Share

Bab 5 Sebuah Rencana

Author: Dama Mei
last update Last Updated: 2023-01-20 08:59:43

Deg!

Meski terkejut, Fiona dengan cepat menormalkan diri. Sudah sepantasnya mereka menanyakan hal ini.

Tersenyum tipis sambil menundukkan pandangannya, Fiona kemudian berbicara, “Nyonya Ajeng … saya pernah bekerja dua tahun untuk merawat ayah beliau yang sempat terkena stroke.”

Damian terlihat mengangguk dan mengelus bagian belakang kepalanya–tampak kikuk. 

Sebenarnya, pria itu terpesona dengan kecantikan Gina yang sedang menyamar jadi Fiona ini. Namun, “Fiona” masih belum menyadari itu.

Dia justru merasa Damian begitu lucu.

‘Bagaimana orang sekejam Annie memiliki suami seperti ini?’ Fiona membatin sebelum sadar bahwa sudah terlalu lama keduanya terdiam di ruangan itu.

“Saya harus mulai dari mana, Tuan Damian?” ujar Fiona pada akhirnya karena sejak tadi Damian tak bersuara. 

“Oh, iya,” Damian menegakkan duduknya. “Kamu wajib memasak untuk sarapan, makan siang dan makan malam. Tapi kalau Annie pulang telat, kamu harus menyiapkan makanan yang siap dihangatkan untuknya. Dan segala keperluan anakku, Tasya serta menjaga kebersihan rumah ini,” terang Damian panjang lebar.

“Baik, Tuan,” sahut Fiona masih dengan kepala menunduk.

Dia berusaha sebisa mungkin menyatu dengan identitas barunya.

“Kamu cukup panggil Pak Damian dan Bu Annie saja, Fiona,” tambah Damian.

Fiona sekali lagi mengangguk patuh.

Melihat itu, Damian tampak tersenyum. “Mari kutunjukkan kamarmu.” 

Segera, keduanya berjalan menuju sebuah kamar kosong yang terletak di pojok belakang rumah.

Sebuah ruangan berukuran 4x4 yang hanya terdiri dari sebuah kasur kecil serta lemari minimalis. 

Ruangan itu dulunya adalah sebuah gudang, yang entah kapan, telah disulap Annie menjadi sebuah kamar yang layak ditempati.

“Terima kasih, Pak.”

Fiona pun meminta izin untuk masuk dan meletakkan tas jinjing besarnya di pojok ruang. Dari belakang, dia dapat menyadari bahwa Damian menatapnya intens.

“Semangat. Kamu bisa, Gina!” gumamnya menyemangati diri.

* * * *

Meski lahir di keluarga konglomerat, Gina tak pernah menjadi anak yang manja. Justru, dia menyadari bahwa beban berat ada di pundaknya. 

Jadi, sekadar memasak atau merapikan rumah bukanlah hal yang sulit.

Sekarang, Gina merasa bersyukur orang tuanya juga selalu mendukung pilihannya untuk mandiri.

Dengan cepat, Gina alias Fiona menyiapkan makanan, serta menatanya di meja makan.

Aromanya begitu mengundang siapapun yang mencium, termasuk Damian.

Pria itu bahkan terbangun dari tidur siang panjangnya setelah mencium aroma wangi masakan rumah–yang sudah sangat lama tak pernah dia hirup.  

Menyadari itu, Gina lantas menunduk patuh–tak berani menatap langsung majikannya itu.

“Pak, makan siangnya sudah siap,” ucapnya mempersilahkan Damian untuk segera makan.

Damian mengangguk tipis, terlihat fokus pada aneka masakan rumah yang tampak lezat. 

Tanpa basa-basi, Damian langsung mengambil piring, menyantap dengan tak sabar makanan itu. 

Hatinya bahagia luar biasa. Sudah sangat lama Damian tak merasakan masakan rumahan yang sederhana namun nikmat seperti ini. 

Annie tak bisa masak sama sekali. Dulu ketika Damian masih menjadi penulis best-seller, mereka memakai jasa pembantu yang menyiapkan semua makanan sekeluarga. 

Namun, semenjak Damian tak lagi populer dan tak menghasilkan uang, Annie justru memutuskan untuk mempekerjakan Damian dengan dalih agar Damian punya kesibukan di rumah.

Fiona tersenyum bangga–berhasil membuat bosnya ini menyukai hasil pekerjaannya.

Namun, itu tak lama. Seketika, dia teringat misi selanjutnya: mendekati anak Annie!

“Pak Damian … “ panggil Fiona cepat, “Bolehkah saya mencatat jadwal pergi dan pulang sekolahnya Tasya?”

“Untuk apa?” tanya Damian di sela-sela mengunyah.

“Saya yang akan mengantar jemput Tasya, Pak.”

“Kenapa? Nggak usah, Fi. Itu sudah jadi tugasku. Tugasmu sesuai yang kubilang tadi,” larang Damian seketika.

Fiona mungkin tak tahu bahwa mengantar jemput Tasya menjadi hal paling ditunggu Damian. Hanya saat itulah dia bisa menyegarkan otak kala jenuh dengan kondisi rumah.

