duduk ataupun berbaring di sana.Jordan menggunakan kedua paha sang istri sebagai bantalan, perutnya sendiri saat ini sudah menjadi singgasana sang anak yang sedang menikmati camilannya. Meskipun Arga sudah jauh lebih berat, Jordan tetap bisa bersabar diri menahan bobot anaknya yang cukup membuat perutnya sesak."Turun, Nak. Papi kamu bisa mati jika perutnya terus diduduki seperti itu," ujar Niana yang segera mengangkat tubuh berisi balita itu dan memindahkannya pada permukaan karpet yang lebih aman. Jordan pun akhirnya bisa bernapas dengan lega tanpa menahan sesak ulah anaknya."Padahal aku baik-baik saja selama Arga dalam perutku," cibir Lyly membuat Niana secara spontan menggeplak lengan atas wanita itu. Lyly sontak mengaduh sakit meskipun geplakan yang Niana berikan tidak terlalu sakit dan cenderung main-main."Bedakan bobot saat Arga di dalam kandungan

  • Istri Kesayangan Tuan Presdir Tampan   Bab 112

    Puluhan jam mereka habiskan di perjalanan, kini saatnya untuk menikmati pemandangan indah yang disuguhkan oleh pulau milik Prince ini. Semua tertata dengan begitu rapi dan asri, Prince juga membangun sebuah Vila berukuran cukup besar dengan fasilitas yang fantastis untuk keluarganya. Di sana ada sekitar 3 penjaga dan pengurus vila, serta 5 orang yang menjaga pulau karena ukurannya sendiri cukup dijaga oleh 5 orang mereka. Satu pulau itu hanya di huni oleh 8 orang yang tinggal bersama di dalam paviliun khusus. Mereka semua laki-laki sehingga Prince tidak khawatir meninggalkan mereka berdelapan di pulau pribadinya. Seminggu sekali mereka kembali ke daratan untuk mengambil persediaan makanan dan kebutuhan lainnya. Saat ini, orang-orang yang Prince bawa sedang merapikan barang-barang bawaan mereka di kamarnya masing-masing. "Apakah kamu menyukai pulau ini?" tanya Prince pada sang istri yang sedang sibuk memasukkan beberapa pakaian ke dalam lemari. Niana menghentikan gerakannya, wanita

  • Istri Kesayangan Tuan Presdir Tampan   Bab 111

    Hari cuti bersama telah tiba, Prince sepakat untuk mengajak keluarganya berlibur pada salah satu pulau pribadi miliknya di perairan Catania, Italia yang ia beli sekitar 3 bulan yang lalu.Tak hanya mengajak Niana, Ayunda dan Leon, Prince juga membawa keluarga kecil Jordan serta para baby sitter para bayi. Setidaknya, mereka bisa berlibur lebih tenang jika membawa pengasuh para anak mereka.Saat ini rombongan konglomerat itu sudah berada di pesawat pribadi yang akan mengantarkan mereka ke tempat tujuan. Tak ketinggalan, Prince selalu menyediakan dokter karena takut keluarganya tiba-tiba jatuh sakit atau apalah itu yang membutuhkan tenaga medis."Priamu itu terlalu kaya, Niana. Hanya untuk berlibur selama satu minggu saja harus membeli pulau pribadi, menggunakan pesawat pribadi, dan dokter pribadi. Kepalaku tidak akan sanggup menghitung berapa banyak uang yang Prince keluarkan," ujar Lyly pada Niana yang sedang menimang anaknya. Niana mengendikkan bahunya, ia juga tidak tahu mengapa Pr

  • Istri Kesayangan Tuan Presdir Tampan   Bab 110

    Prince pulang dengan membawa buah tangan berupa sebouqet mawar berukuran cukup besar. Sudah satu bulan terakhir ia tidak membawakan bunga untuk istri tercintanya. "Akhirnya kamu ingat kembali untuk membawakan aku bunga," ujar Niana setelah menerima pemberian sang suami. Wanita itu menghirup dalam-dalam aroma mawar yang begitu harum, setelah hamil ia kembali memfavoritkan bunga mawar.Prince memeluk Niana dari belakang ketika wanita itu masih asyik menghirup aroma mawar. Kini ia juga sedang menghirup, menghirup aroma tubuh sang istri.Niana membiarkan apa yang pria itu lakukan, tak jarang ia mendapat serangan mendadak sewaktu Prince pulang bekerja untuk menghilangkan rasa lelah pria itu. Ia senang-senang saja melakukannya.Niana tersentak kaget ketika tubuhnya dibalik secara mendadak oleh Prince sehingga saat ini posisinya berhadapan dengan pria itu. Tanpa basa-basi lagi Prince segera menempelkan bibirnya dengan bibir sang istri. Niana menyambut dengan senang hati, segera ia taruh bou

