"Dengar! Pulang dari kampus, lalu siapa yang berhasil diantar dia, besok traktir!" tantang Rose, gadis yang tadinya kalem, begitu mengenal laki-laki langsung berubah. "Oke!" ----Pukul 12.00 kuliah selesai dan tidak ada lagi mata kuliah. Nada langsung menuju ke parkir. Namun naas, saat hendak menyalakan motornya, ban belakang tenyata kempes. "Waduh, mana tempat tambal ban masih jauh, bagaimana ini?" keluhnya sembari menekan-nekan ban motornya. Mau tidak mau, akhirnya Nada menuntun motornya itu sampai depan kampus. Jarak untuknke depan lumayan jauh. Saat di tengah perjalanan, Haris menghampiri dengan motor gedenya."Nada, kenapa motornya?" Pria itu turun dari motor lalu mendekati Nada yang tampak kelelahan. "Bocor," ungkapnya. "Yodah, kamu pakai motorku biar aku tuntun sampai depan. Di sana ada tukang tambal," perintah Haris kemudian menyerahkan kunci motornya pada Nada. Awalnya perempuan manis itu tidak mau, tetapi karena dipaksa, akhirnya mau juga. Haris menuntun motor milik Na
Pertemuan Nada, Abdul dan Ruqoyah di kafe, merupakan sesuatu yang sangat mengejutkan. Ruqoyah pun berdiri kemudian menghampiri Nada yang tengah bingung. "Nada! Siapa dia?" tunjuk Ruqoyah pada lelaki yang berada di sampingnya. "Teman saya, Mbak," balas Nada canggung kemudian ia menggaruk-garuk kepalanya. "Iya, Tante, doakan kami agar jadian, ya, hehehe," sahut Haris sembari meringis membuat Ruqoyah mendelik. Haris kemudian mendekati Ruqoyah dan menyalaminya, lalu ke Abdul dan menyalaminya pula. "Kebetulan sekali bertemu di sini, sekalian kita makan bersama saja, bagaimana?" usul Haris. Nada tidak dapat berkata-kata."Hay kamu, siapa namamu?" panggil Ruqoyah. Perlu kamu ketahui kalau Nada itu ....!" Belum sempat Ruqoyah berucap, Abdul mencegahnya. "Apa-apaan, sih!" "Duduk saja, nanti aku jelaskan!" perintah Abdul. Akhirnya Ruqoyah pun duduk berdampingan dengan Abdul, sementara Nada duduk berdampingan dengan Haris. Nada melirik suaminya yang cuek. "Kini, pesanlah menu," ujar Abdu
Pagi ini di kediaman Bapak Slamet telah ramai oleh orang-orang yang akan mengikuti prosesi akad nikah putri semata wayangnya yaitu Nada Azkia. Gadis itu akan dinikahi oleh Tuan Abdul atau nama lengkapnya Abdullah Rashid Athoillah—pengusaha mebel—yang telah memiliki banyak cabang di kotanya. Rencana akad nikah akan dilangsungkan sekitar pukul sepuluh pagi. Sementara itu di kamar, Nada tengah dirias oleh Mbak Leli sebagai event organizer, yang terkenal di kota ini. Namun raut wajah Nada, gadis yang beberapa bulan lalu baru lulus sekolah itu tampak murung. Pasalnya ia dipaksa ibunya untuk menikah dengan Tuan Abdul, pria yang usianya hampir sama dengan ibunya. *** Seminggu yang lalu. “Aku nggak mau!” teriak Nada saat sang ibu memanggilnya untuk ke luar dari kamarnya. Gadis itu menutup wajahnya dengan bantal dan tak ingin ke luar bersama dengan ibunya. Sang ibu kemudian mendekat dan membuka bantal. Terlihat Nada memejamkan mata, wajahnya memerah karena kesal. “Ibu, tolong jangan paksa
Setelah melakukan musyawarah antara Tuan Abdul dan keluarga Nada, akhirnya diputuskan bahwa pernikahannya enam hari lagi. *** Keputusan yang telah diambil orang tua Nada membuat gadis itu tidak bersemangat. Ia masih ingin melanjutkan kuliahnya dan bekerja untuk mendapatkan penghasilan. Namun apa dikata, takdir berkata lain. *** Hari yang dinantikan tiba. Rombongan Tuan Abdul datang untuk melakukan acara acara Akad Nikaj. Kedua istri Tuan Abdul pun datang untuk ikut menyaksikan janji suci itu. Sungguh pemandangan yang tidak biasa. Wajah kedua istri tuan Abdul pun biasa-biasa saja tanpa adanya kecemburuan atau marah. Entahlah, mengapa mereka bersikap demikian. Selain kedua istri, karib kerabat pun datang. Sementara Nada yang berada di kamar rias dan telah siap. Gadis itu menunggu panggilan untuk keluar dan bersanding dengan pria pilihan orang tuanya. Semuanya telah beres. Gaun pengantin yang dipakai gadis itu sangat istimewa, mungkin Tuan Abdul membelinya di negara asal yakni