Fiona terdiam. Namun, dia sekali lagi mengangguk. “Baik, Pak.”

Tak lama, ia  kemudian kembali bekerja membersihkan dapur–meninggalkan Damian yang menyantap masakan rumahan sambil berharap ide-ide bagus mengalir kembali di kepalanya.

* * * *

Tet!

Bel rumah berbunyi. Sekarang, sudah pukul 15:00. Pastilah itu Tasya–anak Annie dan Damian.

Gegas, Fiona membuka pintu rumah–menyambutnya pulang sekolah setelah dijemput Damian. 

Seperti dugaannya, Tasya pasti terkejut dengan keberadaan perempuan asing ini.

“Pa, dia siapa?” tanya Tasya keheranan.

“Dia pembantu baru kita. Kamu panggil dia Mbak Fiona, ya,” jawab Damian.

Tasya, gadis berusia 10 tahun itu menganga takjub dengan penampilan Fiona yang sangat cantik, dengan rambut coklat panjang nan tebal. 

Bahkan bagi Tasya, penampilan Fiona lebih cocok menjadi pekerja kantoran daripada pembantu.

“Kamu suka, Tas?”

“MAMA!!” seru Tasya, karena Annie tiba-tiba datang. Damian kaget bukan main, namun senang karena istrinya tak jadi pulang tengah malam.

Damian juga segera menyambut dan memeluk hangat istrinya itu.

“Kok sudah pulang?” tanya Damian heran.

“Aku sengaja pulang cepat, ingin bertemu dengan Fiona,” ucap Annie, mengamati Fiona dari atas sampai bawah.

Fiona memperhatikan semua itu dengan perasaan campur aduk. Perempuan yang membunuh anaknya–tampak bahagia dan tidak merasa bersalah. Dia punya keluarga. Anaknya masih bisa memeluknya … tidak seperti dirinya.

Tangan Fiona sontak mengepal. 

Namun, ia lepas begitu menyadari Annie menatapnya tak senang–cenderung mengintimidasi.

“Kau Fiona?” celetuknya, “Kenapa aku tak asing denganmu, ya?” 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Konglomerat yang Dicampakkan   Bab 160 Kebahagiaan Selamanya

    "Miss Gina?" Sari ternganga lebar, ketika dia membuka pintu depan dan sosok Gina sudah berdiri di sana dengan senyuman manis.Sari spontan memeluk Gina dan tangisnya pecah. "Ibu sangat merindukanmu, Gina! Kemana saja kamu setahun ini?"Gina balas memeluk Sari. Dia tidak bicara apapun, hanya tersenyum lega karena ternyata dia masih diterima cukup hangat di dalam keluarga Damian.Tasya muncul, dengan wajahnya yang kaget luar biasa. Tak menyangka Gina akan datang kembali ke rumahnya."Tasya, gimana kabarmu?" tegur Gina ramah.Tasya masih menganga, dengan mata mengerjap beberapa kali. "T-Tante Gina?" ucapnya terbata-bata. Gina berjalan mendekat. Lalu mendekap gadis yang kini tidak begitu kecil itu."Kamu sudah tambah besar, ya. Miss kangen sama Tasya," ucap Gina dalam dekapannya.Tidak ada reaksi yang keluar dari bibir Tasya. Tapi dia tidak menolak saat Gina memeluk erat tubuhnya. Yang dia lakukan hanya bergantian memandang Damian dan Sari, yang terus tersenyum haru."Tante Gina … " pang

  • Istri Konglomerat yang Dicampakkan   Bab 159 Kesempatan Terakhir

    "Terima kasih sudah mengantarku, Dam," tukas Annie saat mobil Damian berhenti tepat di depan pintu masuk kantornya.Damian mengangguk. "Ibu sangat senang menjaga Sean, jadi kamu fokus saja pada kerjaanmu,"Annie tersipu senang. Seakan mereka berdua masih sebagai sepasang suami istri yang bahagia, apalagi dari perlakuan Damian padanya yang sangat sopan."Apakah kamu akan pulang telat hari ini?" tanya Annie. Tampak ragu untuk bicara, tapi dorongan di dalam dirinya kelewat kuat untuk bisa dicegah. "Maukah pulang bersama?" ajaknya.Damian hening beberapa detik. Untuk kemudian mengangguk. "Akan kuusahakan pulang cepat,"Annie berseru bahagia dalam hati. Sangat senang karena Damian menyambut baik segala usahanya untuk kembali dekat itu. Dia berusaha menampik kenyataan, bahwa Damian sedang tidak baik-baik saja.Dia tahu, Damian dan Gina batal menikah. Tapi Annie ingin menuruti egonya sendiri kali ini, karena dia tidak ingin kehilangan Damian untuk kedua kalinya.Sore harinya, Damian benar-be