  • Istri Kesayangan Tuan Presdir Tampan   Bab 109

    Tak terasa, usia Leon kini genap 6 bulan, bayi itu semakin pintar dan menggemaskan membuat semua orang berebut ingin bermain dengannya. Ocehan Leon selalu menjadi suara termerdu yang selalu ingin didengar, apalagi gelak tawanya membuat candu semua orang.Prince dan Niana sudah menyiapkan kamar Leon yang masih terhubung dengan kamar keduanya. Mereka sudah melakukan sleep training pada Leon sejak umur 4 bulan. Saat ini, Leon sudah pandai tidur sendiri tanpa menangis ketika bangun di malam hari.Meskipun, awalnya Niana tidak tega melihat anaknya menangis sendiri di malam hari. Wanita itu bahkan sampai ikut menangis dan menunggu sang anak di depan pintu seraya memantaunya melalui kamera yang langsung tersambung pada ponselnya. Prince juga berhasil memberikan pemahaman pada sang istri jika sleep training sangat penting dan bisa memberikan manfaat jangka panjang bagi Leon maupun mereka berdua.Kini, Niana tengah bersiap mengajak sang anak untuk mengantarkan makan siang milik Prince. Lyly pu

  • Istri Kesayangan Tuan Presdir Tampan   Bab 108

    Berhubung dia libur di hari kerja dan cukup dadakan, akhirnya Prince memilih untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang bermunculan pada surel miliknya di mansion. Ruang kerja Prince sendiri sudah tampak ramai oleh Leon serta Niana yang sedang bermain, sesekali pria itu ikut menimpali obrolan ringan Niana dengan anaknya."Daddy, apakah Daddy tidak ingin sapi panggang? Leon sangat ingin sapi panggang, Daddy," ujar Niana dengan suara yang ia buat seperti anak kecil seolah Leon-lah yang sedang membujuk Prince untuk membeli sapi panggang.Prince terkekeh pelan di sela-sela aktivitasnya dalam mengerjakan beberapa pekerjaan karena tingkah sang istri. Ia melepas sejenak kacamata yang ia gunakan dan beralih menatap sang anak."Benarkah, Leon? Bagaimana kamu bisa menikmati sapi panggang sedangkan gigi saja kamu tidak punya?" tanya Prince yang hanya dibalas tatapan bingung oleh anaknya. Bayi itu tidak paham dengan percakapan mommy serta daddy-nya."Tentu saja dengan cara meminum ASI mommy, Dad

  • Istri Kesayangan Tuan Presdir Tampan   Bab 107

    Baru beberapa jam memejamkan mata, Niana kembali dibangunkan oleh suara tangisan sang anak yang menggema. Ia pun segera bangkit dan mengenakan pakaian seadanya. Setelah itu, ia berlari secepat kilat menuju sumber suara tanpa peduli pada pangkal paha yang masih terasa sedikit ngilu.Tampak Leon yang tidak mau tenang dalam pelukan neneknya, hal itu membuat Niana merasa bersalah karena telah membuat Ayunda kesulitan. "Ke mari anakku, rindu Mommy ya, Nak?" Niana segera menimang sang anak tanpa berhenti bersuara karena anaknya sudah mengenali suara sang mommy. "Ajak dia bertemu daddy-nya juga, dia merindukan kedua orang tuanya," ujar Ayunda membuat Niana segera bangkit dan segera memasuki kamarnya kembali. Tampak di sana Prince yang perlahan-lahan membuka matanya ketika mendengar suara sang anak."Ada apa dengan Leon, Sayang?" tanya Prince seraya beralih duduk, ia segera menyiapkan bantal untuk menjadi sandaran Niana yang hendak duduk di sebelahnya. "Leon merindukan kita berdua kata Ibu

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status