Share

Bab 4 Balas Dendam

Melihat pelukan penuh tangis itu, Emma bergerak cepat. 

Dia juga mempersilahkan Leo, ayah Gina, untuk masuk ke dalam kamar hotel sebelum ada mata-mata Wijaya yang melihat.

“Apa yang terjadi, Gina? Kenapa segalanya jadi seperti ini?” tuntut Leo.

Mata pria yang terkenal tegas itu terlihat sembab. Tampak, bahwa dia pun begitu sedih atas nasib putri dan cucunya.

Melihat itu, Gina sontak menggeleng putus asa. “Ini semua salahku karena tidak memperjuangkan Sean.”

“Kenapa Wijaya tiba-tiba menikah dengan artis itu? Bukankah kalian belum bercerai?” 

Kini, giliran Eli yang bertanya.

“Dia sudah menceraikanku.” jawab Gina lesu.

“Kurang ajar!” umpat Leo, “Berani-beraninya dia mencampakkan anak dan cucuku.”

Leo mulai mengambil ponselnya, hendak menghubungi seseorang. Namun, Gina buru-buru merebut ponsel itu.

“Papa, kumohon … ” Gina menggeleng. Meskipun sudah tidur seharian, nada suara Gina tetap menunjukkan depresi. 

“Biar Gina yang menyelesaikan semuanya,” lanjut Gina.

“Apa yang akan kamu lakukan, Gin?” tanya Eli bingung.

Gina menghela nafas. “Biar Gina yang merencanakan semuanya. Gina pastikan, Wijaya tidak akan bisa tenang lagi.”

Melihat itu, Leo merasa perih di hatinya. Segera, dia merengkuh tubuh Gina, mengelus punggung sang putri. 

“Maafkan Papa, Gin. Papa tidak bisa menjagamu saat kamu butuh….”

Gina balas memeluk Leo. Dia merasakan kehangatan dan rasa aman saat dia memeluk erat tubuh sang ayah.

“Sampai saatnya tiba nanti, kumohon, anggap saja Gina sudah tidak ada.”

“Apa maksudmu?” pekik Eli. “Jangan bunuh diri, Nak!” cegahnya dengan raut cemas.

Gina buru-buru menggeleng. 

“Aku tidak akan melakukannya. Kalau aku bunuh diri, aku tidak akan bisa bertemu Sean kelak.” 

Eli ikut memeluk erat tubuh Gina. Kini, mereka bertiga berpelukan dengan tangis yang pecah, mengenang segala kepolosan Sean, si anak baik. 

Meskipun Gina tetap terluka, namun berbagai kesedihan bersama orang tuanya sedikit bisa mengurangi beban di pundak Gina. 

Setidaknya, dia bisa lebih fokus akan rencananya untuk membalas dendam.

“Tenang, Gina. Papa akan membantumu jika kamu butuh sesuatu,” ucap Leo tiba-tiba. 

“Baik, Pa.”

*******

“Nyonya, ini semua data tentang Annie Chase.” Emma menyerahkan setumpuk berkas pada Gina yang sedang sibuk di depan meja salon demi mengubah penampilannya.

Gina menerima berkas itu, membaca segala detailnya tanpa terlewatkan. Setelah berhari-hari diskusi dan penyelidikan, keduanya setuju untuk menjalankan rencana Gina untuk menyamar menjadi pembantu di rumah Annie. Dengan demikian, Gina bisa membalas dendam sekaligus menemukan celah dari Wijaya dan Andrea.

“Apakah kamu sudah membawakan pengacara yang kamu rekomendasikan padaku?” tanya Gina.

Emma mengangguk. “Dia akan datang sebentar lagi.”

“Kenapa kamu yakin kita bisa mempercayainya?” 

Mata Gina terlihat menyelidik. Namun, Emma tetap terlihat tenang.

“Dia pernah bekerja dalam satu firma hukum yang sama dengan Annie.” Emma kemudian menyerahkan berkas CV pengacara yang dia maksud. “Tapi, kini mereka bermusuhan, karena Annie membunuh rekan pengacara ini.”