  • Istri Konglomerat yang Dicampakkan   Bab 158 Mimpi Buruk

    Hati Damian terasa amat nyeri, mendengar perkataan secara sepihak itu dari Gina. Bahkan ketika dia mencoba untuk menelan ludah, seperti ada yang mengganjal. Sesuatu yang sangat menyakitkan hingga membuat suaranya tercekat."Aku tidak ingin menjadi trauma untuk Tasya," lanjut Gina, sangat nekat meski suaranya sudah bergetar menahan tangis. "Dia adalah darah dagingmu. Sudah menjadi bagian dalam kehidupanmu. Mengabaikan pendapatnya dalam setiap keputusanmu, akan membuatnya trauma di masa depan,"Damian masih tidak menjawab. Hanya bola matanya yang terus bergetar. Kemudian pelan-pelan Gina melepaskan cincin berlian di jari manisnya, pemberian Damian. Dia serahkan kembali cincin itu, ke dalam genggaman tangan Damian yang terasa amat dingin."Aku menyayangimu, aku juga menyayangi Tasya. Tapi kebahagiaan kalian berdua bukanlah aku," isak Gina. "Aku tidak ingin menjadi mimpi buruk Tasya. Karena setiap kali melihatnya, selalu mengingatkanku akan Sean. Aku ingin menjadi kenangan manis untuknya

  • Istri Konglomerat yang Dicampakkan   Bab 157 Mengejar Kebahagiaan

    Wijaya berulang kali mencuri pandang pada Gina yang duduk di samping kemudi mobilnya. Tampak wanita cantik itu terisak pelan, dengan kepala yang terus menghadap keluar jendela mobil.Wijaya ingin bertanya, tapi lidahnya kelu hingga menahan hasratnya untuk tidak mengeluarkan suara apapun. Dia tahu, Gina sedang terluka. Gina melihat dan mendengar dengan inderanya sendiri, bagaimana sang calon suami bercengkerama dengan si mantan istri."Gina? Sudah sampai," tukas Wijaya, ketika mobilnya berhenti di depan pintu masuk rumah Gina.Bahkan wanita itu juga tidak menyadari jika Wijaya sempat bertukar sapa dengan satpam rumahnya sebelum mobil itu masuk."Terimakasih, Jay," ucapnya pelan."Atas apa?""Karena mengantarku pulang," timpal Gina, dengan wajah lesu.Wijaya hanya diam, terus memandangi Gina dengan tatapan iba. Dia selalu memiliki titik lembut tersendiri di dalam hatinya, hanya untuk Gina.Lantas Gina–dengan gerakan lambat keluar dari dalam mobil Wijaya. Tanpa mengucapkan apapun lagi, w

  • Istri Konglomerat yang Dicampakkan   Bab 156 Mempertahankan Hubungan

    Gina mengangguk. Lalu mereka berdua kembali kikuk berhadapan satu sama lain. Tak ada kata yang sanggup keluar dari bibir masing-masing, karena ada kesalahpahaman yang muncul di dalam otak Gina dan Damian. "Damian," panggil Rudi, yang baru saja tiba. Kemudian dia cukup terkejut melihat Gina, namun berusaha untuk hanya fokus pada Damian.Damian menyahut dengan senyuman. Sementara Rudi–beserta Irene, masih berdiri di depan Damian dengan ekspresi tegang. Tampak ada sesuatu yang mengganjal."Dam, maafkan Papa dan Mama," tukas Rudi tiba-tiba. Hingga membuat siapa saja yang ada di sana terkejut. "Papa dan Mama selama ini selalu bersikap tak adil padamu," lanjutnya.Bahkan Damian hingga tergagap karena tak menyangka akan mendapatkan ucapan maaf dari Rudi. "Papa … " Annie berkaca-kaca melihat sikap papanya. Dia tanpa sadar berjalan mendekati Damian dan Rudi. "Kenapa Pak Rudi … " Damian kehabisan kata-kata. Bahkan untuk sekedar tersenyum dan memandang Rudi pun dia tak sanggup. Semuanya sungg

  • Istri Konglomerat yang Dicampakkan   Bab 155 Salah Paham

    “Jay?” panggil Gina.Wijaya hanya menautkan alis sebagai respon.“Bagaimana kamu tahu aku diculik disana?” tanya Gina.Wijaya lalu duduk lebih santai, menikmati perjalanan karena Emma pun juga mengemudi dengan kecepatan sedang.“Aku datang ke sekolah untuk mengajakmu pulang bersama. Tapi kamu malah naik mobil bersama seorang pria asing,” jelas Wijaya. “Kukira itu Damian, tapi aku hafal dengan mobilnya. Jadi aku bisa simpulkan bahwa itu bukan Damina,”“Lalu?” Gina sudah tidak sabar.“Aku membuntuti dari belakang. Saat sadar mobil itu masuk ke jalan yang sempit dan sepi, aku langsung menghubungi Emma,” lanjut Wijaya.“Tuan meminta saya menghubungi polisi. Jadi saya bersama polisi datang. Tapi kami tidak langsung menyergap, karena Tuan ingin mengatur strategi agar semuanya bisa tertangkap,” timpal Emma cukup detail. “Saya juga tidak menyangka, Steve yang menjadi dalang dibalik penculikan ini,” Dia menunduk, merasa menyesal juga bersalah. “Kenapa dia tiba-tiba menculik Nyonya?”Gina angka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status