Tuan Abdul keluar kamar membuat Nada menjadi bengong. Namun ia hanya mengangkat bahu dan kemudian kembali merapikan baju-baju yang ada di koper. "Kamar yang luas," gumamnya sembari mengedarkan pandangan. Selama masuk kamar ini, ia belum menelusurinya. Ia juga belum menelusuri setiap seluk beluk rumah milik suaminya. Tok tok tok! Terdengar suara ketukan pintu kemudian gadis itu berhenti. Ia melangkah ke pintu dan menariknya. Seorang wanita berwajah khas Jawa tengah berdiri.. Apakah ia adalah istri kedua Tuan Abdul? Pikir Nada, sebab tadi saat acara akad nikah, ia melihat wanita itu duduk bersama dengan wanita cantik itu. "Boleh aku masuk," tanyanya sembari bersandar di sisi pintu. "Owh silakan!" balas Nada kemudian mempersilakan wanita itu untuk duduk. Wanita dengan kulit hitam manis itu berjalan menuju ke ranjang dan duduk di sisinya. Diamati kamar ini dengan seksama. "Kamu kenapa bo*oh sekali?" tanya Wanita itu. "Maksud Mbak apa? Mbak ini siapa, sih!" tanya Nada sembari me
Baru saja terlelap, sayup-sayup terdengar suara pintu diketuk. Nada mendelik dan kaget kemudian bangkit. Ia ingat bahwa malam ini adalah malam pertamanya. "Celaka!" --- "Astaghfirullah! aku lupa tidak kembali ke kamar Tuan Abdul," gumamnya. Apakah dia yang mengetuk pintu? Nada pun bangkit dan membuka pintu. Ternyata benar apa yang ia khawatirkan. Seorang pria berambut ikal dengan bibir tipis itu tersenyum sembari melipat kedua tangannya membuat gadis itu salah tingkah. "Tu-tuan Abdul? Kenapa ke sini?" tanya Nada. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Kamu lupa? Ini jatahmu," seru pria itu mengingatkan. Nada hanya cengar-cengir. Ia berpikir bagaimana caranya agar malam ini tidak ada acara malam pertama baginya. "Tuan, malam ini saya berikan kepada istri Anda yang lain saja, bagaimana?" usul gadis belia yang memiliki lesung pipit itu. "Laa, aku ingin bersamamu, ayo!" Pria itu menggandeng Nada yang ragu. Sepintas ia melirik jam dinding yang menempel, pukul sebelas malam.
Saat ini aku masih aman, entah besok-besok, pikir Nada. Pagi ini Ruqoyah telah siap dengan pakaian rapi. Penampilannya yang anggun memang sangat mempesona. Perlu diakui bahwa wanita Arab cantik-cantik. Apalagi matanya yang indah. "Mau ke mana, Mbak," sapa Nada ketika melihat kakak madunya hendak pergi. Wanita keturunan Arab nan cantik jelita itu tersenyum sinis. "Kamu pikir aku hanya ongkang-ongkang saja di rumah?" jawabnya. "Aku kerja, memegang beberapa toko milik Mas Rashid," ungkapnya. Nada mendelik. "Aku juga mau pergi, mau pulang," ucap gadis belia itu. "Kalau kamu mau pergi, harus izin sama Mas Rashid. Jangan asal pergi," ketus wanita yang menggunakan gamis hitam. "Mbak, malam ini kan bukan jatahku, jadi bebas, dong!" "Nggak bisa gitu, kamu harus menghormati suami," balas wanita yang mengenakan jilbab hitam senada dengan gamis yang ia pakai. "Kalau begitu aku harus izin melalui telepon," ungkap Nada. Gadis itu merasa bosan di rumah ini meski rumah mewah bagai ista
"Astaga, akhirnya ketahuan juga jika aku sedang tidak haid," gumam Nada sembari nyengir. Rasa takut merasuki jiwanya. Takut akan hal yang selama ini dialami oleh pasangan pengantin di malam pertamanya. Namun bagi gadis belia itu, ia memiliki banyak akal. Ia akan menggunakan kakak madunya sebagai alasan agar Tuan Abdul tidak mendekat. Pria itu berdiri kemudian masuk ke dalam menemui Bu Hamidah yang tengah mempersiapkan makanan. "Bu, saya pamit pulang," ucap menantunya itu. "Lho kok cepat amat?" tanya Bu Hamidah sedikit kaget lalu mengelap tangannya karena basah terkena kuah sayur. "Tuan, saya mau nginep di sini saja, kangen ibu," ujar Nada sembari menggelayut manja dengan sang ibu. Namun, sang ibu melepas tangannya dan menyerahkan dirinya pada Tuan Abdul. "Ayo pulang," ajak Tuan Abdul dan menggandeng Nada. Dengan terpaksa Nada pun mengikuti suaminya itu. Gadis itu bersalaman dengan ibu dan bapaknya, kemudian masuk ke dalam mobil Expander putih. Dengan segera Tuan Abdul menjalankan