Gina menautkan alis–cukup terkejut dengan fakta yang dijelaskan Emma.

“Wanita bernama Annie itu memang mengerikan, ya?” tanggap Gina, yang disambut anggukan oleh Emma.

“Oh, iya! Ini identitas baru Nyonya.” Emma kembali menyerahkan selembar amplop seukuran HVS pada Gina yang diterimanya dengan cepat.

“Fiona Gage?” ujar Gina, saat membaca profil terbarunya. “Bagus, Emma,” puji Gina pada Emma dengan senyum penuh rasa terima kasih.

Emma menyambut pujian itu dengan anggukan penuh hormat.

“Nyonya akan berpura-pura pernah bekerja untuk pengacara ini agar Annie yakin untuk mempekerjakan Nyonya nanti,” jelas Emma.

“Siapa nama pengacara itu?”

“Namanya Ajeng Aulia, Nyonya,” jawab Emma, menyerahkan selembar foto Ajeng, “dia dengan senang hati membantu Nyonya.”

“Tapi aku tidak bisa mempercayainya, Em,” timpal Gina, “jadi, biar dia berurusan saja denganmu. Kamu yang akan mewakiliku.”

“Baik, Nyonya.”

Mata Gina terus terpaku pada setiap detil identitas Annie, kemudian berhenti ketika dia membaca profil Damian Chase, suami Annie. 

Gina menaikkan ujung bibirnya penuh maksud.

“Kalau aku tidak bisa menghancurkan fisik dan karir Annie, setidaknya, aku bisa merobohkan pondasi keluarganya.” 

******

Tet!

Gina memencet pintu rumah Annie.

Dengan rambut lurus sebahu yang tebal terurai berwarna coklat hasil makeover beberapa hari sebelumnya, Gina bersiap untuk masuk dan menghancurkan kebahagiaan perempuan itu.

Tak lama, tampak seorang pria berusia 30 tahunan membuka pintu. Gina lantas tersenyum melihatnya.

‘Damian, Suami Annie. Seorang penulis yang belum menerbitkan buku beberapa tahun ini. Pria ini lebih sering diam di rumah,’ batin Gina sambil mengingat informasi tentang pria ini.

Gina pun menunggu response Damian. 

Namun, Damian hanya mematung memandang Gina dari atas sampai bawah.

Sontak Gina memperhatikan penampilannya. Tak ada yang aneh. Dia hanya menggunakan pakaian rapi dan sopan. Bahkan, Gina tidak menggunakan make-up sama sekali.

“Permisi, Pak! Saya Fiona Gage,” salam Gina pada akhirnya–memperkenalkan diri dengan identitas baru.

Damian terlihat terkejut. Namun, dia hanya berdiri di ambang pintu tanpa ada sedikit basa-basi untuk menyuruh Gina masuk. 

Jadi, mau tak mau Gina menunggu dengan bingung.

Tring!

Ponsel yang sedang Damian genggam tiba-tiba bergetar–sukses membangunkan lamunan Damian. 

Pria itu pun berseru menyuruh Fiona untuk duduk di ruang tamu rumahnya, sementara Damian menjauh untuk mengangkat telepon.

“Dia sudah datang?” tanya Annie dari seberang telepon.

“Namanya Fiona Gage, kan?”

“Iya,” jawab Annie cepat, “Ya sudah, kamu jelasin apa saja yang harus dia kerjakan di rumah. Nanti aku pulang telat.” 

Klik. Lagi-lagi Annie menutup telepon tanpa salam. Istrinya memang selalu begitu, terlebih sejak naik daun sebagai pengacara papan atas ibu kota.

Damian tanpa sadar merapikan rambut, serta membenarkan kaosnya yang lusuh tak rapi. 

Mungkin, karena ART yang akan bekerja adalah perempuan muda nan cantik, sudah naluri bagi Damian untuk tampak tampan di depannya.

Setidaknya, Damian punya harga diri di depan pembantu barunya ini ….

Kini, Damian menatap penuh selidik perempuan di hadapannya.

“Kamu Fiona Gage yang akan jadi pembantu kami, ya? Bagaimana Ajeng bisa kenal denganmu?” 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status